“Na, ini siapanya suamimu?” tanya Karina keheranan karena melihat suatu postingan yang menunjukkan kebersamaan Georgino dengan seorang gadis.“Dia ada posting foto terus tag akun suamimu.”“Masa sih?” tanya Tasya mendekat, kemudian memasang muka tak enaknya. “Captionnya Lunch with him, mana pakai emoji smile lagi. Alay.” ledek Tasya.Tasya mengubah arah pandangannya. “Kau follow akunnya pak Gino?” tanya Tasya pada Karina.Karina memberi anggukan. “Iya. Kalian berdua enggak?”Clara dan Tasya secara kompak mengelengkan kepalanya. Tapi detik berikutnya, Tasya memukul lengannya Clara. "Kau gimana sih? Kalau aku sih wajar, lah kau. Udah jadi istrinya tapi nggak ada follow akun suaminya. Sini ponselmu.”Tasya menengadakan tangan ke arah Clara dan langsung diberi oleh gadis itu. "Kalau gini kau nggak akan bisa memantau satu persen pergerakan suamimu. Ini aja kau kecolongannya sekali. Lihat noh suamimu lagi lunch sama tuh cewe. Lah kau makan siang sama kami, itupun numpang.”"Jadi kalian n
Georgino sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sudah waktunya dia untuk pulang. Dia keluar dari ruangannya. Saat ingin mengunci pintunya, Georgino menoleh kebelakang ketika merasakan seseorang menghampirinya.“Kamu belum pulang?" Georgino melihat kedatangan Kiara ke ruangannya. Seharusnya Kiara sudah pulang dari jam empat tadi. "Kenapa nggak suruh sopir di rumah menjemput?”“Gapapa bang. Kasihan pak Joko kalau datang ke sini, jadi aku milih nunggu abang aja. Kebetulan tadi ibu Leni juga belum pulang karena banyak kerjaan, jadi aku bantuin dia aja sambil nunggu abang."Yasudah, ayo pulang.”Saat keluar dari gedung fakultas, Georgino meminta Kiara untuk duluan pergi ke mobil.“Abang mau kemana?” tanya Kiara penasaran.“Mau manggil Clara, katanya dia belum pulang. Jadi abang ke sana dulu manggil dia.”"Ini sudah sore kali bang, mungkin kak Clara udah pulang.""Enggak, tadi dia nge-chat abang kalau dia masih ada di kampus."Meski tampak kesal, Kiara tetap memperlihatkan senyumannya lalu meng
“Dari mana saja kau?” Itulah kalimat pertama yang didengarnya ketika Clara memasuki rumah. Clara terkejut karena dirinya sudah disambut oleh Georgino yang berdiri tegak tak jauh dari tempatnya berada. Tak lama kemudian muncullah Carissa. Wanita itu lega kala melihat sosok Clara sudah terlihat didepan matanya. “Clara kamu sudah pulang nak. Oh syukurlah.” Ibu dari Georgino dan Sebastian itu baru kembali dari dapur setelah membuatkan kopi untuknya sendiri. Carissa berjalan menuju ke meja untuk meletakkan gelas yang sedang dipegangnya karena ingin menghampiri menantunya. “Iya Ma.” balas Clara. Ketika dia ingin berjalan mendekati ibu mertuanya, langkahnya jadi terhenti karena perkataan Georgino. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Clara!” tekan Georgino dengan memberi tatapan menghunus tajam pada Clara. “Apa sudah puas berkencannya? Bahkan kau terlihat baik-baik saja sekarang.” “Ke-kencan?” “Iya, jadi apa lagi. Kedua temanmu bilang kalau kau sudah dalam perjalanan pulang dengan kakak
Brak!Clara menutup pintu kamar dengan kuat. Kerasnya suara benturan pintu itu tidak sebanding dengan rasa kesal yang menggerogoti hati Clara.Suasana hati Clara mendadak sedang tidak baik-baik saja membuatnya jadi malas untuk berangkat ke kampus.“Rotiku ketinggalan lagi di sana.”Clara terus melangkah dan duduk di tepi ranjang. Dia memegang perutnya yang belum terisi oleh makanan. Clara memejamkan matanya lalu merutuki kejadian di dapur tadi sehingga membuatnya jadi melupakan roti panggangnya lupa dia bawa.“Sssh, tanganku masih terasa panas lagi.”Clara beranjak dari duduknya, dia bergerak cepat membuka kancing kemejanya untuk mengganti dengan kaus rumahan. Barulah setelah itu nanti Clara akan mengobati tangannya yang terluka karena tumpahan air panas tadi.Di sana Clara sudah membuka kemejanya dan menyisahkan tanktop putih menutupi tubuhnya.Arrhgh!!! Clara berteriak ketika Georgino tiba-tiba masuk ke dalam kamar mereka. Clara pikir Georgino akan berada di sana untuk mengobati luk
