Beranda / Rumah Tangga / MENIKAHI SUAMI WARISAN / 7. PILIH IBU ATAU DIA??

Share

7. PILIH IBU ATAU DIA??

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-19 20:47:53

              Anggukan kepala Radit yang tampak mantap membuat semua pengunjung di warung sana terdiam seketika. Setelahnya memandang Amanda dengan tatapan tak percaya.

“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Radit kemudian. “Tidak ada peraturan yang mengatakan kalau pria yang ditinggal mati istrinya butuh waktu untuk menikah lagi ‘kan?”

              Sontak mereka menggeleng kompak. Radit pun mengulum senyum lalu menyelesaikan pembayaran untuk makanan yang dipesannya.

              Semula suasana di rumah nan asri milik peninggalan keluarga Radit tampak hening selepas makan siang berlangsung. Sang ibu memilih beristirahat di kamar. Sementara dua pasangan suami istri tersebut masih berada di meja makan.

“Ck. Bahkan wastafel saja tidak ada?” kekeh Amanda dengan raut wajah meremehkan.

Radit menanggapinya dengan anggukan santai. Tak pelak menyambar peralatan makan yang baru saja mereka gunakan. “Sekalian aku tunjukin kamar mandinya yuk. Kali aja kau mau pipis atau apa. Bantuin aku cuci piring juga boleh.”

“Ajarin istrimu beres-beres, Dit! Jangan manja sementang dari kota!!”

              Oh ya ampun. Ibu mertuanya ternyata masih bisa mendengar meskipun berada di kamar. Apa dinding di ruangan rumah ini punya kemampuan super yang menjadikan wanita paruh baya itu mendengar semuanya? Amanda tak habis pikir sama sekali.

“Iya, Bu!” sahut Radit yang malas membantah. Namun, tangannya masih juga sibuk membereskan meja makan. Sementara Amanda hanya mengikut langkahnya yang kini menuju pintu bagian samping.

              Terdapat tempat cucian piring ukuran 2x2 meter. Ada ember sedang untuk penampungan air di sana. Dengan cekatan Radit menurunkan barang bawaannya.

“Kau mencuci sambal berjongkok?”

“Hu um. Ada dudukan di sebelah kirimu. Pakai saja.” Radit menunjuk benda persegi panjang dengan dagunya. Seolah mengisyaratkan sang istri untuk membantu pekerjaan yang ia lakoni saat ini. Apalagi kalau bukan membasuh piring.

“Merepotkan. Iih!” Amanda memberengut kesal.

“Sabar ya. Besok juga kita balik.”

              Manalah Amanda betah jika lama-lama tinggal di desa. Terlebih saat melihat kondisi kamar mandi yang tadi sempat ia gunakan untuk buang air kecil. Gerimis sedikit saja maka bajunya akan basah karena tempat itu tidak memiliki atap. Heran juga kenapa sampai sekarang masih ada orang yang suka hidup susah dan serba terbatas seperi mertuanya. Itulah yang ia pikirkan.

“Setidaknya masih aman. Tak masalah kalaupun harus menggunakan kipas angin,” gumamnya saat Radit mengutarakan tidak ada pendingin ruangan di kamar itu.

              Matanya kemudian beralih pada dua buah figura yang ada di dinding. Menampakkan foto pernikahan yang sangat ia kenali. Tentu saja mendiang sang adik dan suaminya yang sekarang. Tampak serasi sekali. Bahkan tadi dirinya juga tak sengaja melihat satu yang serupa di ruang tamu. Sekali lagi Amanda harus sadar bahwa dia sudah menikahi mantan iparnya.

              Butuh waktu lama untuk bisa menyamankan tubuh di atas ranjang besi yang ia tempati saat ini. Entah kenapa pemandangan yang sekarang mengingatkannya pada film horror yang pernah ditonton. Pun lengkap dengan segala furniture yang ada pula.

“Kenapa? Ini masih siang loh,” kekeh Radit yang bisa menangkap raut wajah tak nyaman istrinya. “Belum lagi kalau malam. Suara jangkrik udah biasa di sini.”

              Amanda enggan menyahuti celotehan ringan barusan. Dia mengembuskan napas pelan lalu memunggungi Radit yang baru saja duduk di bibir ranjang.

