Sudah dua minggu berlalu setelah acara lamaran malam. Clara dengan berat hati mau nggak mau harus menerimanya ketika sang papa justru menyetujui lamaran tersebut. Rencananya acara pertunangan akan dilakukan setelah kepulangan pria bernama Georgino Kanigara kembali ke Jakarta.
Di pagi hari yang cerah, suasana di Kanigara University sudah terlihat ramai berdatangan mahasiswa yang berlalu lalang mengisi kawasan kampus tersebut.
Ada yang sudah memulai aktivitas belajar mengajarnya, ada juga yang masih menunggu kehadiran sang dosen yang belum kunjung hadir ke ruang kelas belajar mereka.
“Anjir, pagi-pagi gue udah dibuat olahraga sama nih kampus.”
Clara tampak sedang menaiki tangga menuju lantai tiga gedung fakultas Ekonomi Bisnis.
“Untung kelas gue ada di lantai tiga.”
“Pakai lift napa sih. Masa di gedung sebelah udah dibuat liftnya. Dasar tuh petinggi-petinggi kampus pilih kasih banget.”
Sepanjang menaiki tangga, Clara terus mengomel. Tak hanya itu, sesekali Clara juga menyempat diri untuk menyapa mahasiswa yang berpapasan dengannya dan tentunya yang ia kenali saja.
Selesai menapaki tiap-tiap anak tangga, akhirnya di ujung tangga Clara dapat melihat ruang belajarnya.
Sepertinya dosen yang mengajar di kelas itu belum datang, terlihat dari beberapa teman yang seruangan dengannya masih ada yang berkeliaran di depan kelas.
Sementara di dalam ruang kelas, Tasya dan Karina berbarengan menoleh ke arah pintu dan melihat Clara yang kehadirannya mereka tunggu sudah datang.
“Kenapa lama sekali?”
“Iya, biasanya lo yang duluan datang sebelum kami,” timpal Tasya.
“Semalam aku bergadang, jadi tadi bangunnya kebablasan deh,”
Clara meletakkan tasnya di kursi pilihannya. Kali ini mereka memilih duduk di barisan kedua paling depan.
Sudah seperti biasanya kalau sebelum dosen masuk mereka akan memilih kursi yang akan mereka duduki secara random.
Biasanya kursi jajaran paling depan akan diduduki oleh mahasiswa pintar dan aktif. Jadi Clara sudah bisa tandai siapa-siapa aja yang duduk di barisan paling depan, apalagi yang belakang.
Clara tipekal yang netral selalu memilih duduk di kursi bagian kedua atau tiga biar tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan dosen.
Saat Clara ingin membuka suara mengobrol dengan kedua temannya, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara dari arah pintu.
“Woy Feli cepatan. Itu rombongan anak BEM mau keluar dari ruangan 306.”
Sontak mahasiswi yang bernama Felicia itu langsung berdiri histeris dan turun menuju pintu ruangan.
Sudah tidak heran lagi bagi teman-teman kelas mereka jika Felicia sangat terobsesi dengan seseorang yang bergabung di BEM Universitas Kanigara tersebut.
“Si gatal mulai beraksi lagi nih,” ujar Clara sembari menatap geli pada Feli dari tempat duduknya.
***
Hari sudah semakin siang, di tempat lain sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki gerbang kediaman yang terdapat ada tulisan ‘Kediaman Kanigara Family’
Mobil itu akhirnya berhenti ketika sudah mereka sampai tujuan. Seseorang keluar dari dalam mobil dan disusul oleh sopirnya yang keluar untuk membawa koper milik tuannya.
Saat pintu utama terbuka, dua orang paruh baya berbeda gender terlihat menyambut kedatangannya. “Welcome home Georgino,” teriak Carissa penuh semangat.
Reinard datang mendekat dan segera memeluk putranya sembari berkata. “Selamat datang nak.”
Georgino tersenyum hangat membalas ucapan papanya lalu menyalam tangan papanya. Kemudian ia beralih mendekati mamanya dan juga menyalam tangannya.
