Seminggu telah berlalu, sejak kejadian Clara tercebur ke kolam dan membuat Reinard serta Carissa jadi marah kepada Sebastian.
Hal itu mereka ketahui setelah melihat bola di dekat kolam dan juga pengakuan Clara ketika sudah sadarkan diri.
Melihat ada raut penyesalan diwajahnya Sebastian, Clara pun mencoba mendinginkan suasana. Dia memaafkan Sebastian dan mengatakan kalau Sebastian tidak sengaja melakukan itu.
Karena pembelaan dari Clara membuat Sebastian kini bahkan sudah menjadi bestie-nya Clara. Sejak kejadian itu mereka semakin dekat, tetapi berbeda dengan Georgino.
Pria itu ternyata tidak pergi mendatangi kolam, melainkan pergi menuju kamarnya.
Georgino benar-benar definisi pria kurang ajar.
Di sinilah Clara sekarang menatap sinis ke arah pria kurang ajar tersebut.
'Dia bahkan bersikap biasa saja,'
Sekarang kedua keluarga yang akan bersatu itu berkumpul di meja makan di sebuah restoran mahal pilihan Carissa. Minus Seba
“Bisa pelan-pelan nggak om jalannya. Jangan samakan kakimu dengan kakiku." omel Clara kemudian matanya memperhatikan kakinya pria itu, "Kenapa kakimu terlalu panjang sekali sih om?” Dengan langkah tergesa-gesa Clara mengikuti Georgino yang menarik tangannya menuju parkiran. Sesampainya di mobilnya, Georgino langsung menyentak tangan Clara. “Bisa tidak jangan memanggilku om. Aku belum setua itu.” Clara mendongak ke atas, dia melihat raut kekesalan yang terpancar di wajahnya Georgino. “Mukanya jangan masam begitu om.” Clara terlihat ingin memukul wajah Georgino. “Masuk, aku akan mengantarmu.” “Kemana?” “Ke surga.” Berbicara panjang lebar dengan Clara memang menguras rasa kesabaran Georgino. Dia masuk ke dalam mobil, lalu berkata pada Clara, “Kau mau ku antar pulang atau masih bergabung ke sana.” “Jadi tujuanmu membawaku ke sini untuk pulang?” “Menurutmu?” Mereka sudah selesai makan, jadi untuk apa berlama-lama di sana. Georgino terlalu malas mendengar pembicaraan mengenai pe
Pagi buta, Clara dibangunkan oleh sebuah ketukan pintu yang terus terdengar hingga tidur nyenyaknya jadi terganggu.Tubuh Clara menggeliat di atas kasurnya, “Ish berisik sekali, siapa sih? reseh banget jadi orang,” gumam Clara, “Ah. Masa bodoh,” gadis itu semakin mengubur seluruh tubuhnya ke dalam selimut putih tebal ingin melanjutkan tidurnya kembali karena dia masih merasa ngantuk sekali.Tetapi suara ketukan pintu kembali terdengar, tapi kali ini diiringi dengan suara seseorang, “Non Clara, jika anda tidak membuka pintu, maka maaf kami akan menobrak pintu sesuai permintaan tuan Martin.”Meski samar-samar Clara dapat mendengar suara asing yang terdengar ditelinganya, lalu kemudian kelopak matanya langsung terbuka, ia heran, kenapa orang-orang itu terus membangunkannya? Apalagi itu semua atas perintah papanya.“Iya tunggu.” teriak Clara.Dengan langkah malas, Clara berjalan menuju pintu k
“Kesal deh sama papa.” Clara sedang berada di salah satu ruanganya di villa itu, wajah tampak kesal. Beberapa waktu yang lalu, Clara sudah bertemu dengan papanya dan langsung melayangkan protesnya. Tapi Clara jadi syok, bahkan matanya melotot sempurna ketika papanya malah mengatainya pikun. Papa Clara mengatakan kalau baik dirinya maupun papanya Georgino sama sekali tidak pernah menyetujui permintaan Clara yang mengatakan akan mengadakan pernikahannya dua bulan lagi. Mengingat itu, Clara lantas memukul meja rias itu dengan cukup kuat. “Enak saja mengataiku pikun. Fix...berarti mereka sudah membodoh-bodohiku.” “Ah. Sakit anjir.” Clara mengusap-usapkan kedua telapak tangan terasa sakit karena membentur meja tadi. “Masa sih hari ini aku menikah.” Clara merengut kesal lalu tatapannya beralih ke cermin. Di kursinya, Clara kini jadi terdiam menatapi pantulan dirinya di cermin. Clara menghela nafas, dirinya tidak menyangka kalau pernikahannya akan berlangsung hari ini. Tiba-tiba Clar
“Kemana dia?” Dahi Clara mengerut ketika suara ketukan sudah tidak terdengar lagi. “Apa dia sudah pergi?” Sedari tadi Clara hanya terdiam sambil menahan tawanya ketika Georgino terus menerus mengetuk pintu sambil memanggil namanya dan menyuruhnya untuk membukakan pintu. “Apa dia akan tidur di kamar lain?” Clara mencoba untuk tidak peduli. Jika besok ditanya, kenapa dia tidak membiarkan Georgino masuk, maka Clara akan menjawabnya kalau dirinya takut satu kamar dengan suaminya. Memang akan terdengar lucu dan mungkin mereka akan menertawainya tapi Clara tidak peduli. Yang penting malam ini Georgino tidak satu kamar dengannya. *** Sementara di sebuah ruangan, Georgino menghampiri mama mertuanya sedang berbincang dengan beberapa sanak saudara yang masih belum tertidur. “Mama. Clara minta tolong padaku untuk memanggil Mama ke kamar kami.” Sara terlihat bingung. “Mau ngapain?” “Nggak tau Ma. Tadi dia maksa buat panggilin Mama ke sana secepatnya.” “Sudah Sar, datangi aja. Siapa tau di
