Home / Rumah Tangga / MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA / Bab 3| Layla dan Keputusasaanya

Share

Bab 3| Layla dan Keputusasaanya

Author: R. Sheehan
last update Last Updated: 2024-02-03 18:51:51

Pagi itu langit terlihat mendung. Udara terasa lembab dan panas. Langkah pelan seseorang yang tengah memasuki pemakaman umum terlihat. Layla datang ke makam suaminya yaitu Erwin sambil membawa satu tangkai mawar yang dibelinya di toko bunga.

Kedatangannya hari itu tidak direncanakannya sama sekali. Setelah semalaman bergelut dengan pikirannya yang berkecamuk, ia akhirnya mengambil keputusan tapi terlalu takut untuk menerimanya. Alhasil, dia datang ke sini untuk mengadu atas kemalangan yang ia derita pada satu-satunya orang yang ia percayai tapi telah tiada.

"Apa yang harus aku lakukan, Mas? Andai kamu ada di sini, mengalami musibah yang aku dan ibu alami sekarang, kamu akan melakukan apa untuk mengatasinya?" ia terisak pilu karena dilema yang dirasakan.

Bayangan tentang ibu mertuanya yang terbaring dengan wajah pucat kemarin kembali terlintas dalam benaknya. Tanpa sadar, air mata langsung mengalir deras.

"Aku minta maaf, Mas. Tolong, jangan benci aku jika aku memilih cara kotor ini demi menyelamatkan Ibu. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi... Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menolong ibumu. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Maafkan aku, maaf."

Lama sekali Layla meratap sedih di makam Erwin. Sampai kedua matanya bengkak susah di buka. Sampai kedua kakinya gemetar dan kakinya yang terkilir semakin terasa nyeri. Semalaman tidak bisa tidur, dan pada akhirnya ia jatuh tertidur di makam suaminya sampai siang tiba.

Langit tetap mendung. Awan gelap menggelantung dan udara berubah lembab serta gerah.

Layla dibangunkan oleh penjaga makam untuk menyuruh wanita itu pulang karena takut akan hujan.

Baru saja pria tua itu mengatakan hal itu pada Layla, rintik hujan mulai jatuh perlahan. Layla dan pria itu saling mengadah.

"Kalau kamu mau, kamu bisa meneduh dulu di tempat, Bapak."

"Tidak, tidak perlu, Pak. Saya akan langsung pergi dari sini," balas Layla menolak sopan.

Ia trauma mendapat kebaikan dari orang asing yang tak dikenal. Ia takut terjadi sesuatu padanya sebagai imbalan atas kebaikan yang tak pernah dia minta.

Hujan jatuh dengan derasnya saat Layla melangkah keluar dari pemakaman. Seluruh tubuhnya basah kuyup sampai jaket yang ia kenakan menempel di badan.

Tidak ada yang mau memberinya tumpangan dengan tubuh basah seperti itu. Alhasil, dia hanya bisa berjalan kaki, menempuh perjalanan jauh yang memakan waktu satu jam untuk bisa sampai ke kantor tempat kerja Hansen. Itu sudah sore dan hujan tetap mengalir deras. Sedikit orang Ia dapati melenggang di lobi gedung kantor pengacara HRS.

Layla tidak berani masuk, jadinya ia menghubungi nomor Hansen yang ada di kartu nama. Sekretarisnya lah yang menerima panggilan itu.

["Tunggu sebentar. Saya akan menyampaikannya pada, Pak Harrison."]

Wanita yang kelihatan menyedihkan itu berdiri dengan tubuh gemetaran di pos satpam. Tanpa Layla sadari, sepasang mata melihat ke arahnya dari gedung tertinggi.

"Bodoh!"

Beberapa saat kemudian, seorang wanita datang membawa payung dan menghampiri Layla.

"Pak Harrison telah menunggu Anda di dalam. Mari ikut dengan saya."

"Tapi, saya... Baju saya basah."

"Saya akan mengantar Anda ke basement. Pak Harrison sudah menunggu Anda di sana." Beritahu wanita itu lagi pada Layla.

Akhirnya dua orang itu berjalan menuju basement.

Berlama-lama terkena hujan, terkena angin dingin dengan pakaian basah membuat Layla merasakan demam. Ia merasakan keinginan untuk bersin dan batuk, tapi dia menahannya.

Hansen yang telah ia tunggu kehadirannya kini muncul di depan pintu lift yang tertutup. Penampilan pria itu masih luar biasa memesona jutaan mata. Tubuh jangkungnya hampir menyentuh plafon dan saat Layla berdiri di hadapannya, kontras tinggi mereka begitu mencengangkan. Perbedaan tinggi 15 cm membuat Layla hanya sebatas dada Hansen.

Layla dan Hansen ditinggal berdua saja di basement.

