Share

MDTM II 05

Sudah dua minggu berlalu setelah acara lamaran malam. Clara dengan berat hati mau nggak mau harus menerimanya ketika sang papa justru menyetujui lamaran tersebut. Rencananya acara pertunangan akan dilakukan setelah kepulangan pria bernama Georgino Kanigara kembali ke Jakarta.

Di pagi hari yang cerah, suasana di Kanigara University sudah terlihat ramai berdatangan mahasiswa yang berlalu lalang mengisi kawasan kampus tersebut.

Ada yang sudah memulai aktivitas belajar mengajarnya, ada juga yang masih menunggu kehadiran sang dosen yang belum kunjung hadir ke ruang kelas belajar mereka.

“Anjir, pagi-pagi gue udah dibuat olahraga sama nih kampus.”

Clara tampak sedang menaiki tangga menuju lantai tiga gedung fakultas Ekonomi Bisnis.

“Untung kelas gue ada di lantai tiga.”

“Pakai lift napa sih. Masa di gedung sebelah udah dibuat liftnya. Dasar tuh petinggi-petinggi kampus pilih kasih banget.”

Sepanjang menaiki tangga, Clara terus mengomel. Tak hanya itu, sesekali Clara juga menyempat diri untuk menyapa mahasiswa yang berpapasan dengannya dan tentunya yang ia kenali saja.

Selesai menapaki tiap-tiap anak tangga, akhirnya di ujung tangga Clara dapat melihat ruang belajarnya.

Sepertinya dosen yang mengajar di kelas itu belum datang, terlihat dari beberapa teman yang seruangan dengannya masih ada yang berkeliaran di depan kelas.

Sementara di dalam ruang kelas, Tasya dan Karina berbarengan menoleh ke arah pintu dan melihat Clara yang kehadirannya mereka tunggu sudah datang.

“Kenapa lama sekali?”

“Iya, biasanya lo yang duluan datang sebelum kami,” timpal Tasya.

“Semalam aku bergadang, jadi tadi bangunnya kebablasan deh,”

Clara meletakkan tasnya di kursi pilihannya.  Kali ini mereka memilih duduk di barisan kedua paling depan.

Sudah seperti biasanya kalau sebelum dosen masuk mereka akan memilih kursi yang akan mereka duduki secara random.

Biasanya kursi jajaran paling depan akan diduduki oleh mahasiswa pintar dan aktif. Jadi Clara sudah bisa tandai siapa-siapa aja yang duduk di barisan paling depan, apalagi yang belakang.

Clara tipekal yang netral selalu memilih duduk di kursi bagian kedua atau tiga biar tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan dosen.

Saat Clara ingin membuka suara mengobrol dengan kedua temannya, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara dari arah pintu.

“Woy Feli cepatan. Itu rombongan anak BEM mau keluar dari ruangan 306.”

Sontak mahasiswi yang bernama Felicia itu langsung berdiri histeris dan turun menuju pintu ruangan.

Sudah tidak heran lagi bagi teman-teman kelas mereka jika Felicia sangat terobsesi dengan seseorang yang bergabung di BEM Universitas Kanigara tersebut.

“Si gatal mulai beraksi lagi nih,” ujar Clara sembari menatap geli pada Feli dari tempat duduknya.

***

Hari sudah semakin siang, di tempat lain sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki gerbang kediaman yang terdapat ada tulisan ‘Kediaman Kanigara Family’

Mobil itu akhirnya berhenti ketika sudah mereka sampai tujuan. Seseorang keluar dari dalam mobil dan disusul oleh sopirnya yang keluar untuk membawa koper milik tuannya.

Saat pintu utama terbuka, dua orang paruh baya berbeda gender terlihat menyambut kedatangannya. “Welcome home Georgino,” teriak Carissa penuh semangat.

Reinard datang mendekat dan segera memeluk putranya sembari berkata. “Selamat datang nak.”

Georgino tersenyum hangat membalas ucapan papanya lalu menyalam tangan papanya. Kemudian ia beralih mendekati mamanya dan juga menyalam tangannya.

“Kenapa lama sekali?”  tanya Carissa heran. Pasalnya Georgino tiba di rumah telat satu jam dari waktu yang sudah dijanjikan oleh putranya di telpon tadi pagi.

“Tadi Gino ada urus sesuatu, terus singgah beli ini untuk mama,” ucap pria itu lalu memberikan sebuket bunga lily kesukaan mamanya.

Carissa terlihat senang dan menerima buket itu. “Terima kasih sayang,” seru Carissa.

“Mama senang kamu kembali dan kamu terlihat semakin tampan saja,” ucapnya sembari menatapi wajah Georgino.

“Mama bisa aja.”

Georgino jadi salah tingkah dibuat oleh mamanya.

“Mah biarin dia masuk dulu,” saran Reinard. Putranya baru saja melakukan perjalanan jauh, pasti terasa sangat melelahkan.

“Papa benar, mama keasikan bicara jadi kelupaan. Ayo masuk.”

“Oh ya nanti malam kita kedatangan tamu. Jadi siap minum teh kamu langsung istirahat ya,” titah Carissa pada putra sulungnya.

“Siapa?” Georgino terlihat penasaran.

“Calon istrimu. Untuk beberapa hari ini dia akan menginap di sini karena orang tuanya ada urusan ke Batam.”

Georgino tampak tidak memberi respon apapun. Kini mereka sudah sampai  di ruang keluarga dan duduk di sofa empuk itu.

Lalu Carissa menyajikan teh untuk mereka, kemudian membuka penutup makanan ringan yang sudah disiapkan olehnya sebelum kedatangan Georgino.

“Kenapa dia menginap di sini?”

Setelah menyesap tehnya. Georgino pun kembali membuka suara untuk mempertanyakan lagi mengenai kedatangan gadis yang akan dijodohkan dengannya.

“Salah rupanya?”

“Kan yang pergi itu orang tuanya bukan rumahnya. Jadi kenapa harus menginap di sini?”

“Hei, mama yang mengajaknya. Nanti dia sendirian di rumahnya.”

“Dia sudah besar, nggak anak kecil lagi.”

“Entahlah, mama lelah berdebat dengan kamu Gino. Tapi mama nggak butuh pendapatmu, intinya mama yang mengajak Clara menginap ke sini. Jadi jangan ada yang bantah.”

Georgino  tidak menjawab.

“Kalian itu memang tidak bisa ya buat mama ngerasain punya anak perempuan itu gimana.” omelnya pada kedua pria yang duduk bersamanya.

Sementara Reinard dibuat bingung oleh ucapan istrinya. Sejak kapan dirinya menolak keinginannya. Lainnya dengan Georgino. Pria itu terlihat penasaran akan seperti apa sosok gadis yang sudah berhasil membuat mamanya jadi terobsesi pada calon istrinya itu.

“Yaudah boleh-boleh deh. Jadi maafin Gino udah buat mama jadi sedih gini.”

Carissa tidak menjawab. Wanita itu hanya senyum-senyum sendiri karena akhirnya Georgino gagal debat dengannya.

‘Aku jadi nggak sabar nunggu malam. Awas kau.’

Georgino kembali meminum tehnya lalu memikirkan rencana untuk membuat kejutan untuk calon istrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status