Ketika membukakan pintu untuk Adrie, Rauf segera melirik waktu di dalam ponselnya. Matanya langsung menyipit melihat kehadiran wanita itu. Baru sekitar lima menit setelah Rauf mengirimkan lokasi pada Adrie. Kini wanita yang ditunggu itu sudah berada di depan mata."Apa kamu punya sayap, Adrie?" ledek Rauf pada wanita yang sedang khawatir itu."Maksudmu apa?" Adrie bingung, kemudian tanpa permisi menjulurkan kepalanya untuk melihat pasien yang sedang terbaring di atas brankar rumah sakit.Itu benar-benar Hanley. Adriella langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu. "Apa yang terjadi dengannya?" Kecemasan terlukis jelas di wajah Adrie. Dia takut terjadi hal yang buruk pada Hanley. "Dia terjatuh di basement dan kepalanya terbentur tembok," ucap Rauf seperti yang diberitahu oleh security. "Hanley banyak mengeluarkan darah, tapi untungnya dia kuat, jadi tidak perlu donor darah."Pada saat Hanley dibawa ke rumah sakit, Ra
Hanley tidak ragu untuk mendekatkan dirinya pada Adrie. Apalagi setelah wanita itu membuka ponsel dan menerima sebuah pesan, Hanley benar-benar mencondongkan tubuhnya yang tinggi agar bisa ikut membaca pesan tersebut."Siapa Samuel?" Hanley tidak pernah tahu dengan siapa saja Adrie sering berinteraksi. "Kenapa dia menunggumu di luar? Apa dia ingin menjemputmu pulang?"Adrie segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. Menyesal sudah dia membuka pesan itu di dekat Hanley. Pria itu terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain.Adrie tidak tahu harus bagaimana cara menjelaskannya. Hubungannya dengan Samuel agak rancu. Pernikahan itu palsu. Adrie bisa saja membohongi Hanley dengan status itu dan rencana tersebut sudah menjadi bagian dari sandiwaranya. Namun kenapa mulutnya tiba-tiba terasa kelu untuk mengatakan semua itu?"Adriella, aku tanya padamu, siapa Samuel itu? Apa hubungannya denganmu?" Dia cemburu sekaligus marah. Adrie merasa t
Sesuai perintah Hanley, Rauf langsung menuju ruangan Adrie pagi itu. Setelah memberi beberapa tugas, dia pun turut membantu wanita itu.Perhatian Hanley pada Adrie terlihat berlebihan, namun Rauf senang melakukannya."Ini sudah pukul 9 lebih, kenapa masih di sini?" Adrie protes pada Rauf. "Apa kamu tidak punya pekerjaan lain?""Ya, ini dia pekerjaanku hari ini, membantu meringankan pekerjaanmu," balas Rauf dan seulas senyum juga terlukis di bibirnya.Rauf duduk tepat di sebelah Adrie, membuat wanita itu risih serta merasa tidak nyaman. "Terserahlah." Adrie paham jika ini adalah ulah Hanley, maka dia pun hanya bisa pasrah. Dia melanjutkan pekerjaan tanpa menegur Rauf.Pada saat yang sama, Meimei dan Janvi terlihat sibuk memainkan ponsel. Secara diam-diam, kedua gadis itu saling berkirim pesan. Sejak awal mereka sudah melihat kedatangan Rauf dan hingga pukul 10 pagi, pria itu tak kunjung meninggalkan Adrie."Ena
Untuk mencetak sebuah foto pernikahan, Adrie tidak perlu bersusah payah pulang untuk menemui Samuel. Pria itu lah yang akan mendatangi Adrie di kota Bangsring. Rencananya, Samuel akan menjumpai Adrie seusia pulang kerja. Setelah itu, Sam akan kembali ke kota Bari untuk meyakinkan Adryan dan juga orang-orang suruhan Kingsley yang lainnya.Pada pagi itu, Heba yang langsung mendatangi putra bungsunya. Begitu pintu kamar sang anak terbuka, wanita itu mulai merasakan mual akibat bau alkohol yang menyengat.Dia tidak terbiasa dengan bebauan itu."Apa-apaan si Ashley ini?" Heba menutup hidung saat berjalan masuk. "Sempat-sempatnya dia minum padahal ini adalah hari pertama dia bekerja."Tatkala melihat Ashley masih tertidur pulas, Heba semakin gusar. Dia yakin anaknya itu sedang mabuk berat. Tidak ada ampun untuk anak manja itu. Heba meraih sebuah sapu kasur, lalu memukulkannya pada punggung Ashley.Puuuk. Paaak
Rasanya ingin sekali mencabik-cabik mulut Mery saat itu juga. 'Wanita tukang adu!' umpatnya dalam hati.Tatapan Hanley begitu mengerikan seperti singa yang siap menerkam musuhnya membuat Mery ketakutan setengah mati."Aku pulang dulu, Aunty." Mery segera berdiri dengan cepat. Tatapan penuh kebencian itu membuatnya bergidik ngeri.Sebenarnya Mery tidak ingin bercerita tentang wanita yang dekat dengan Hanley, tapi desakan Heba membuatnya menyerah dan akhirnya membuka sedikit rahasia yang disembunyikan oleh Hanley."Hati-hati ...!" seru Heba sembari tersenyum manis. Malam ini suasana hatinya lumayan tenang karena Mery telah membocorkan sedikit tentang status wanita yang dekat dengan putranya.Dia pun rela begadang menunggu kedatangan Hanley, sedangkan suaminya sudah beristirahat lebih dulu."Apa saja yang dia katakan, Mom?" Hanley tidak sabar ingin mendengar ulang cerita yang dibawa Mery.Heba tersenyum lembut menangg