Pagi hari yang cerah sudah menyapa, Clara terbangun di kasurnya. Sambil menguap Clara menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bergegas beranjak dari kasur.Saat tubuhnya bergeser, Clara terkejut mendapati sedikit noda merah yang mengotori alas kasur yang ditidurinya tadi.“Kau masih hidup ternyata. Ku pikir kau nggak akan bangun.”Clara tersentak kaget, dan langsung menggeser selimut untuk menutupi noda tersebut.Dalam posisi masih terduduk di atas kasur, Clara terlihat mengabaikan orang yang barusan berbicara dengannya.Orang itu berdiri dari sofa yang didudukinya. “Aku akan keluar, kau bisa mandi sekarang. Ingat jangan mengunci pintunya.Clara tetap mendiaminya, hingga orang itu yang tak lain adalah Georgino pergi meninggalkan kamar.Clara menghela nafas lega saat pintu kamar itu sudah tertutup.“Ah perutku sakit kali.” Clara mengeluh kesakitan seraya memegang perut bagian bawahnya. Dia mencoba bangkit untuk membereskan kekacauan pada dirinya.Sebelum pergi ke kamar mandi, Cl
Georgino tiba di kamarnya, dia menutup pintu itu kemudian berjalan mencari keberadaan Clara. “Kemana dia?” Georgino tidak melihat ada Clara di kamar itu. Tanpa dikomando, kepala Georgino bergerak mengarah ke pintu kamar mandi yang tertutup. “Kan aku sudah bilangin pintunya jangan ditutup. Ngeyel.” Georgino kesal. Dia berjalan cepat menuju kamar mandi. Ini mungkin jadi alasan kenapa Clara tidak kunjung keluar dari kamar. Gadis itu terkunci lagi di dalam kamar mandi, dengan tak sabaran Georgino mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam sana membuat Georgino jadi heran. “Clara, Kau mendengarku, kan. Buka pintunya. Jangan bertingkah seperti semalam. Apa mau kubawa lagi mamamu datang ke sini?" Tapi tetap tidak ada jawaban dari Clara. Georgino menduga kalau Clara ada di dalam kamar mandi, sebelum Georgino meninggalkan kamar, tadi pintu kamar mandi masih dalam keadaan terbuka. Sengaja dia biarkan begitu, karena pintunya memang lagi bermasalah. Georgino terus mengetuk pintu. “
Sesampainya di kediaman Kanigara, Carissa langsung membawa Clara ke kamarnya Georgino. Untuk pertama kalinya, Clara akan menginjak kakinya masuk ke kamar suaminya.Clara terperangah, kamar Georgino terlihat sangat luas kalah dengan kamar miliknya.‘Bisa-bisanya nih kamar punya ruang tamu.’ komen Clara tapi matanya masih tetap mengagumi isi yang ada di dalam kamar itu.Kini Clara gantian memperhatikan foto-foto yang terpajang di dinding. Tapi tidak banyak foto yang tergantung di sana hanya saja beberapa saja, dan dia juga tidak menemukan satu pun foto pernikahan mereka.“Astaga, kami kan baru nikah semalam.” Clara menepuk jidatnya.“Ah. Apa nak? Kamu lagi mengatakan sesuatu?”“Gino nggak suka foto ya ma?”“Iya. Memangnya kenapa? Kok tiba-tiba nanya begitu?”Clara mengeleng seraya menatap ke dindingtempat salah satu foto Georgino tergantung. “Dari masuk rumah sampai ke kamarnya, foto Gino cuma sedikit yang terpajang.”Carissa tersenyum. Tanganya menutup kembali pintu lemari, kemudian m
“Sudah puas, kan?”Tiba-tiba Georgino menghentikan motornya, mungkin lelah karena sedari tadi menuntun motor itu.Georgino merutuki gadis yang bernama Clara Magenta itu karena sehabis makan malam niatnya yang harusnya dia ingin tiduran santai dan beristirahat jutru malah harus pergi menemani gadis itu untuk berbelanja entah apa ke sebuah supermarket."Loh om, kok berhenti ?? Ayo cepet, itu supermarketnya udah mau dekat lagi." ucap Clara menatap sebuah bangunan tak jauh dari mereka."Lo nggak tau ban motornya lagi bocor?”Clara melihat ke arah ban belakang. “Taulah om. Terus kenapa?” tanya Clara dengan santai.Georgino mengerjapkan matanya merasa tidak percaya dengan pertanyaan Clara barusan. Dia menarik nafas pendek mencoba menahan rasa emosinya."Kau tanya kenapa? Kau pikir dorong motor ini nggak pake tenaga. Pake ilmu goib menurutmu gitu.” omel Georgino. “Capek bego. Kalau mau ngerasain, nah coba kau sendiri yang pegang. Gantian kau yang dorongnya, jangan aku aja."“Nggaklah, capek