“Apa yang akan kalian rencanakan?!”
Mami dan Angel terkejut menatap sosok tinggi tegap sudah berdiri dengan wajah masam. Wira berjalan dan mendekati kedua perempuan yang berada di apartemennya itu.“Ahmmm … baru saja kami membahas masalah Angel yang kemarin sakit, Sayang!” Mami dan Angel saling bertukar pandang. Angel berharap Wira tak mendengar apa yang baru saja dia ucapkan pada Mami. “Berarti pendengaranku salah. Aku mendengar jika kamu meminta Mami berpura-pura sakit agar aku menikahimu, Angel! Kalian pikir aku tuli dan kalian pikir aku bodoh dan akan mengikuti kemauan kalian?!” Wira tersenyum miring. “Wira! Kamu salah dengar, Sayang! Mana mungkin kami berbuat seperti itu!” Mami berdiri dan menepuk pundak Wira lembut. “Aku harap ucapan Mami benar. Aku harap, akuMami masuk kembali ke dalam kamar yang ditempati Wira. Wajahnya tampak tegang setelah mengobrol dengan orang yang dipercayanya sebagai dokter itu. Dia mendekat pada Wira lalu mengusap pucuk kepalanya.“Wira, Sayang! Kamu istirahat saja dulu, ya! Jangan banyak pikiran! Kamu pasti baik-baik saja!” Mami menatap putranya penuh kekhawatiran.Wira yang kini tengah bersandar pada beberapa tumpukkan bantal itu hanya diam. Sama sekali tak menggubris pernyataan Mami. Tatapan matanya lurus ke depan dan kosong.“Papi, ayo berangkat dulu! Kita sebentar saja ya menghadiri acaranya!” bisik Mami pada lelaki yang terdiam seribu bahasa ketika Mami kembali ke ruangan.“Hmmm!” Tuan Dharma berdiri lalu berjalan mendahului Mami untuk pergi ke luar.Mami tampak tergesa
Rinai berjalan pulang. Beberapa peser rupiah yang didapatnya hari ini cukup untuk menyambung hidup. Uang sisa kerja waktu di rumah Mami dulu, sama sekali sudah tak dipegangnya. Rinai sudah memberikan semuanya pada Harum kala pindahan rumah. Begitu pun uang bulanan dari Wira. Semua kartu debit dan kreditnya ditinggal di apartemen. Rinai memilih menjalani hidup seperti dulu.Rinai menyimpan bakul bekas jualan keliling. Awalnya dia hendak mangkal lagi di tempat yang lama, akan tetapi sudah dicobanya sekali pada waktu itu suasananya sepi.Rinai bergegas membersihkan diri lalu menunaikan empat rakaat kewajiban yang tak boleh ditinggalkannya.Rinai bermunajat, menengadahkan tangan pada sang pencipta. Ditengah kekhusukannya meminta, terdengar deru mobil yang berhenti samar. Tak berapa lama ketukan bertubi pada daun pintu membuatnya bergegas beranjak setelah menyelesaikan penghujung doa.
“Kenapa kalian mengunci pintunya?” Mami menatap penuh selidik pada wajah kedua insan yang kedapatan mengurung diri di dalam kamar itu.Rinai memutar pandangan, mencari jawaban paling masuk akal. Namun pikirannya seolah buntu sehingga suara Wira akhirnya terdengar.“Tadi aku yang mengunci pintunya, karena gak mau diganggu siapa-siapa. Dia sedang kuminta membersihkan kamar mandi tadi!” Wira berkata dengan nada datar.Mami tampak tak puas dengan jawaban Wira, akan tetapi dia pun tak bisa memaksa apa-apa. “Itu ada Angel datang mau jenguk kamu! Mami ke sini dulu, takutnya kamu keganggu!” Mami berucap sambil menatap Wira.“Ya, syukur kalau Mami tahu! Jangan pernah mengijinkan siapapun masuk kamarku selain Bi Siti dan Rinai!” Wira menatap tegas.“Ya sudah! Mami akan tahan Angel di bawah
