“Untuk apa kamu melakukan hal bodoh seperti ini, Asyila. Apa sekarang kamu menyesal karena Biantara lebih memilih wanita lain?” Anin tentu saja sangat menyayangkan perilaku Asyila yang seolah menyepelekan Biantara, lelaki yang selama ini sudah mendukung penuh biaya kehidupan mereka.“Kalau Mas Bian berselingkuh dengan wanita lain, aku tidak akan sesakit ini. Mas Bian menikahi Ari, bocah ingusan yang dulu Ibu tampung karena orang tuanya meninggal! Ari benar-benar menusuk kita!” ucap Asyila, wajahnya sudah memerah mengingat Biantara dan Arisha sudah menikah di belakangnya.Anin memejamkan matanya. “Ibu tidak menyangka Ari akan seperti ini, ibu tidak berharap dia balas budi, tapi kenapa dia tidak bisa menghargai keluarga ini?”“Itu karena Ibu terlalu memanjakan dia dan mengagung-agungkan dia. Sekarang dia jadi besar kepala dan tidak tahu diri, tapi aku tidak tinggal diam. Aku sudah berbuat sesuatu dan aku jamin Ari akan tertekan dan akan pergi dari kehidupan Mas Bian!” tutur Asyila.Ani
Biantara memutuskan sambungan telepon saat tidak ada jawaban dari Arisha. Wajahnya memerah, ia tidak ingin apa yang pernah dilakukan Asyila kembali diulang oleh Arisha. Biantara tidak ingin dikecewakan oleh kakak beradik itu.“Siapa Brian itu?” Di perjalanan, Biantara tidak tenang memikirkan hal itu. Ia sampai harus mengurungkan niatnya saat seharusnya ia masuk ke dalam restoran.“Aku tidak akan membiarkanmu menjalin hubungan dengan lelaki lain. Kamu hanya harus patuh terhadapku, Ari!” Biantara mencengkram kuat setirnya.Setelah beberapa menit, ia sudah sampai di apartemen dan segera masuk ke dalamnya. Ia melihat Arisha sudah berganti pakaian, tidak seperti sebelumnya saat ia berangkat ke restoran. Biantara mendekat pada Arisha.“Mas Bian?” Arisha terkejut melihat kedatangan Biantara.“Mau ke mana kamu? Mau bertemu Brian?” tanya Biantara tempat di hadapan Arisha.Biantara menggeleng. “Ari tidak mungkin melakukan itu, terpikirkan saja tidak.”“Lalu siapa Brian itu? Kenapa kamu mengatak
Pagi ini, usai Biantara, Arisha, Asyila dan Anin selesai sarapan. Kini, Biantara berpamitan dan mencium kening Arisha. Perlakuan Biantara tentu saja menjadi pusat perhatian Asyila dan Anin, Asyila berharap ia juga diperlakukan sama dengan Arisha karena tidak ingin merasa kalah dari Arisha. Namun, kenyataannya Biantara beranjak pergi setelah memperlakukan Arisha sangat baik.“Mas.” Asyila mengejar Biantara. “Apa aku tidak penting lagi untuk Mas Bian? Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Bayu, kami tidak ada hubungan apa pun lagi.”“Lalu? Apa maumu?” tanya Biantara berhenti tepat di hadapan Asyila membuat langkah wanita itu berhenti mendadak.Asyila berjalan dan berdiri di hadapan Biantara. “Aku mau kita mengulang semuanya dari awal, aku benar-benar menyesal.”“Kamu yakin, tidak akan menyesali keputusanmu ini?” tanya Biantara dengan satu alis yang terangkat.Asyila mengangguk. “Aku yakin, aku ingin kita kembali baik seperti dulu. Aku rindu diperlakukan manja, aku rindu semua yang ada
“Kamu tidak apa-apa, Ari?” Biantara menelusuri wajah Arisha dan merapikan rambut wanita itu.Biantara menatap Asyila dengan rahang yang mengeras. Ia sangat marah karena mengingat kondisi Arisha sedang hamil anaknya, yang tentu saja anak itu hal yang paling dinantikan Biantara. Beruntung ia kembali masuk ke dalam karena ponselnya tertinggal.“Apa yang kamu lakukan pada Ari?” bentak Biantara pada Asyila.“Bian! Jangan keterlaluan sikap kamu sama Asyila, sekarang kamu juga bersalah karena menikahi adik angkat istrimu sendiri. Jadi, jangan merasa benar sendiri dan paling tersakiti, kamu dan Asyila tidak ada bedanya,” ujar Anin terpancing emosi karena putrinya dibentak oleh suaminya sendiri hanya karena membela seorang madu.“Jangan samakan aku dengan kelakuan murahan Asyila!” Biantara tentu tidak senang disamakan dengan Asyila.Anin menatap Asyila yang hanya diam tanpa mengatakan apa pun. “Bicara Asyila! Apa kamu tuli? Kamu masih berharap sama Bian? Dua orang ini sudah mengkhianati kamu!”
