"Kalian berhati-hatilah," ujar Kakek Liu.
"Baik kakek, jaga kesehatan Kakek. Kelak kami akan menjenguk Kakek lagi," janji Rui seraya menggandeng tangan Zyan.
"Kalian juga kunjungilah Tuan Mu," ujar Kakek Liu.
Dengan Reflek Rui ingin melepaskan genggaman tangannya namun Zyan malah tidak mau melepaskan.
"Baik kakek, kami akan mengunjungi ayah," jawab Zyan.
Rui menoleh, membawa Zyan berkunjung menemui ayahnya adalah hal yang tidak ingin Rui lakukan.
"Jangan lupa siapkan hadiah," ujar Kakek Liu.
Zyan menarik Rui bergegas masuk ke mobil mereka, Rui menarik tangannya lepas dari genggaman Zyan dan memilih memandangi pemandangan dari balik jendela m
"Aku juga menginginkannya," rengek Rui."Aiyooo …. sudah sebesar ini mengapa masih manja," ujar Nyonya Gu."Baik, baik esok akan dibuatkan lagi," ujar Nyonya Gu.Zyan membuka penutup keranjang, "kita makan bersama," ajak Zyan.Tuan Muda sudah meminta makan bersama maka semua pun tidak sungkan mengambil dimsum itu dari dalam keranjang.Zyan terbiasa dimasakan oleh koki yang pernah bekerja di restorsan bintang Michelin. Zyan agak meragu memakannya, namun Rui memandanginya dengan mata mendelik dan memajukan sedikit bibirnya.Akhirnya Zyan pun memasukan satu dimsum ke mulutnya, pelan-pelan mengunyahnya, dan merasa ternyata rasanya lumayan lalu memasukan satu lagi ke mulutnya. Setelahnya
Zyan menatapi Rui, sementara Rui memberikan senyuman terindahnya. Mata Rui terbiasa menangkap sesuatu yang tak biasa karena sering bermain di hutan sejak kecil, agar tidak tersesat Rui selalu memperhatikan tanda-tanda yang bisa dijadikan jalan kembali pulang."Suami, sebaikanya kau mengikuti aku," ujar Rui seraya menarik Zyan.Rui membawa Zyan ke bagian dokter kandungan, Su Lin tengah menunggunya disana.Di dalam lift, Rui melepaskan genggaman tangannya, "pergilah, jangan sampai terlihat," ujar Rui.Zyan tidak memahami Rui sama sekali, sebentar menciumnya, sebentar lalu mengusirnya.Zya mendorong tubuh Rui ke dinding ketika baru saja keluar dari lift, "apa yang sedang kau mainkan?" tanya Zyan.
Su Meng menceritakan tentang apa yang terjadi di pagi hari waktu itu, bahwa pagi itu dia membersihkan kamar Tuan Shen. Namun tak pernah mengira jika dia akan di lecehkan. Su Meng segera melaporkan ini ke manajernya namun malah di tuduh berbohong.Tuan Shen adalah salah satu keluarga terkaya di Tong City meski tidak sekaya keluarga Liu. Jelas manajemen lebih memilih menutupi insiden ini, setelah mengetahui Su Meng hamil, mereka memecatnya. Dan malam kemarin, tiba-tiba Su Meng mendapat celaka yang berujung hilangnya bayi dalam kandungan."Kecelakaan ini telah direncanakan," ujar Helen."Kau beristirahatlah dengan tenang disini," hibur Rui."Su Lin akan segera datang untuk menemanimu nanti," jelas Rui lagi.Setelah mendapatkan ceri
Rui pergi dengan taksi menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Rui mencari-cari kantin yang An Ran sebutkan.Menemukannya, Rui berjalan seraya mengencangkan ikat pinggang jaket panjang yang Rui pakai. Itu terlihat menambah kelangsingan pada pinggul Rui.Beberapa dokter muda yang dilewati Rui, seketika saja memandangi Rui dengan mata berbinar.Ponsel Rui berdering, An Ran meminta Rui untuk datang ke kamar rawat inapnya saja. Dan meminta dibawakan minuman coklat dingin yang ada di kantin tersebut.Rui pun menuruti pinta An Ran, setelah membelikan permintaan An Ran, Rui pun segera menuju ke kamar An Ran dirawat.An Ran nampak duduk di sofa, Rui meletakan minuman coklat dingin yang An Ran pinta tadi.
