Share

MDTM II 07

Author: nic-taurus
last update Last Updated: 2023-07-14 16:30:34

“Bisa tepos bokong gue kalau lama-lama duduk di sini,” gerutu Clara. Dia sedang menunggu seseorang di salah satu kursi beton yang tersedia tak jauh dari gerbang utama Universitas Kanigara sembari mengipas-ngipas karena kegerahan.

‘Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku.’

Clara justru jadi bernyanyi dalam hatinya.

Seseorang yang diutus untuk menjemputnya belum menunjukkan tanda-tanda akan kedatangan dari orang tersebut.

Kedua teman Clara sudah pulang duluan sekitar sepuluh menit yang lalu. Makanya Clara duduk sendirian di sana.

“Kenapa lama sekali? Nggak tau apa menunggu itu capek banget,” hanya itulah yang bisa Clara lakukan, menggerutu lalu kesal sendiri.

 “Tau gitu, aku nebeng sama Tasya tadi.”

Clara jadi melamun dengan tatapan yang memandang lurus ke arah gerbang.

Lalu tak lama kemudian Clara menajamkan penglihatannya ketika melihat sebuah mobil mewah berwarna merah sedang mengarah ke gerbang.

“Itukah dia?” Clara bertanya pada dirinya sendiri hingga mobil itu benar-benar berhenti  tepat di muka gerbang lalu terdengarlah klakson berbunyi seakan sedang memanggil seseorang.

“Jangan merasa ge-er dulu Clara, mungkin jemputan orang lain.”

Clara yang tidak ingin merasa percaya diri untuk sesuatu hal yang belum pasti, apalagi kaca mobil itu berwarna gelap jadi dia tidak tau siapa orang yang berada di dalam mobil sana.

“Kali aja jemput orang lain, kan?” Clara tampak ragu, kemudian dia mengamati sekelilingnya untuk memastikan apakah pemilik mobil merah itu sedang menjemput seseorang yang bukan dirinya.

Tapi Clara tidak menemukan siapa pun, “Enggak ada siapa-siapa di sini, kalau di dalam sana baru ramai anak organisasi sama orang-orang yang lagi main voli.”

Clara masih sibuk melirik ke arah belakangnya  hingga terdengar suara teriakan, “Woy... aku memanggilmu. Minimal langsung samperin kek apa kek, ini malah sibuk nengokin entah apa, “teriak orang itu dari dalam mobil.

Sementara Clara hanya bisa terdiam menatapi pemilik mobil itu dari tempatnya.

“Cariin siapa sih?” tanya Sebastian dongkol.

Pemilik mobil merah itu adalah Sebastian.

Langsung saja Clara berdiri dan menghampiri Sebastian, “Makanya...” Clara mengetuk kaca jendela mobil yang masih tersisa dengan pelan, "Jsngan pakai kaca yang beginian, kan aku jadi nggak tau siapa yang punya mobil.”

“Ya suka-suka gue-lah. Mobil-mobil gue, kok jadi lo yang ngatur. Lagian gue bisa kok lihat lo dari sini, dasar mata lo aja yang katarakan,” sarkas Bastian membuat Clara tidak terima dikatakan seperti itu olehnya.

“Jangan mulutmu ya, mata gue masih sehat. Otak lo aja yang udah konslet,” balas Clara. “Ini kacanya oneway jadi cuma lo aja yang bisa lihat dengan jelas, bulol.”

Aura permusuhan terasa menyelimuti mereka, tetapi Sebastian tidak ingin menanggapi meskipun hatinya merasa kesal dikataian bulol sama Clara.

‘Jadi malas gue fotoin nih kunti. Mending abang langsung tengok sendiri.’

Raut wajah kesal masih tampak jelas di wajahnya Sebastian, “Cepat naik, habis waktu gue gara-gara jemput lo,” ujar Sebastian membalas tatapan Clara dengan memandang tak suka.

“Kek nggak ikhlas lo datang ke sini.”

