Share

Bab 28

Penulis: Sidney Fellice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-15 23:38:24

Alba langsung membungkuk sedikit ke arah Dastan yang muncul tiba-tiba.

“Mohon maaf, Tuan. Aku akan segera mendampingi Nona Lyra ke ruang ganti. Pakaian pagi sudah disiapkan di kamar. Kami... tidak menyangka nona akan keluar seperti ini.”

Dastan mengalihkan pandangan pada Lyra, sesaat sebelum kembali menatap Alba. Satu alisnya terangkat, suaranya tenang tapi tegas.

“Tidak perlu.”

Alba menegang. “Tuan?”

“Dia bebas mengenakan apapun yang dia mau,” ucap Dastan. “Jangan terlalu kaku.”

Lyra nyaris membuka mulut untuk membantah, tapi saat melihat tatapan Dastan yang biasa dingin kini justru terasa melindungi, dia hanya bisa menunduk—malu dan... entah kenapa, hatinya berdegup sedikit lebih cepat.

Alba masih berdiri kaku, bingung.

Dastan menambahkan, “Kamu tidak perlu minta maaf karena calon istriku merasa nyaman di rumah ini. Justru itu yang kuharapkan.”

Alba cepat-cepat menunduk dalam. “Tentu, Tuan. Mohon maaf atas kelancanganku.”

Dastan berlalu lebih dulu ke ruang makan, disusul Lyra yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 121

    "Syarat apa maksudmu?" Talia masih berusaha mempertahankan senyumnya yang tak lagi alami.Dastan menyandarkan satu tangan ke saku celana, posturnya tetap angkuh seperti biasa. “Aku setuju menerima perusahaan Sasmita… dengan satu ketentuan.”Lyra menatap Dastan dengan khawatir. “Ketentuan apa?”Dastan menoleh padanya dan memberi senyum samar yang membuat jantung Lyra berdetak tak karuan. Tapi saat kembali memandang Talia, senyumnya menghilang.“Syaratnya adalah... semua proses dan keputusan kerja sama akan berada sepenuhnya di bawah kendali Lyra.”Talia mengerjap. “Kendali Lyra? Tu-tunggu, apa maksudmu… sepenuhnya?”“Sepenuhnya,” ulang Dastan tenang. “Artinya, hanya Lyra yang berhak berkomunikasi dengan tim proyek kami. Hanya Lyra yang akan menerima dokumen, menghadiri rapat, dan menandatangani kontrak. Jika ada campur tangan dari pihak lain, kerja sama otomatis dibatalkan.”Warna wajah Talia memudar seketika. Syarat itu sungguh tak pernah terprediksi sebelumnya. Bagaimana bisa Dastan

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 120

    Belum juga ucapan salam pembukanya selesai, Suara keras Talia sudah lebih dulu mendobrak gendang telinganya. “APA YANG KAU LAKUKAN, LYRA?!” teriakan Talia membelah udara seperti cambuk petir. “Kenapa belum ada pemberitahuan apa pun dari perusahaan Adiwangsa? Kau tidak bicara pada Dastan?!” Lyra mencoba menarik napas, bersiap menjelaskan, tapi Talia tak memberinya ruang.“Kenapa nama perusahaan kita TIDAK ada dalam daftar? HAH?! “Ma... dengar dulu—”“DENGAR APA?!” sembur Talia, memburu tanpa ampun. “Dua sosialita di grup sudah memamerkan undangan langsung dari Adiwangsa Corp! Undangan EKSKLUSIF! Kau tahu apa artinya?! Kita disingkirkan, Lyra! KITA TIDAK DIANGGAP!”Lyra terdiam. Kepalanya mulai pening mendengar amukan ibunya.“Kau tinggal dengan Dastan! Kau tidur dengannya! Tapi bahkan satu undangan proyek pun TAK BISA KAU DAPATKAN?! APA GUNANYA KAU DI SANA?!”Lyra sontak memejamkan mata. Suara ibunya tak hanya menusuk telinga, tapi juga menusuk ulu hati.“Ma, tolong—”“Kau gagal, Ly

