Share

MDTM II 08

‘Sebastian panjang umurnya,’ pikir Clara.

Orang yang sedang  mereka bicarakan akhirnya datang juga.

Sementara Sebastian di dalam mobilnya dengan tatapan heran melihat Clara sedang menunjuk ke arahnya.

“Ngapain lagi nih orang?”

Di sisi lain, Carissa berjalan maju mendekati mobil itu membuat Sebastian jadi menghentikan mobilnya sejengkal tepat di depan mamanya.

Terlihat Carissa langsung mengitari mobilnya menuju pintu tempat Sebastian berada.

Sebastian menoleh ke samping melihat mamanya.

“Ian... keluar mama bilang,” ujar Carissa sambil terus mengetuk kaca jendela mobilnya.

Sebastian di dalam mobil mengabaikan perkataan mamanya, dia justru memalingkan wajah dan melihat ke arah Clara sedang memeletkan lidah ke arahnya, “Gue nggak tau dia sudah ngomong apa sama mama. Awas kau Clara.”

Kemudian Sebastian menoleh ke samping dan melihat wajah mamanya, “Firasat gue nggak enak lagi.”

“Ian buka pintunya,” perintah Carissa, “Atau nggak mama—”

Baru saja ingin mengeluarkan ancaman, pintu mobil sudah terbuka.

Carissa tampak marah dan kesal langsung memberi pukulan di lengan Sebastian. Tak hanya itu, bahkan Sebastian juga mendapat jeweran pedas dari mamanya hingga membuatnya meringis kesakitan

“Ampun ma, sakit,” teriak Sebastian sembari memegang telinga yang kena jeweran dari mamanya sementara tatapannya yang tajam tertuju pada Clara.

Clara ditatap begitu langsung menundukkan kepala karena ditatap penuh dendam oleh Sebastian.

Bukannya takut, hanya saja—you know-lah?

“Kenapa kamu ninggalin Clara? Kan mama menyuruh kamu untuk menjemputnya bukan malah ditinggalin?” omel Carissa setelah membebaskan Sebastian dari jewerannya.

Sebastian mengusap-usap telinganya dengan masih menatap tajam pada Clara, “Habisnya dia ngeselin banget. Terus dia sendiri kok yang bilang nggak mau naik ke mobilku.”

Clara membelalakkan matanya, otaknya buru-buru bekerja untuk membalas ucapan Sebastian, “Kayak mana aku mau naik ke mobil tan, wajah Bastian kayak nggak iklas mau numpangi aku.”

Lalu Clara menoleh ke arah Carissa, “Coba tante bayangkan ada diposisi aku. Kalau misalnya tante mau pergi shopping, terus tante lihat wajah om Reinard kayak nggak ikhlas gitu, tante masih mau naik ke mobil dan pergi shopping nggak?”

Carissa tampak sedang berpikir kemudian menjawab, “Ya enggaklah, udah hilang mood tante untuk shopping,” ucap Carissa sedikit lantang. Jika suaminya cuma bertahan 20 menit untuk menemaninya belanja tetap saja membuat Carissa merasa bete.

Sementara Sebastian masih berdiri tercengang ditempatnya. Dia merasa syok dengan mulut terbuka lebar setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Clara barusan. Bisa-bisanya dia membawa papanya ke dalam masalah ini. Clara benar-benar definisi orang berbahaya, pikir Sebastian.

Bisa-bisa membuat papa, mamanya jadi perang gara-gara omongan Clara.

Sebastian jadi berpikir untuk tidak membiarkan abangnya menikah dengan gadis seperti Clara. Bastian memiliki tekad yang bulat untuk memikirkan cara agar Clara jangan sampai masuk dalam anggota Kanigara.

Tidak akan aku biarkan kau Clara bergabung di keluarga kami.’

Bola mata Sebastian melirik ke samping saat mendengar gadis itu kembali membuka suaranya.

“Jadi tante, yang terpenting Clara sudah sampai ke sini dalam keadaan baik-baik juga. Jadi Sebastian jangan dimarahin ya, kasihan dia.”

Cih. Sebastian berdecih dalam hati. Kasihan katanya.

Sebastian menatapinya dengan mata bombastic side eyes karena lagi-lagi dia berhasil dibuat tercengang oleh Clara.

Berbeda dengan Clara, dia tidak merasa takut ditatap seperti itu oleh Sebastian.

Clara menarik pelan lengan Carissa hendak mengajaknya  untuk pergi masuk.

“Tan, ayo ke rumah. Clara haus tan, mau minum.”

Mendengar ucapan Clara, Carissa buru-buru berjalan menuntun calon menantunya masuk ke kediaman mereka.

Ini pertama kalinya Clara melangkahkan kaki. Jadi Carissa harus menyambutnya dengan baik. Harusnya. Tapi gara-gara ulah Sebastian, Carissa jadi merasa tidak enak hati pada Clara.

Sementara Sebastian menatap Clara bersama mamanya dengan perasaan kesal sembari berkacak pinggang. Dia menendang bebas ke udara untuk meluapkan rasa kekesalannya kepada Clara.

“Awas kau Clara.”

Kalimat ancaman itu keluar lagi dari bibirnya Sebastian, entah apa yang akan Sebastian lakukan untuk membalas gadis itu.

Sebastian masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu mobilnya cukup keras lalu membawa mobil itu masuk ke dalam kediaman mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status