Karena tak ada tanda-tanda pria itu mau bicara, Layla memulai pembicaraan lebih dulu dengan maksud kedatangannya menemui pria tersebut.

"S-saya bersedia, Hans. Mengenai tawaran itu...." cicit wanita itu lirih.

Hansen mengernyitkan alisnya, "?"

"Yang Anda tawarkan pada saya saat itu," lanjut Layla merasa malu dengan pandangan Hansen yang tak peduli dan dingin.

"Tawaran ya?" ujar Hansen tanpa ekspresi.

Layla mengangguk. Kedua tangannya terus memeluk dirinya sendiri, menghalau dingin dan gigil yang menyelimuti tubuh basahnya.

Hansen menatap penampilannya dengan kerutan tak senang. Meski begitu, dia tetap berdiri tanpa rasa peduli atas pemandangan di depannya.

"Tapi sayangnya penawaran itu sudah tidak berlaku." katanya mengejutkan Layla.

Sepasang mata hitam nan jernih itu terbelalak. Begitu terkejutnya Layla sampai dia tak sadar dengan getar di suaranya sendiri.

"A-apa maksudnya? S-saya datang seperti yang Anda mau. Dan sekarang Anda bilang... penawaran itu tidak berlaku?"

"Aku menunggu jawabanmu, Nona Layla. Waktu yang kuberikan hanya satu malam. Tapi ini, sudah lewat dari beberapa puluh jam. Maka aku mengatakan, penawaran itu telah kadaluwarsa."

"Tidak! Jangan! Saya minta maaf. Saya tidak segera menghubungi Anda...."

"Ah, sudahlah. Aku tidak mau mendengarkan alasanmu. Lebih baik kamu pergi saja. Jangan temui aku lagi, Nona Layla. Selamat tinggal."

Layla tercengang dengan perubahan mendadak dan penolakan yang mengejutkan tersebut. Ditatapnya punggung Hansen yang kini menunggu lift buka. Dalam kebingungan dan ketakutan itu, Layla tak bisa memikirkan apa pun.

Jika Hansen tidak mau menolong, pada siapa dia meminta bantuan untuk menyelamatkan ibu mertuanya?

Di dorong oleh rasa putus asa itu, Layla melangkah panjang ke depan, meraih dengan kuat lengan Hansen agar melihat ke arahnya dan dia langsung berjinjit untuk mencium pria itu. Namun karena tinggi badannya, dia hanya bisa mencium dagu Hansen dengan kuat sampai menimbulkan sakit pada gigi dan lidahnya yang tak sengaja tergigit.

Tubuh Hansen membeku kaku. Apalagi saat ciuman di dagu ia terima dari wanita yang telah berhasil menarik minatnya.

Layla yang salah memberikan ciuman menarik mundur wajahnya karena kesakitan. Rasa anyir darah bisa dirasakannya di dalam mulutnya. Saat Layla ingin meludahkan air liur berdarah itu, ia dikejutkan dengan cengkraman pada pinggangnya oleh Hansen.

"A--apa?"

Dengan ekspresi terkejut, Layla menatap ke arah Hansen. Ia bisa merasakan panas membakar kedua mata pria itu dengan gairah dan keinginan.

"Kamu... baru saja mencoba menciumku? Untuk apa?" Hansen bertanya serak. Satu tangannya yang melingkari pinggang Layla menguat. Ia mendekap wanita itu agar menempel erat padanya.

Dada penuh di balik hoodie basah yang dikenakan oleh Layla menggesek dadanya. Membuat Hansen menginginkan sentuhan lebih dari pada sekedar memeluk.

"S-saya mencobanya,"

"Mencoba?"

"Siapa tahu saja Anda berubah pikiran setelah saya memberi Anda ciuman." cicit Layla dengan napas tertahan.

Kedua napas mereka saling terjalin. Layla yang tenggelam dalam pelukan Hansen memiliki ilusi bahwa sedetik kemudian laki-laki ini akan mencabik-cabik dirinya. Memakannya utuh dari daging ke tulang. Dan itulah yang terjadi pada detik kemudian.

Hansen menarik Layla yang berada dalam pelukannya ke dalam lift. Ia mengukung wanita berparas cantik jelita itu di bawah tubuh besar berototnya.

Saat hembusan napas panas dirasakan Layla di wajah, wanita itu tidak berani mengangkat kepala. Keberaniannya yang tadi mencuat ke permukaan sekarang menguap sebab penindasan dari Hansen terlalu kuat dia rasakan.

"Dan sekarang kamu bersikap pengecut seolah sedang melarikan diri, Nona Layla. Kemana perginya keberanian yang kamu tunjukkan itu?" Hansen berbisik di samping telinga dan dengan sengaja menggesek bibir tipisnya ke cuping telinga Layla yang terasa dingin.