Terlihat jelas kalau Sebastian tampak tidak tertarik untuk menanggapi ucapan Clara barusan, ia justru bertanya, “Jadi lo naik apa enggak nih ceritanya?” Biar Sebastian tau, dia malas bertele-tele.

“Nggak perlu, malas gue naik ke mobil lo. Mending gue pesan taksi online dari pada sama lo, mana wajah lo terlihat asem lagi.”

“Asem-asem. Muka lo pahit lagi," balas Sebastian. "Yaudah, kalau gitu. Bye.”

Sebastian menaikkan kaca mobil itu kemudian menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan Clara yang terlihat kelimpungan.

“Jadi gue benar-benar ditinggalin?” Clara berdiri mematung memandang mobil Sebastian yang kian menjauh.

“Sialan kau Bastian. Lihat aja, gue balas lo. Nggak ada peka-pekanya jadi cowo. Minimal dipaksa gitu naik ke mobil, ini main tinggal aja.”

Clara tampak bersungut-sungut, “Jadi gimana ini?”

Clara berjalan kembali menuju kursinya tadi dan sembari memesan taksi melalui ponsel. Ini lagi satu-satunya cara Clara bisa pulang ke kediaman camer.

Sembari menunggu Clara menghabiskan menonton dan scroll video diponselnya.

Waktu pun terus berlalu hingga Clara sudah tiba di kediaman ‘Kanigara Family’ dengan menggunakan taksi. Setelah memberi ongkos, Clara langsung berjalan menuju gerbang lalu menekan bel beberapa kali agar pintu gerbang segera dibukakan.

“Non Clara ya?” tanya penjaga di kediaman Kanigara ketika sudah membukakan gerbang besar itu.

Clara merespon pertanyaan penjaga itu dengan mengangguk kikuk.

“Clara.”

Clara tersentak kaget melihat calon mama mertua datang menghampirinya langsung ke gerbang.

Memang tadi ketika dipersimpangan menuju ke sini, Clara sempat menchat Carissa untuk menanyakan kediaman mereka berbelok ke arah mana, karena Clara memang tidak tau.

Mana Clara naik taksi lagi, bisa-bisa tarif bayarannya jalan terus kalau mereka sibuk keliling komplek hanya untuk mencari kediaman Kanigara.

Daripada tersesat atau tidak sampai tujuan mending langsung bertanya saja, bukan?

Untuk itulah Carissa langsung datang ke gerbang untuk memastikan kedatangan Clara. Carissa benar-benar terkejut saat mengetahui Clara datang ke rumah dengan menggunakan taksi. Kemana putra bungsunya, pikir Carissa bertanya dalam hatinya.

‘Benar-benar mau minta dihajar nih anak.’ batin Carissa.

“Kamu baru sampai, nak?” tanya Carissa lalu mengamati arah belakang Clara seolah tengah mencari sesuatu, “Kamu benaran naik taksi, sayang?” tanya Carissa lagi karena tidak melihat taksi ada di sana.

Clara mengangguk, “Iya, naik taksi tan. Taksinya udah pergi tan.”

Carissa merasa kaget dan heran, “Apa Ian tidak datang ke kampus? Tadi tante sudah menyuruh dia untuk menjemput kamu?”

“Tadi dia datang tan, cuma langsung ninggalin Clara.”

“Soalnya Clara nggak tau kalau pemilik mobil itu adalah Bastian, jadi pas dia klakson Clara nggak nyamperin, takutnya nanti salah orang. Kan malu kalau benaran salah manggil orang,” ujar Clara menceritakan kejadian di kampus tadi.

Carissa hanya mengangguk membenarkan ucapan Clara. Jika kejadian itu terjadi padanya, sungguh terasa sangat memalukan. Serasa ingin menghilang dari muka bumi saja, kalau merasa dirinya yang dipanggil seseorang padahal sebenarnya enggak.

“Jadi setelah itu, Ian langsung pergi gitu aja ninggalin kamu?

