Share

Bab 2. Salah Paham

"Sebenarnya ini ada apa? Kenapa kamu bilang akan menikah sekarang juga?" tanya lelaki yang tadi dipanggil 'Pa' oleh Wiji. 

Tidak kusangka, lelaki itu sangat tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Kalau sudah tua saja gagah dan berwibawa, bagaimana saat masih muda, ya? Mungkin Wiji juga tampan andai wajahnya tidak rusak. 

"Sebenarnya ini hanya salah paham, Pa. Wanita itu memergoki aku yang sedang membantu Mbak Endah karena ia hampir jatuh, tetapi ia malah memanggil orang-orang dan bilang kalau aku sudah berbuat mes*m dengannya, padahal kenyataannya tidak seperti itu." Wiji menunduk. 

Lelaki itu menatap Wiji dengan sorot mata tajam. Lalu berpandangan dengan wanita yang ada di sampingnya. 

"Maling mana ada yang mau ngaku? Untung tadi aku melihatnya, kalau tidak, mungkin keperawanan adikku ini sudah hilang," ujar Kak Sitha ketus. 

"Cukup, Kak! Aku tidak seperti itu. Sudah kubilang kalau ini hanya salah paham!" Aku berteriak. 

Tanganku mengepal dan dadaku bergemuruh mendengar ucapan yang terlontar dari mulut kakakku kali ini. 

"Sayangnya kami tidak percaya dan aku minta kamu nikah sekarang juga dengan lelaki itu. Kalau tidak, kalian berdua akan diseret keliling kampung tanpa pakaian, mau?" tanya Kak Sitha melotot. 

Aku melirik bapak dan ibu, berharap mereka akan membelaku, tetapi ternyata mereka hanya bungkam seribu bahasa. 

Entah apa yang ada di pikiran kakakku yang bernama Rositha Dewi itu, ia begitu kekeuh ingin aku menikah dengan Wiji padahal ia bisa saja bilang kalau ini hanya salah paham. Kuncinya kali ini ada di Kak Sitha, kalau ia diam, pasti semua orang itu tidak akan ada di sini. Seketika rasa benci padanya muncul begitu saja. 

"Pak, Bu, tolong Endah." Aku memegang lengan orang tuaku secara bergantian dengan berderai air mata. 

"Bapak tidak bisa berbuat banyak, ini sudah menjadi kesepakatan warga sini, barang siapa yang melakukan perbuatan zina harus dinikahkan agar tidak terus menerus melakukan perbuatan dosa," ucap bapak tegas. 

"Tapi aku tidak melakukan seperti yang kalian tuduhkan. Aku sudah bilang kalau ini hanya salah paham, kan? Kenapa kalian tidak mengerti juga?"

"Tidak, kalian harus dinikahkan," jawab bapak. 

"Kak Sitha tolong bilang ke orang-orang kalau  ini hanya salah paham." Aku memegang lengan kakakku satu-satunya itu berharap ia mau menolongku kali ini karena aku benar-benar  tidak siap jika harus menikah dengan lelaki yang entah berasal dari mana itu. 

"Justru itu yang kumau, Ndah," jawab Kak Sitha sinis. 

Kupandangi wajah lelaki yang rusak itu sehingga terlihat sedikit menyeramkan jika dilihat lama-lama. 

"Baik, aku akan menikahi Endah," ucap Wiji kemudian. 

Lututku lemas seakan tidak bertulang. Selama ini aku bermimpi bersanding dengan lelaki yang bernama Arka, tetapi karena kecerobohan, mimpi itu harus kubuang jauh-jauh sekarang. Ya, hari ini aku memang kurang enak badan, bahkan ibu tadi juga sudah mengingatkan untuk libur jualan dan memintaku untuk istirahat, tetapi bapak malah tetap menyuruhku untuk tetap jualan seperti biasa. 

"Kalau Endah tidak jualan, bagaimana mau punya pemasukan?" tanya bapak sambil menyesap rokoknya sehingga keluar asap dari mulutnya. 

"Endah sakit, Pak. Badannya panas, biarkan ia libur jualan hari ini," ujar ibu sambil memijit lengan bapak. 

"Ini hari Sabtu, Bu, pengunjung biasanya rame, sayang, kan, kalau dilewatkan begitu saja. Sudah, biarkan saja Endah tetap berjualan seperti biasa." Bapak berdiri dan menepis tangan ibu. 

"Tapi, Pak?" Ibu mengejar bapak yang hendak keluar. 

"Tapi apa? Jangan terlalu memanjakan anak, Bu. Baru panas sedikit saja terus disuruh istirahat, bagaimana mau maju kalau seperti itu?" Bapak memakai jaket setelah itu mengambil kunci motor dan pergi. 

"Sudahkah, Bu. Biarkan aku tetap berjualan. Benar kata bapak, di akhir pekan seperti ini sayang kalau sampai libur jualan." Aku mengusap pundak ibu. 

Entah ada apa dengan bapak, ia seperti membedakan kasih sayang antara aku dan Kak Sitha padahal kami sama-sama sebagai anak perempuan. Kak Sitha diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi sedangkan aku dilarang saat akan kuliah setelah lulus SMA. 

"Anak perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya lari ke dapur, kan?" tanya bapak dengan nada tinggi saat aku mengutarakan maksudku untuk kuliah. 

"Tapi kenapa Kak Sitha diizinkan kuliah?" 

"Sitha itu beda, dia pintar dan calon guru di masa depan. Lagi pula kalau kamu kuliah dan harus kost di kota siapa yang mau membantu bapak jualan?" 

Saat aku masih sekolah, warung ini bapak dan ibu yang mengelola dan aku hanya membantu setelah pulang sekolah saja, tetapi setelah lulus sekolah, semuanya diserahkan padaku untuk mengurusnya. 

Dari warung inilah kami bisa makan, bahkan Kak Sitha bisa kuliah di kota dan kost juga berkat warung ini.

"Bagaimana, Ndah? Apakah kamu sudah siap untuk menikah sekarang juga?" Kak Sitha membuyarkan lamunanku. 

"I--iya, aku siap." Aku menunduk karena sepertinya percuma kalau harus menolak. 

"Apakah harus dinikahkan sekarang juga? Kami belum punya persiapan?" tanya lelaki yang duduk di samping Wiji. 

"Kita nikahkan mereka secara siri dulu, yang penting sah secara agama dan tidak perlu mengadakan pesta. Nikah ini sifatnya hanya mengikat saja agar lelaki ini tidak lari dari tanggung jawab," ucap bapak. 

Aku tidak bisa berkutik lagi ketika akhirnya kami dibawa pulang termasuk Wiji dan keluarganya. Pasrah, itu lah aku saat harus duduk di samping Wiji yang sudah siap untuk mengucapkan ikrar yang sangat sakral. 

Tiba-tiba terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah. Aku terkejut saat melihat siapa yang datang. 

"Endah, kamu sudah tahu kalau aku akan melamarmu hari ini sehingga sudah banyak orang seperti ini?" tanya Arka yang baru saja datang dengan orang tuanya. 

Ternyata lelaki tampan anak Pak Lurah itu benar-benar menepati janjinya untuk melamarku, tetapi kenapa ia harus datang di saat seperti ini? Ini bukan saat yang tepat untuk melamarku, Ar! 

Aku menunduk dan lidahku terasa kelu, bingung bagaimana mau menjelaskan kalau aku akan menikah dengan lelaki lain saat ini juga. 

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status