“Kenapa lama sekali?” tanya Carissa heran. Pasalnya Georgino tiba di rumah telat satu jam dari waktu yang sudah dijanjikan oleh putranya di telpon tadi pagi.
“Tadi Gino ada urus sesuatu, terus singgah beli ini untuk mama,” ucap pria itu lalu memberikan sebuket bunga lily kesukaan mamanya.
Carissa terlihat senang dan menerima buket itu. “Terima kasih sayang,” seru Carissa.
“Mama senang kamu kembali dan kamu terlihat semakin tampan saja,” ucapnya sembari menatapi wajah Georgino.
“Mama bisa aja.”
Georgino jadi salah tingkah dibuat oleh mamanya.
“Mah biarin dia masuk dulu,” saran Reinard. Putranya baru saja melakukan perjalanan jauh, pasti terasa sangat melelahkan.
“Papa benar, mama keasikan bicara jadi kelupaan. Ayo masuk.”
“Oh ya nanti malam kita kedatangan tamu. Jadi siap minum teh kamu langsung istirahat ya,” titah Carissa pada putra sulungnya.
“Siapa?” Georgino terlihat penasaran.
“Calon istrimu. Untuk beberapa hari ini dia akan menginap di sini karena orang tuanya ada urusan ke Batam.”
Georgino tampak tidak memberi respon apapun. Kini mereka sudah sampai di ruang keluarga dan duduk di sofa empuk itu.
Lalu Carissa menyajikan teh untuk mereka, kemudian membuka penutup makanan ringan yang sudah disiapkan olehnya sebelum kedatangan Georgino.
“Kenapa dia menginap di sini?”
Setelah menyesap tehnya. Georgino pun kembali membuka suara untuk mempertanyakan lagi mengenai kedatangan gadis yang akan dijodohkan dengannya.
“Salah rupanya?”
“Kan yang pergi itu orang tuanya bukan rumahnya. Jadi kenapa harus menginap di sini?”
“Hei, mama yang mengajaknya. Nanti dia sendirian di rumahnya.”
“Dia sudah besar, nggak anak kecil lagi.”
“Entahlah, mama lelah berdebat dengan kamu Gino. Tapi mama nggak butuh pendapatmu, intinya mama yang mengajak Clara menginap ke sini. Jadi jangan ada yang bantah.”
Georgino tidak menjawab.
“Kalian itu memang tidak bisa ya buat mama ngerasain punya anak perempuan itu gimana.” omelnya pada kedua pria yang duduk bersamanya.
Sementara Reinard dibuat bingung oleh ucapan istrinya. Sejak kapan dirinya menolak keinginannya. Lainnya dengan Georgino. Pria itu terlihat penasaran akan seperti apa sosok gadis yang sudah berhasil membuat mamanya jadi terobsesi pada calon istrinya itu.
“Yaudah boleh-boleh deh. Jadi maafin Gino udah buat mama jadi sedih gini.”
Carissa tidak menjawab. Wanita itu hanya senyum-senyum sendiri karena akhirnya Georgino gagal debat dengannya.
‘Aku jadi nggak sabar nunggu malam. Awas kau.’
Georgino kembali meminum tehnya lalu memikirkan rencana untuk membuat kejutan untuk calon istrinya.