“Sejak kapan kau berhubungan dengan temannya Clara?” tanya Georgino dengan tatapan penuh intimidasi.Georgino sedang berada di apartemen Reno. Terakhir kali Georgino datang ke sini, dia disuruh mendengarkan Reno curhat tentang ibunya yang hendak berencana melakukan pertunangannya dengan gadis pilihan ibunya.Kedatangan Georgino kali ini membuatnya jadi syok mendengar pengakuan Reno yang mengatakan kalau Reno ternyata diam-diam sudah menjalin sebuah hubungan dengan salah satu teman istrinya, yakni Karina.Hari masih siang, tapi Reno berhasil membuat Georgino kesal karena menyeretkan masuk ke dalam permasalahannya kali ini.“Belum lama ini sih.”“Oh masih baru berarti. Kau mencintainya?”Reno menghela nafas berat. “Kalau aku tidak mencintainya, nggak mungkin aku sampai menyuruhmu datang ke sini. Kau bahkan tidak memberikan nomor ponselnya Clara padaku,” ucap Reno menatap Georgino kesal.“Secepat itu?” Georgino masih tidak percaya, bahkan Reno putus dengan kekasihnya belum lama ini, dita
“Itu suaranya Clara, istrimu, kan?”Ponsel Georgino masih bertengger ditelinga Reno. Matanya mengerjap beberapa kali untuk mencerna kejadian barusan. Tubuhnya mematung, “Putus?”Georgino dan Reno, keduanya sangat jelas mendengar dua kata yang terucap sebelum panggilan itu diakhiri sepihak.“Apa aku tidak salah dengar?” gumam Reno yang masih merasa tidak percaya.“Kau juga mendengarnya, kan?” Reno menoleh ke arah Georgino membuat pria berusia 29 tahun itu menganggukkan kepalanya. “Tapi itu bukan suara Karina? Itu yang ngomong istrimu,” seru Reno memberitau. Reno sontak mengelengkan kepalanya lagi. “Tidak. Aku tidak mau putus.” Reno bangkit dari duduknya.“Kau mau kemana?” tanya Georgino bingung.“Ke rumahmu.”“Ngapain?”“Menyusul Karina. Dia pasti ada sana. Tadi itu suaranya Clara. Kau bilang Clara lagi di rumah.”Reno seperti orang kebingungan saat mencari kunci mobilnya. “Ketemu.” Senyum terbit menghiasi wajahnya ketika sudah menemukan barang yang ingin dia cari.“Ayo.” ajak Reno t
Setelah kapergian Georgino dan Clara, Reno masih berdiri di depan pintu unit apartemen Tasya.“Kamu ngapaian masih di sini? Pulang saja sana, temui calon tunanganmu. Karina masih belum mau menemuimu.” usir Tasya dengan tatapan sinisnya.“Tidak. Aku akan tetap di sini. Aku nggak akan beranjak sebelum bertemu dengan Karina dan berbicara dengannya.” Reno masih bersikeras untuk tetap berada di sana karena ingin menemui Karina bagaimanapun caranya.“Terserah kau saja.” Tasya langsung menutup pintu apartemennya tanpa memperdulikan keberadaan Reno di luar sana. Kalau dia mau nunggu disitu ya silahkan, kalau dia mau pergi malah lebih bagus.Ternyata Reno benar-benar melakukan seperti apa yang dikatakan tadi. Pria itu masih betah berdiri di sana padahal waktu sudah berjalan hampir dua jam dari waktu Tasya menutup pintu apartemen.Sementara di kamar, Karina mendapat panggilan dari pelayan rumahnya dan menyuruhnya untuk segera pulang karena orang tuanya pada menanyai keberadaanya.“Aku harus pul
“Mama mau kemana?”Sepulang dari kampus Clara melihat mertuanya tampak bersiap-siap hendak pergi ke suatu tempat.“Sayang, apa sudah siap?” Tiba-tiba Reinard muncul menghampiri istrinya dan menantunya. “Eh kamu sudah pulang,” ucap Reinard saat baru menyadari keberadaan Clara.“Iya Pa.” balas Clara sekenanya. “Ini Papa dan Mama pada mau kemana?”“Mau ke Singapura sayang,” jawab Carissa sambil membetulkan dasi yang dikenakan oleh Reinard.“Singapura? Ngapain Ma? Ada urusan kerja ya?”“Iya, sekalian juga menghadiri acara pernikahan putri dari rekan kerja papamu.”Clara hanya mengangguk. “Memang berapa hari mama dan papa di sana?”“Paling dua tiga hari sayang. Sehabis pesta, besoknya kami langsung pulang.” jawab Carissa sementara Reinard sedang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.“Bukan besok ya pestanya?”Carissa mengeleng. “Lusa. Kalau besok Mama dan Papa liburan dulu.”“Seandainya Gino nggak ada kegiatan seminar, udah kamu dan Gino yang mama suruh pergi ke sana,” tambah Carissa