"Kenapa panas sekali? Aku baru saja mandi," ucap Biantara.Asyila tersenyum, ia tahu apa yang dirasakan Biantara karena dirinya pun merasakan hal sama. Rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuh, ditambah ada hasrat yang ingin segera terpenuhi. Asyila mencium bibir Biantara dan memeluknya."Mas, malam ini aku milik kamu." Asyila berisik di telinga Biantara dengan gayanya yang sensual.Biantara menelan kasar liurnya dan mendorong Asyila ke ranjang. "Apa yang kamu taruh ke dalam minumanku, Syila?""Mas, nikmati saja malam ini. Aku juga menginginkannya." Asyila bergerak gelisah di bawah kungkungan Biantara, tangannya meremas pakaian sang suami.Hasrat ingin disentuh, kian menguasai raga Asyila. Namun, Biantara tidak kunjung menunjukkan aksinya. Tangan Asyila mendekap tubuh kekar di atasnya."Mas sentuh aku! Aku tidak tahan lagi," ucap Asyila.Biantara tersenyum kecil, kini ia tahu minumannya telah dimasukkan obat perangs*ng. Biantara menarik dirinya dan berdiri di sisi ranjang, ia senang
"Bagaimana, tidak terjadi apa-apa, bukan? Aku sudah katakan, aku hanya ingin berdamai dengan keadaan, aku sedang berusaha menerima kamu yang ternyata bukan hanya adik angkatku, tetapi juga adik maduku. Walaupun ini berat, tetapi demi Mas Bian aku rela melakukan ini," ucap Asyila sesaat setelah memberikan minum kepada Arisha.Arisha terdiam sembari memegang gelas di tangannya."Kamu seorang perempuan kamu pasti tahu rasanya dimadu dengan seorang wanita yang sudah dianggap keluarga sendiri," ungkap Asyila."Maafkan aku, Kak. Bukan aku senang melakukan ini, tetapi aku juga tidak bisa menolaknya, Mas Bian akan menghancurkan hidupku dan Kakak jika aku menolak pernikahan ini," ucap Arisha menatap sang kakak yang duduk di hadapannya.Asyila mengangguk. "Untuk itu bekerja samalah denganku, berbagi Mas Bian denganku. Aku lebih berhak atasnya, tetapi justru aku tidak bisa tidur dengan suamiku sendiri. Aku tidak ingin menguasai Mas Bian sendirian, aku minta kamu juga tidak menguasai Mas Bian.""A
"Ari, dimana Asyila?" tanya Biantara.'Tadi pagi pamit mau ke rumah Ibu," jawab Arisha. "Maaf Mas, kenapa Mas Bian tidak memberi Kak Asyila uang? Apa Mas Bian sudah berhenti memberikan jatah untuk Ibu? A--apa aku boleh memberikan sedikit uangku untuk Ibu?""Itu bukan urusanmu, aku sudah memberi uang untuk Ibu, tetapi semuanya sudah aku batasi. Jangan bertindak jika tidak ada izin dariku, kamu mengerti?" tanya Bian, Arisha menganggukinya.Biantara duduk di sofa ruang tamu, ia tidak percaya jika Asyila pergi ke rumah Anin. Ia justru berpikir Asyila pergi bersama Bayu. Dimanja dengan hartanya saja, Asyila masih bisa berkhianat, apalagi saat ini ia tidak memberi fasilitas untuk istrinya tersebut."Aku akan lihat jam berapa kamu pulang." Biantara menyimpan satu kakinya di atas kaki yang lain."Apa gunanya aku menyiksamu dengan tidak memberimu uang, jika kamu bisa melakukan kesenanganmu di luar sana bersama Bayu," gumam Biantara.Arisha tidak tahu harus berkata apa mendengar semua ucapan Bi
“Tenang saja. Dari ujung kaki sampai kepala, semuanya milik kamu. Milik orang yang paling aku cintai,” ucap Asyila menatap layar ponsel.Jantung Biantara seakan berhenti berdetak, saat menyaksikan istrinya yang hanya mengenakan handuk sedang bermesraan dengan lelaki lain di sambungan video. Tangan Biantara mengepal kuat, hatinya benar-benar terluka dengan kenyataan di depan mata. Pantas saja, selama dua tahun terakhir, Asyila selalu memasang wajah kesal ketika memberikan haknya sebagai seorang suami.Tidak hanya itu, Biantara selalu mendapatkan penolakan saat mengutarakan keinginan untuk memiliki anak, dengan alasan jika Asyila belum siap. Biantara mencoba memahami Asyila meskipun di usia mereka yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Namun, saat ini Biantara sudah mendapatkan jawaban dari ketidaksiapan Asyila tersebut.“Ternyata selama ini kamu selingkuh di belakangku. Aku akan buat kamu merasakan sakit hati, lebih dari apa yang aku rasakan, Syila.” Biantara segera menjauh dari kamar