“Ma,” seru Georgino memanggil mamanya.Hari sudah menjelang sore, setelah tidur sebentar Georgino terbangun dan langsung turun ke bawah menemui mamanya.Georgino berjalan cepat menuruni anak tangga lalu mengedarkan pandanganya mencari keberadaan sang mama.“Mama dimana?”Georgino mencoba pergi ke ruang santai, siapa tau mamanya sedang menonton drakor di sana, pikir Georgino. Tapi hasilnya nihil, Georgino tidak mendapati mamanya ada di sana.‘Kemana, apa lagi di dapur?’Tanpa menunggu lama Georgino turun ke dapur untuk memastikan.“Gino kamu udah bangun.”Ketika ingin masuk ke dapur, Georgino tersentak kaget mendengar suara mamanya dari arah belakangnya, “Mama dari mana saja sih, Gino dari tadi nyariin," raut wajahnya terlihat kesal sekali, mungkin karena dibuat terkejut sama mamanya.Lain dengan Carissa justru terlihat kebingungan, “Mama nggak kem
“Bisa tepos bokong gue kalau lama-lama duduk di sini,” gerutu Clara. Dia sedang menunggu seseorang di salah satu kursi beton yang tersedia tak jauh dari gerbang utama Universitas Kanigara sembari mengipas-ngipas karena kegerahan.‘Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku.’Clara justru jadi bernyanyi dalam hatinya.Seseorang yang diutus untuk menjemputnya belum menunjukkan tanda-tanda akan kedatangan dari orang tersebut.Kedua teman Clara sudah pulang duluan sekitar sepuluh menit yang lalu. Makanya Clara duduk sendirian di sana.“Kenapa lama sekali? Nggak tau apa menunggu itu capek banget,” hanya itulah yang bisa Clara lakukan, menggerutu lalu kesal sendiri.“Tau gitu, aku nebeng sama Tasya tadi.”Clara jadi melamun dengan tatapan yang memandang lurus ke arah gerbang.Lalu tak lama kemudian Clara menajamkan penglihatannya ketika melihat sebuah mobil mewah berwarna mer
‘Sebastian panjang umurnya,’ pikir Clara. Orang yang sedang mereka bicarakan akhirnya datang juga. Sementara Sebastian di dalam mobilnya dengan tatapan heran melihat Clara sedang menunjuk ke arahnya. “Ngapain lagi nih orang?” Di sisi lain, Carissa berjalan maju mendekati mobil itu membuat Sebastian jadi menghentikan mobilnya sejengkal tepat di depan mamanya. Terlihat Carissa langsung mengitari mobilnya menuju pintu tempat Sebastian berada. Sebastian menoleh ke samping melihat mamanya. “Ian... keluar mama bilang,” ujar Carissa sambil terus mengetuk kaca jendela mobilnya. Sebastian di dalam mobil mengabaikan perkataan mamanya, dia justru memalingkan wajah dan melihat ke arah Clara sedang memeletkan lidah ke arahnya, “Gue nggak tau dia sudah ngomong apa sama mama. Awas kau Clara.” Kemudian Sebastian menoleh ke samping dan melihat wajah mamanya, “Firasat gue nggak enak lagi.” “Ian buka pintunya,” perin
“Selamat datang di rumah kami sayang,” seru Carissa ketika pintu besar rumah itu sudah terbuka, “Semoga kamu nyaman menginap di sini ya.”Clara mengangguk pelan dan tampak ragu. Clara tidak tau apakah dirinya akan merasa nyaman atau tidak di sana apalagi mengingat ada Sebastian di rumah itu.Dan jangan lupa juga dengan calon suaminya. Siapa tau keduanya memiliki sikap yang tak jauh berbeda, sama-sama menjengkelkan.Ah... memikirkan itu Clara jadi mendadak merasa jadi tidak betah. Padahal dia akan memasuki rumah besar tersebut.‘Tidak-tidak, kau sendiri yang menyetujuinya Clara.’Karena menghargai Carissa yang berstatus lebih tua darinya, Clara jadi setuju untuk menginap beberapa hari di sana sembari menunggu kepulangan orang tuanya dari Bali.Raut wajah Clara yang tadi tampak sedang berkeluh kesah seketika berubah menjadi full senyum ketika memasuki rumah besar itu yang tampak seperti istana.Kini Clara berdiri tercengang merasa takjub melihat rumah besar milik keluarga Kanigara. Des