"Jika membutuhkan bantuan, katakan kepadaku," ujar Feng Chen."Jika sudah lebih baik, aku akan mengantarmu pulang," ujar Feng Chen lagi seraya pergi meninggalkan kamar Rui.Rui memandangi Feng Chen, lalu menggigit bibirnya karena menahan kesal kepada Zyan.Setelah sarapan dikamar Rui bergegas turun kebawah, melihat Feng Chen di ruang tamu, Rui pun menghampiri."Tuan terima kasih atas bantuannya semalam, aku pamit pulang," ujar Rui."Aku akan mengantarmu," ujar Feng Chen."Tidak perlu Tuan," ujar Rui."Ayo!" ujar Feng Chen seraya menarik tangan Rui dan masuk ke dalam mobil.Sementara itu Zyan,
"Bagaiamana kau bisa menemukanku?" tanya Su Meng."Kehendak langit," jawab Rui."Apa kau bisa berlari dengan kencang?" tanya Rui."Tentu," jawab Su Meng."Jika begitu bersiaplah, kita akan pergi dari sini," ujar Rui.Rui mengeluarkan botol berisi bubuk merica yang telah dicampurkan dengan bubuk cabai."Ini adalah senjata kita," ujarnya."Dan juga ini …" ujar Rui seraya mencabut panahan kecil dari papan permainan."Begitu aku keluar, maka kau segera lemparkan bubuk merica dan cabai itu yah!" perintah Rui kepada Su Meng."Baik," jawab
Mendengar ada yang melangkah masuk, Rui dan Feng Chen menoleh dan melihat Zyan berdiri bersedekap memandang dingin ke arah mereka. Feng Chen melepaskan tangannya dari Pipi Rui, "Direktur Liu," sapa Feng Chen. "Direktur Feng," balas sapa Zyan dengan nada dingin. Zyan duduk dengan elegannya di sofa, " nampaknya Feng Group sedang tidak memililki banyak pekerjaan," sindir Zyan. "Tuan! memperhatikan pekerja adalah salah satu moto Feng Group kami," jawab Feng Chen tak mau kalah. "Apakah memperhatikan istriku adalah salah satu moto-mu?" tanya Zyan menyindir lagi. Feng Chen "…." Rui yang merasa kepalanya semakin pusing karena dua pria dihadapannya ini malah bertengkar, Rui pun memutuskan keluar sejenak dari ruang rawat inap tersebut. Feng Chen melih
Zyan melajukan mobilnya pulang ke rumah, namun begitu sampai di rumah tidak terlihat Rui ada di rumah. Zyan masuk ke kamarnya dan membersihkan diri.Zyan merasa sangat lapar, sementara Rui belum kembali pulang, Zyan bangkit dari ranjangnya lalu masuk ke kamar Rui.Zyan memperhatikan kamar Rui yang terlihat minimalis sederhana itu, namun nampak elegan. Beberapa dekorasi ala tradisional menghiasi kamar Rui."Benar-benar kuno," pikir Zyan namun tersenyum.Zyan membuka lemari Rui, sedikit tertegun karena melihat beberapa kemejanya ada di lemari Rui. Zyan teringat jika Rui memang menyukai memakai kemeja seperti ini untuk tidur, jadi tetap membiarkan kemeja itu ada di lemari Rui.Zyan melirik ke jam yang ada di dinding kamar Rui, "