Mengeluarkan Adrie dari perusahaan. Tentu saja Hanley tidak akan pernah melakukannya. Satu-satunya cara agar tetap bertemu dan dekat dengan Adrie hanya dengan menahan wanita itu agar tetap bekerja di perusahaan tersebut. "Itu tidak akan pernah terjadi, Adrie." Hanley menggeleng cepat. "Kecuali kamu berjanji untuk mau menikah denganku," lanjutnya tak mau kalah.Alih-alih mengiyakan, Adriella justru berdiri. "Aku harus segera pulang, Tuan."Ketika Adrie berjalan menuju lift, Hanley segera mengekor dari belakang. "Aku antar kamu pulang," ucap Hanley dengan tenang. "Aku juga ingin bertemu dengan Laila, dan juga bibi Paramitha."Adrie tidak membantah. Hari sudah mulai gelap. Tidak ada lagi karyawan yang menyaksikan kebersamaan Hanley dan Adrie. Keduanya pun masuk ke dalam mobil yang sama.Di pertengahan jalan, Adrie tidak sengaja menoleh ke arah pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan. Tempat itu seketika mengingatkan Adrie pada momen indah yang pernah mereka lewatkan. Mala
Ashley akan bergabung dan bekerja di perusahaan yang sama.Satu kalimat itu membuat tubuh Adriella gemetar hebat. Dia merasa seolah-olah ada yang akan meremukkan tubuhnya. Adrie mungkin tidak akan pernah siap untuk bertemu dengan pria yang telah menghancurkan masa mudanya itu.Dalam posisi menunduk, Adrie tidak sadar telah mencengkram tas yang dia pegang sejak tadi.'Ashley adalah salah satu pewaris Anderson, tentu saja dia akan bekerja di sini,' Adrie berbisik dalam hatinya. Mau tidak mau, dia harus menyiapkan mental untuk bertatap muka kembali dengan pria itu.Merasa harus menjelaskan keadaan ini, Hanley berkata dengan tegas pada Mery. "Aku masih ada urusan dengan Adrie, sebaiknya kamu pulang sendiri," suruhnya."Urusan apa lagi?" Dahinya mengkerut bingung, tapi Mery tidak berani bertanya lebih banyak. Ketika melihat wajah murung Adrie sore itu, sikap usil Mery kambuh lagi. "Adrie, apa kamu sudah menge
Setelah hubungan asmaranya kandas dengan Hanley, Adrie merasa sedikit lega. Beban pikirannya sedikit berkurang, tapi ketika berhadapan langsung dengan Hanley, Adrie masih merasakan sakit di hatinya. Dia tidak bisa memungkiri perasaan itu.Hari itu, Hanley datang terlambat ke kantor. Sudah pukul 9 pagi, Hanley belum memberi kabar apapun. Menyadari keadaan itu, Mery pun mendekati meja Adrie. Ada rasa senang yang membawanya. Beberapa hari ini, Adrie tidak menggunakan cincin pemberian Hanley, Mery menduga hubungan keduanya telah berakhir."Adrie, aku dengar anakmu lahir akibat pemerkosaan, apa itu benar?" tanya Mery penasaran."Dari mana Bu Mery tahu?" Adrie juga penasaran."Kamu tidak sadar ya kalau hubunganku dan bibi Mitha itu sangat dekat," kata Mery dengan ketus. "Tentu saja bibi Mitha akan menjawab semua pertanyaanku, bahkan jika itu adalah sebuah aib, bibi Mitha tidak akan pernah menyembunyikannya dari aku.""Y
Adrie membulatkan tekadnya. Dia tidak ingin dibayang-bayangi oleh ahli keluarga Anderson lagi. Setelah menarik napas panjang, Adrie segera mendorong pintu di depannya. Saat itu juga kedua mata sepasang kekasih itu saling beradu pandang."Sayang, ada apa?" Hanley tidak canggung memanggil kata sayang saat di kantor. Dia juga segera berdiri untuk menyambut kekasihnya itu.Setelah pintu di belakangnya tertutup kembali, Adrie pun mengucapkan kata-kata yang telah dirangkainya. "Hanley, aku minta maaf harus mengatakan semua ini," ujar Adrie dengan sedikit gugup. Dari cara Adrie menatapnya, Hanley dapat menangkap topik pembicaraan serius itu. "Ayo duduk dulu, kita bisa bicarakan baik-baik!" Hanley tidak ingin mendengar kata putus dari kekasihnya. Seandainya dia memiliki kemampuan untuk membungkam mulut Adrie, dia ingin melakukannya. Namun, Hanley bukan seperti Ashley yang melakukan cara kotor untuk memiliki seoran