“Selamat datang di rumah kami sayang,” seru Carissa ketika pintu besar rumah itu sudah terbuka, “Semoga kamu nyaman menginap di sini ya.” Clara mengangguk pelan dan tampak ragu. Clara tidak tau apakah dirinya akan merasa nyaman atau tidak di sana apalagi mengingat ada Sebastian di rumah itu. Dan jangan lupa juga dengan calon suaminya. Siapa tau keduanya memiliki sikap yang tak jauh berbeda, sama-sama menjengkelkan. Ah... memikirkan itu Clara jadi mendadak merasa jadi tidak betah. Padahal dia akan memasuki rumah besar tersebut. ‘Tidak-tidak, kau sendiri yang menyetujuinya Clara.’ Karena menghargai Carissa yang berstatus lebih tua darinya, Clara jadi setuju untuk menginap beberapa hari di sana sembari menunggu kepulangan orang tuanya dari Bali. Raut wajah Clara yang tadi tampak sedang berkeluh kesah seketika berubah menjadi full senyum ketika memasuki rumah besar itu yang tampak seperti istana. Kini Clara berdiri tercengang merasa takjub melihat rumah besar milik keluarga Kanigar
“Apa yang kau lakukan, nak? Astaga.., kamu kan bisa tahan sebentar napa sampai kalian menikah?”Georgino langsung menjauhkan tubuhnya ketika mendengar suara mamanya, dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua.Carissa meletakkan nampan berisi minuman dan makanan ringan ke atas meja lalu menghampiri Clara.Lalu tatapan yang nyalang tertuju pada Georgino, “Kamu mau apakan dia?” Carissa tak lupa memberi pukulan pada lengan kekarnya Georgino.Tanpa sadar Clara tersenyum tipis menyaksikan itu.“Gino nggak ngapain-ngapain dia.” Kemudian melihat ke arah Clara, “Tadi matanya kelilipan, terus dia minta tolong itu nge-check siapa tau ada yang masuk.”“Ya kan?” tanya Georgino sambil menatap Clara dengan intimidasi seakan menyuruh Clara untuk membenarkan ucapannya barusan.
Pagi hari sudah menyapa. Tidur Clara tampak terusik kala sinar matahari masuk dari celah-celah ventilasi jendela kamar menyapa wajahnya.Clara mendudukkan dirinya. Dia terdiam seakan sedang mencerna sesuatu, "Aku dimana? Ini bukan kamarku." kemudian Clara meneput keningnya, "Astaga."Clara baru mengingat kalau dia sekarang sedang berada dikediaman Kanigara.Di sisi lain di kediaman Kanigara, Georgino dan Sebastian sedang menikmati teh bersama di balkon. Tampak Georgino sedang menyesap teh sembari menatapi kolam renang dari tempatnya.Sementara Sebastian sedang mencoba memainkan bola kaki yang baru dia beli dengan beberapa skill-nya yang dia bisa.Mata Georgino memicing tajam saat ia melihat sesuatu yang menarik di bawah sana. Georgino lantas berdiri ingin melihat jelas ke bawah tempat Clara berada.Clara terlihat sedang berdiri di tepi kolam renang sambil tersenyum takjub.Sebastian menghentikan kegiatannya. Dia berjalan mengham
Seminggu telah berlalu, sejak kejadian Clara tercebur ke kolam dan membuat Reinard serta Carissa jadi marah kepada Sebastian.Hal itu mereka ketahui setelah melihat bola di dekat kolam dan juga pengakuan Clara ketika sudah sadarkan diri.Melihat ada raut penyesalan diwajahnya Sebastian, Clara pun mencoba mendinginkan suasana. Dia memaafkan Sebastian dan mengatakan kalau Sebastian tidak sengaja melakukan itu.Karena pembelaan dari Clara membuat Sebastian kini bahkan sudah menjadi bestie-nya Clara. Sejak kejadian itu mereka semakin dekat, tetapi berbeda dengan Georgino.Pria itu ternyata tidak pergi mendatangi kolam, melainkan pergi menuju kamarnya.Georgino benar-benar definisi pria kurang ajar.Di sinilah Clara sekarang menatap sinis ke arah pria kurang ajar tersebut.'Dia bahkan bersikap biasa saja,'Sekarang kedua keluarga yang akan bersatu itu berkumpul di meja makan di sebuah restoran mahal pilihan Carissa. Minus Seba