Di dalam lift terasa begitu dingin sebab pendingin udara yang menyala. Ditambah dengan seluruh pakaiannya basah dan dia telah direndam lama oleh hujan deras, alhasil gemetar tubuhnya karena kedinginan semakin intens.

Dalam pelukan kuat Hansen, pria itu dapat merasakan jelas gemetarnya. Namun pria itu menahan diri. Dia tidak mau mengambil inisiatif meski pikirannya berubah kacau hanya karena memeluk wanita ini dalam pelukannya.

"Sa--saya kedinginan," Aku Layla mencicit lemah.

"Aku dapat melihat dengan jelas keadaanmu yang menyedihkan sekarang, tak perlu kamu beritahu lagi," balasnya dingin tanpa perasaan.

"Kalau begitu, bisakah Anda mengizinkan saya pergi ke ruangan Anda sebentar untuk menghangatkan diri?"

"Seorang wanita meminta pergi ke ruangan pria bujang sepertiku, kamu pasti tahu apa artinya kan?"

Butuh beberapa saat bagi Layla memberikan anggukan pada Hansen.

"Tapi saya punya permintaan,"

"Permintaan? Di saat kamu sendiri lah yang butuh bantuanku, kamu masih tak tahu malu mengajukan persyaratan? Kamu pikir seberapa berharganya dirimu?!" Hansen berseru jengkel. Dia bahkan tak sadar telah meremas dengan keras pinggang Layla.

Meski merasa sakit sebab tekanan kuat di pinggangnya, Layla tidak berhenti bicara tentang persyaratan yang mau dia katakan.

"Seperti yang sudah Anda bilang, saya sudah diambang putus harapan dan tidak punya hak untuk mengajukan permohonan lagi. Tapi, ini penting."

Hansen menyipitkan matanya.

"Saya mohon...."

"Katakan,"

Meski gugup, Layla mencoba berbicara dengan tenang dalam satu tarikan napas, ucapnya, "Saya tidak mau Anda menyentuh saya tanpa adanya ikatan hubungan yang sah. Oleh karena itu, sebelum Anda menggauli saya, saya ingin Anda menikahi saya lebih dulu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 19| Pesta Pora

    Layla menemani ibu mertuanya selama setengah hari. Dan saat waktunya untuk pergi bertemu dengan Hansen, ia jadi bingung bagaimana harus berbicara padanya. Seolah menyadari kegundahan hati menantuanya, Bu Lastri mengelus punggung tangan Layla yang sedang memijat betisnya. "Kamu melamun, Nak. Ada apa?""Ya? Oh... ini, temanku mengajakku pergi, Bu." "Teman yang mana?""Ini teman baruku di pabrik. Aku belum memberitahumu jika aku sekarang mulai bekerja di pabrik sepatu. Setelah Nyonya mengusir kita, aku langsung meminta bantuan Yasmin agar mencarikan aku pekerjaan. Apa ibu masih ingat dengan Yasmin?""Yasmin?" Bu Lastri menggelengkan kepalanya seolah tak ingat."Dia teman Mas Erwin,"Mendengar bahwa Yasmin berkaitan dengan putranya, Bu Lastri lantas tersenyum sumringah. "Jadi masih temannya Erwin. Lalu, kenapa kamu tidak pergi, Nak?"Layla menunduk, bibirnya ia gigit pelan saat satu kalimat bohong kembali terlonta

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 18| Tidak Bersalah

    Waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Didampingi oleh pengacaranya; Jordan, Layla memasuki ruang sidang. Setelah melakukan serangkaian penyidikan, Jordan memiliki kepercayaan diri dapat menang dalam sidang ini. Ia membawa bukti yang telah dikumpulkan untuk membebaskan ibu mertua Layla dari tuduhan keji itu.Saat Layla melihat ibu mertuanya, sepasang matanya berubah berkaca-kaca. Sejak terakhir kali dia datang berkunjung, Ibunya terlihat semakin kurusan. Dikarenakan Hansen menjadi lengket padanya, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menyenangkan pria itu. Setelah terjaga sepanjang malam dan kurang tidur, ia kembali ambruk dan baru lah saat sidang hampir di depan mata, Hansen baru menarik dirinya dan tidak mengganggunya lagi. Mengingat keintiman mereka yang mirip hewan sedang kawin, pipinya merona panas dan ia merasa malu luar biasa. Untungnya, pria itu tidak ikut. Andai Hansen datang kemari juga, ia tidak tahu harus memandangnya bagaimana. Mengingat, tadi pagi mereka ma

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 17 - Tersangka Lain di Balik Kasus