“Tan! Lu masih lama actingnya? Gue neter nih di kantor!” Satrio berbicara dengan nada frustasi. Ini telepon ke sekian darinya yang menyatakan komplen. Meskipun Wira tetap memonitor pekerjaan dari rumah, tetapi tetap saja banyak hal yang harus mendapatkan persetujuan Wira dan pengecheckan secara langsung.“Ck! Anggap saja gue lagi bulan madu, Sat! Paling lama dua mingguan lagi gue balik ke kantor!” ucap Wira datar.Baru saja dia membantu Rinai keluar dari masalah akibat ulahnya, kini rengekan Satrio yang dihadapinya. Ya, tanda merah di leher Rinai hampir berbuntut panjang. Beruntung ide briliannya mampu membuat Mami percaya. Wira mendatangkan Arya mendadak hanya untuk memanipulasi Mami dengan keahlian make up artis dari Arya.“Apa?! Jadi sebulan lu mau liburan?! Gue gak sanggup,
“Wah, dikarenakan ada salah satu nama yang disebut dan cukup popular juga di kalangan pengusaha! Bersama ini, sebagai suatu kehormatan! Saya meminta Tuan Sultan Prawira Eka Dharma untuk naik ke atas panggung!” ucap MC.Wira tersenyum bahagia. Rencananya nyaris sempurna dengan keberhasilan Rinai dengan UMKMnya. Satu cincin sudah disiapkan di sakunya, sebagai kejutan manis untuk Mami dan awal keterbukaan hubungannya ke media.Angel merengut kesal seraya menatap punggung lebar itu menjauh. Padahal dia sudah dandan maksimal hari ini. Ya, begitulah Angel yang dia tahu hanya memperbaiki penampilan fisik. Berkali-kali Wira menolaknya, berkali-kali juga dia melakukan pendekatan dengan cara serupa. Tak ada itikad untuk mengetahui kekurangannya, hanya tahunya memkasakan kehendak.Di sanalah titi
Berita tentang lamaran istimewa yang dilaksanakan oleh Wira di atas panggung resmi itu cukup menghebohkan dunia maya. Ide gila yang pada akhirnya membuat Mami tak berkutik, tetapi akhirnya dibanjiri pujian oleh rekan-rekannya membuat restu itu tak hanya sekadar di lidah saja.Mami duduk diam di samping Tuan Dharma. Supir mereka melajukan kendaraan membelah keramaian menuju kediaman.“Elissa marah, Angel kabur. Mami harus gimana?”Mami memandang ke luar jendela sambil mengajak Taun Dharma berbincang. Lelaki itu masih bergeming hingga Mami mengulangi lagi panggilannya.“Mami harus gimana?” ucapnya lagi sambil menghela napas panjang.
“Rinai? Tante Harum?” batinnya sambil terus memperhatikan Rinai yang membantu Harum menutup gerbang rumahnya.Batin Tasya mendadak merasa panas menatap pintu gerbang tinggi yang sudah tertutup rapat itu. Dia masih terus memperhatikan dengan seksama halaman minimalis yang di dalamnya terparkir sebuah mobil mewah.“Si Rinai itu gak boleh merasa di atas angin, toh kalau nanti mau nikah tetap ‘kan harus minta ayah menjadi walinya?” gerutu Tasya. Dihentak-hentakkan kakinya ke tanah beralaskan batu hias putih itu, bibirnya mengerucut, sedangkan tangannya tetap sibuk dengan jemuran. Hatinya merutuki keberuntungan Rinai yang santer diberitakan semenjak Wira memposting kebersamaannya di sosial media. Terlebih kejadian lamaran kemarin yang langsung menjadi trending topik di dunia maya. 
Angel menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Kepalanya masih sedikit terasa berat setelah pergi clubbing semalam. Minuman yang ditenggaknya terlalu banyak dan dia pun kurang istirahat. Namun semuanya sia-sia, dia bahkan tak bisa sedikitpun melepas Wira dari bayangannya.“Sialan! Rinai sialan!” Angel memekik, mengacak rambut dan menjambak-jambaknya sendiri. Lalu dia bangkit dan berjalan gontai.“Aku benci kalian!” teriaknya sambil menyapu peralatan make up yang masih terhampar di meja kecil dekat tempat tidur. Semua jatuh berserakan. Ya, di dalam tasnya memang tak pernah luput dari perlengkapan make up. Karenya meski dalam keadaan minggat, dia bahkan masih bisa berdandan lengkap.“Kamu brengsek, Wira!” Angel melempar gawainya pada kaca televisi yang menggantung di dinding kamar hotel. Suara berderak seir