“Iya. Pas Clara dekatin, Bastiannya kesal terus pergi deh ninggalin Clara. Jadi Clara pesan taksi, Clara capek nunggu di sana, mana sendirian lag—”

“Sudah-sudah, jangan dilanjutin lagi,” Carissa jadi merasa kasihan sama calon menantunya, “Jadi gara-gara itu dia ninggalin kamu?” Carissa jadi merasa kesal pada anak bontotnya itu.

Clara mengangguk.

“Tapi kemana anak itu?” tanya Carissa, “Dia belum ada sampai ke sini?”

“Nggak tau tan.”

Clara dan Carissa secara bersamaan menoleh ke arah jalan, ketika terdengar suara mobil menderu sedang melaju ke arah mereka.

“Itu dia sudah pulang,” jari telunjuk Clara mengarah pada sebuah mobil merah hendak menuju ke arah mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 58

    “Baiklah, besok aku akan pergi ke sana.” Clara menutup panggilan telponnya. Clara menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Ada Georgino yang berdiri di sana lalu berjalan pelahan memasuki kamar.Seperti tidak ada niat untuk menyambut kepulangan sang suami, dia melangkah acuh menuju kasur dan duduk ditepi ranjang kemudian memainkan ponselnya.Georgino di dekat meja untuk meletakkan tas kerjanya di sana.“Apa masih sakit?”Clara tidak menjawab, dia sibuk memainkan ponselnya. Georgino mendekat, "Hei", panggil Georgino. "Aku sedang berbicara denganmu.”"Oh. Kau memanggilku— sorry, saking sibuknya dengan ponsel.” Clara berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya tadi.Clara mengalihkan pandangannya dan jadi salah tingkah karena Georgino hanya diam namun terus memandangnya dengan tajam. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Clara tidak tahan lagi saat ditatap seperti itu oleh Georgino.Pria itu mengabaikannya, Georgino masih menatap Clara dengan intens. "Apa masih sakit?" Georgino kembali bert

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 57

    “Ra, bisa diam napa, gue jadi pusing lihat lo mondar-mandir gitu.”Karina menoleh menghadap Tasya lalu menatap Clara lagi. “Betul tuh. Apa udah nggak sakit lagi. Lo kan baru siap coblos semalam?”Keduanya sedari tadi sibuk memperhatikan Clara yang mondar-mandir seperti setrika sejak mereka memberitaukan bahwa Georgino bersama Kiara diperpustakaan.‘Sial. Udah dapat enaknya aja, berani juga dia asik-asik’an dengan si Kiara itu.’“Kalian tidak berbohong, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain, kan?” tanyanya yang tidak tahan lagi karena penasaran di dorong rasa cemburu. Maybe.“Tadi sih nggak ada. Cuma Kiara aja nabrak kak Darian habis itu dia pergi, makanya kami bisa bertemu dengan pak Gino.” sahut Karina.“Tapi bisa aja, kan pas kita pergi dia jumpai pak Gino lagi.” timpal Tasya membuat Karina terlebih Clara menatap heran ke arah gadis itu.“Lo kok gitu sih Sya.” Karina memukul kakinya Tasya.Tasya terkekeh ditempatnya melihat Clara yang sudah meringkuk di sofa panjang di depannya. Dari waj

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 56

    Clara sudah berada di dalam kamarnya lagi tengah berbaring memeluk gulingnya dengan erat sembari memikirkan sesuatu yang membebani pikirannya.“Kenapa ya? Heran aja gitu, tumben-tumbenan aja dia mau balik ke sini. Biasa juga harus dipaksa dulu, itupun kalau boleh dihitung biasanya cuma setahun sekali, udah kayak anniversary aja.” Clara bergumam pelan.Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu. “Siapa?” Clara bertanya pada dirinya sendiri. “Mama kan baru pergi lagi? Apa bibi? Tapi ngapain?”Meski merasa malas, Clara memaksa dirinya berjalan membuka pintu kamar. Saat pintu terbuka, Clara dengan wajah melongoh terkejut melihat kehadiran kedua sahabatnya.“Hai.” sapa Karina.“Kalian sejak—Maksudku ngapain kalian kesini?”Karina tidak menjawab, dia tersenyum-senyum sendiri karena sikap Clara yang sangat menggemaskan saat ini. Clara terlihat lucu dimatanya kalau sedang dalam mode blo-on“Gila. Rumah suami lo besar juga ya. Rumah orang tua gue nggak ada apa-apanya.” decak Karin