    "Bodoh! Dasar wanita bodoh!" Tuan Angga mengumpat keras. "Kenapa kamu tidak menutup pintunya, wanita sialan!"Keduanya bergegas pergi ke luar namun tidak ada apa pun di sana kecuali tas mewah yang kini tergeletak di lantai. Melihat pada tas mewah itu, pria tua itu mendesah frustasi dan suara tamparan terdengar menggema di lorong tersebut. Lina jatuh berlutut dengan sakit mendera pipi. Tangis kesedihan mengalir deras dari kedua matanya tatkala pria yang ia damba pergi meninggalkannya. Tuan Angga tak memedulikan rintihan serta tangis di belakangnya. Ia dengan langkah cepat pergi ke sisi jendela dan membukanya. Di luar, dia menemukan satu mobil bewarna putih keluar. Mobil milik sang istri. Tuan Angga yang tahu bahwa rahasianya telah ditemukan oleh pasangannya pun segera melakukan panggilan pada seseorang. "Istriku baru saja pergi. Dia keluar menggunakan mobil putih dengan plat nomor ini. Kamu uruslah dia."Orang di seberang sana bertanya mengurus istrinya itu dengan cara apa. Tuan An

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 16| Tersangka Lain Dibalik Kasus

    Proses sidangnya begitu rumit, meski begitu semuanya berjalan lancar. Seperti yang dikatakan oleh Jordan pada Layla, wanita itu tak perlu khawatir. Dia hanya harus mendengarkan dan menuruti baik-baik semua perkataan si pengacaranya. Meskipun semua bukti telah menunjukkan bahwa Bu Lastri merupakan tersangka utama, namun dari hasil penyidikan yang terbaru ditemukan kalau ternyata terdapat sidik jari lain serta bukti tambahan yang kini ditemukan. Setelah Jordan dan Layla pulang dari menghadiri sidang, mereka berdua bersama-sama pulang untuk menemui Hansen yang kini berada di kantornya Jordan. Setibanya mereka di gedung AMKA, banyak pasang mata melirik ke arah keduanya. Namun Jordan yang tampaknya telah terbiasa menjadi pusat perhatian cuma menunjukkan sikap acuh tak acuh dan terus menyuruh Layla agar berjalan terus. Usai masuk ke dalam lift, dan naik menuju ke lantai dimana kantor Jordan berada, mereka berdua langsung disambut oleh asisten Jordan yang bernama Stefanie. "Pak, Pak Harr

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 15| Perkembangan Kasus

    Keesokan paginya, Layla bangun pada pukul delapan dengan tubuh sangat lelah. Ia terdiam lama di tempat tidur seraya melihat ke arah jendela dimana gordennya telah ditarik ke samping dan cahaya pagi masuk ke dalam kamar. Selain dirinya, dia tidak melihat keberadaan Hansen dimanapun. Lagi-lagi, dia terbangun sendirian di kamar pria itu. Hansen telah memberitahu Layla kalau nanti sahabatnya yang sekaligus pengacara itu akan menemuinya. Layla yang tak mau membiarkan orang itu menunggu dirinya lantas bangun dari tempat tidur lalu pergi mandi. Pada pukul sembilan, Jordan datang. Pria itu mengenakan setelan jas dan membawa tas kerja. Saat dia melangkah masuk ke rumah sahabatnya, ia mendapati seorang wanita yang akan menjadi klien yang mau dia bela sedang duduk di ruang tengah. Sendirian. "Halo, Layla" Layla langsung berbalik dan menyapa balik pada Jordan. Meski kelihatan gugup karena harus berhadapan dengan Jordan yang ia tahu tak menyukai dirinya, ia menyuruh pria itu agar duduk. "Sila

  • MENIKAH SIRI DENGAN TUAN PENGACARA   Bab 14| Mulut Tanpa Filter

    Saat Layla tiba di kediaman Hansen, pria itu telah pulang dari bekerja. Sekarang, sosoknya yang terlihat segar karena habis mandi sedang duduk di ruang tengah di lantai atas. Melihat suara langkah kaki dari tangga, sepasang matanya awas menatap si pemilik langkah. Begitu melihat kalau itu Layla, ia memanggilnya. "Layla, kemarilah." Layla sedikit terkejut karena panggilan Hansen. Sebab lampu utama tidak dinyalakan, dia tidak menyadari ada seseorang duduk di sana. Ia berjalan menghampiri pria tersebut. Setelah dekat, Hansen menunjuk ke sisinya agar wanita itu duduk di sampingnya. Patuh, dia pun mendekat. Yang mengejutkan, saat dia mau duduk, lengannya ditarik Hansen, membuat dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke depan.Bibir Hansen menyeringai senang. Dengan refleks yang tepat, ia menangkap Layla dan memeluknya erat. "A--apa?"Namun sebelum Layla berhasil mengeluarkan suara, mulutnya yang sedikit terbuka di cium pihak lain dengan agresif. Ia dicium dalam-dalam sampai saliva m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status