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 119

    Ibunya pasti menuntut penjelasan kalau mereka gagal dan... dia tak siap.Langkah kaki Dastan kembali terdengar dari dalam walk-in kloset. Lyra langsung berpura-pura sibuk dengan tabloid, meski hanya asal membuka lembaran tanpa melihatnya. Ia bahkan tak sadar bahwa napasnya mulai pendek karena tegang.Dastan berdiri di depan cermin, mengenakan kemeja putih dan celana bahan gelap. Jemarinya sibuk menyesuaikan dasi navy bergaris halus, seraya menahan ponsel di antara pipi dan bahu.“Tidak ada tender terbuka,” katanya tenang pada lawan bicara di telepon. “Aku sudah menetapkan sendiri siapa yang akan jadi subkontraktor, pemasok, dan mitra teknis utama. Biarkan yang lain berisik di media, aku hanya butuh hasil.”Di tempat tidur, Lyra duduk menegakkan tubuh, pura-pura tenggelam dalam tabloid. Padahal matanya hanya tertuju ke arah suara Dastan berasal. Sejak percakapan pagi mereka kemarin, Dastan belum memberi kejelasan apa pun soal keputusan proyek besar itu. Dan sekarang... dia masih tidak

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 118

    Setelah beberapa detik yang mencekam.Dastan akhirnya berkata lebih lanjut, “Ada beberapa perusahaan yang diajukan oleh para investor. Mereka punya rekam jejak bagus juga kredibilitasnya solid. Semua sudah menyetujuinya.”Hati Lyra mencelos. Dastan belum menyebut nama-nama perusahaan itu, tapi ia tahu, salah satunya bukan perusahaan keluarga Sasmita.Ibunya pasti akan murka. Dia gagal. Misi yang ditekankan sejak awal agar Dastan melibatkan keluarga Sasmita dalam proyek prestisius ini, tampaknya benar-benar menggelinding ke jurang.Lyra menunduk, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia bisa merasakan tekanan ibunya sudah menunggu di ujung harinya. Kegagalan ini akan punya harga.Dastan memperhatikan perubahan raut wajah Lyra. Dia diam sejenak sebelum melanjutkan dengan nada datar, “Tapi aku belum memutuskannya.”Lyra kembali mendongak, matanya membulat. "Kenapa?"“Aku masih mempertimbangkan satu opsi lain,” jawab Dastan sambil melangkah masuk dan menurunkan Lyra hati-hati. Matanya me

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 117

    "Lyra!"Panggilan panik itu menyadarkan Lyra.Matanya terbuka lebar menatap wajah Dastan yang sangat cemas."Kau mimpi buruk?"Lyra langsung terbangun lalu memeluk Dastan dengan erat. Napasnya memburu, tubuhnya dibanjiri keringat dan bergetar hebat seperti baru ditarik dari tepi jurang."Ada orang... ada orang di luar jendela... kotak merah itu..." bisiknya terbata, wajahnya kini terkubur di dada Dastan.Dastan mengusap punggung Lyra perlahan, mencoba menenangkan. "Tenang, Lyra. Tidak ada siapa-siapa. Itu cuma mimpi."Namun pelukan Lyra justru menguat. Matanya mengintip ke arah jendela. Hari masih senja. Benar, dia hanya mimpi buruk karena trauma. Dastan menghela napas pelan. Ia tahu Lyra sedang tidak dalam kondisi baik. Tangannya menggenggam tengkuk Lyra, memeluknya lebih erat."Aku akan periksa semuanya. Kau tidak perlu takut. Aku di sini."Lyra mengangguk. Menahan tangis yang mendesak keluar. Dia tak mau terlihat cengeng di depan Dastan. Tapi saat pria itu hendak bangkit, kedua ta

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 116

    Waktu seolah berhenti berputar. Napas Lyra tercekat dengan mata membelalak menatap isi kotak dan kemudian...“AAAH!”Jeritannya mengguncang ruangan. Lyra nyaris melompat dari ranjang. Kotak tadi terlempar dari tangannya, jatuh ke lantai dengan isi yang terguling keluar:Para pelayan terlonjak kaget.Seekor bangkai tikus tergeletak dengan bercak merah menodai bulunya. Di bawahnya, ada selembar foto polaroid—wajah Lyra—yang dicetak dalam warna pudar dan penuh baret. Bekas goresan benda tajam.Semua orang terdiam. Terpaku ketakutan."Nyonya!" Alba yang bergerak pertama kali memeluk Lyra. Nyonya mereka itu kini terisak tak terkendali, tubuhnya gemetar hebat karena terkejut.Dastan bangkit dari sofa, melangkah cepat dengan sorot mata berbahaya. Ia mengambil sarung tangan kulit di sisi meja, mengenakannya sebelum mendekat dan jongkok di depan isi kotak. Ujung jarinya menjungkirkan binatang kecil itu lalu bergumam, "Ini mainan yang disiram cat merah.” "Jadi bukan sungguhan?” Alba terdenga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status