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 55

    “Semoga tim kak Darian menang. Sayang kita nggak bisa datang, mana si Clara juga ijin nggak masuk lagi.” tutur Karina.“Katanya sih sakit.” timpal Tasya. “Tapi sumpah deh aku jera kalau mau ngajak dia ke bar lagi. Tatapan pak Gino waktu itu seram. Untung si Clara bertingkah, jadi bisa ngalihin perhatian dia.”“Masa sih.” seru Karina tidak percaya.“Kau mah nggak tau. Kan kau lagi mabuk juga waktu itu.”Di kampus, Tasya dan Karina sudah berjalan keluar dari gedung fakultas mereka. Untuk hari ini mereka hanya satu jadwal matkul saja. Jadi setelah tidak memiliki kegiatan lagi.“Kita mau kemana?”“cari makan dulu, siap itu kita pergi lihat Clara.”“Memang kau tau dia tinggal dimana?”“Kan bisa ditanya nanti sama Clara lewat telpon, kalau nggak sharelock.”Langkah keduanya mendadak terhenti ketika melihat sosok pria yang sangat dia kenal.“Pak Gino.”Tasya dan Karina saling tatap-tatapan. Sepertinya pikiran mereka saling terhubung hingga tanpa dikomando terlelebih dahulu, baik Karina dan

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 54

    “Apa yang kau kau lakukan di dalam sana? Udah lumutan aku gara-gara nungguin kalian.”Georgino malas menanggapinya, dia menatap Haris dengan raut wajah datar. “Berisik.” ucapnya singkat, namun wajahnya tampak begitu kesal. “Kalau kau memang nggak mau kerja samaku lagi mending kembali ke Singapura sana.”Haris mencebikkan bibirnya. “Santai napa bos. Sensi amat.”Georgino mengulurkan tangannya mengambil paper bag yang dipegang sama Haris. Dia membukanya untuk memeriksa barang yang dibawakan oleh asistennya itu.“Pakaian dari rumah, kan?”“Iya. Aku mana tau ukuran baju istrimu, jadi mending ke rumah aja, eh syukurnya ada nyonya besar di rumah. Jadi gampang deh, yang susahnya cuma nungguin kalian di sini.”“Orangtuaku udah pulang?” Georgino mengabaikan ucapan terakhir dari Haris.“Sudah, makanya pakaian nona Clara mamamu yang ngambilin.”“Oke, terima kasih. Kalau begitu kau boleh pulang.”“Tentu saja... eh tapi kalian mau pulang sekarang, kan? Mamamu tadi nanyain. Kau sih orang nelpon ngg

  • MENIKAHI DOSEN TAMPAN MENYEBALKAN   MDTM II 53

    Keesokan harinya Clara terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Sementara disebelahnya, Georgino merasa masih ngantuk, langsung menarik Clara ke dalam dekapannya. "Jangan bergerak. Lebih baik kau tidur lagi.”Mendengar suara serak Georgino membuat mata Clara melotot sempurna. Dia menoleh dan melihat Georgino dalam keadaan shirtless alias bertelanjang dadanya.Merasakan ada sensasi hangat yang terhantar karena tubuh mereka saling bersentuhan, sontak Clara menyibak selimut dan melihat tubuhnya dalam keadaan polos yang sedang didekap oleh Georgino.“Akkkhhh.”Clara menjerit kala melihat sesuatu tersembunyi di dalam selimut dan sukses membuat Clara kembali menutup selimutnya. Clara segera terduduk membuat tidur Georgino jadi terganggu.“Kenapa kau berisik sekali?!”“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” cecar Clara dengan tatapan sinis bercampur marah.“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”Clara menggeram tak percaya. Ingin bertanya, justru pria itu ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status