              Suara kaum ibu di halaman rumah memaksa Amanda membuka matanya. Jelas terdengar memekakkan telinga lantaran riuh sekali. Padahal sepertinya dia baru saja terlelap beberapa saat.

“Oh. Jadi si Radit naik ranjang ya?”

“Wah. Sama perawan tua yang Bu Ningsih pernah ceritakan itu? Walah. Kok mau sih? Walaupun cantik, tapi apa bisa hamil nantinya? Udah kepala tiga lebih loh. Masa’ Ibu mau punya cucu cuma satu saja.”

              Apa-apaan ini? Perawan tua? Hamil? Sumpah. Amanda benar-benar terusik dengan omongan para tetangga kaum julid barusan. Dia tentu tak ingin tinggal diam. Bersiap hendak membalas apa yang diutarakan oleh mereka.

“Hei?” sapa Radit yang baru saja selesai mandi. Pria itu tampak seperti remaja tanggung dengan sarung dan kaus oblong kebesarannya. “Mandi dulu gih. Sudah jam enam.”

              Belum sempat Amanda menanggapinya, suara derit pintu yang terbuka terdengar dari arah depan. Wajah Bu Ningsih sudah tampak merah padam.

“Bagus ya! Menantu apa kau ini, hah? Bangun tidur jam segini. Mau enak tinggal makan. Iya??” sentaknya dengan tatapan berapi-api.

“Bu, tenang dulu,” kata Radit. “Ibu kenapa sih? Kesambet setan menjelang Maghrib ya? Pulang-pulang kok marah.”

“Gimana enggak marah coba? Kau sama istrimu udah buat ibu malu,” geram Bu Ningsih lagi. “Mereka semua bertanya-tanya kenapa kau nikah lagi. Ihh! Baru ibu sadar kalau kerabat kita belum pada tahu. Pusing ibu kau buat, Dit.”

              Napas mertua Amanda itu terengah-engah lantaran menahan emosi. Lantas Radit pun membimbingnya  untuk duduk di ruang tamu. Tak lupa memijat bahu tubuh ringkih tersebut dengan sabar.

“Nanti darah tinggi Ibu kambuh lagi,” ucap Radit prihatin. Dia memasang kode pada Amanda untuk duduk mendekat.

“Kalian pokoknya enggak boleh pulang. Selesaikan dulu masalah yang ada di sini.”

Amanda yang sangat syok lekas menggeleng. “Mana bisa begitu. Aku mau pulang.”

“Radit ini anakku. Harus nurut sama ibunya!!” Bu Ningsih menatap menantunya dengan penuh permusuhan.

“Oke. Kalau gitu aku yang pulang sendiri. Fine!!”

“Eh eh. Kok malah berantem jadinya sih?” Radit pun jadi kalang kabut sendiri.

“Kau yang janji ‘kan kalau besok kita pulang?”

“Jangan, Dit,” Bu Ningsih tak mau kalah. “Kau mau pilih ibu atau dia??”

             

             

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   136. TAKDIR TUHAN SELALU BAIK (TAMAT)

    Radit tahu bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Yang Kuasa. Namun, entah mengapa sulit sekali menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Sungguh pengalaman pamit saat menyambut kelahiran Ayra dulu masih membekas jelas di dalam ingatannya. “Kalau Bapak mau ke luar dari sini silakan. Operasi akan segera dimulai,” kata seorang perawat kemudian. Tidak. Radit tak akan mau meninggalkan Amanda yang sedang berjuang melahirkan para buah cinta mereka. Pria itu bangkit lalu berjalan perlahan ke sisi sang istri. Kini kedua mata mereka saling bertemu pandang seolah sedang berbicara dari hati ke hati. Operasi pun dimulai. Efek anastesi mulai berjalan sehingga Amanda tak lagi bisa merasakan sayatan demi sayatan yang perlahan mulai membuka kulit perutnya. Sementara Radit terus melantunkan do’a di dalam kalbu. Memohon pada Tuhan agar orang-orang yang dicintainya selamat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. “Aku mencintaimu, Sayang.” Amanda mengatakann

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   135. ANTARA HIDUP DAN MATI

    Tadinya Radit yang sudah terserang bucin akut pada Amanda sangat khawatir begitu melihat orang yang ada di hadapan mereka saat ini. Namun, rasa cemas pun perlahan sirna usai menyaksikan sendiri betapa wanitanya tidak lagi ingin menghindar.“Nama anak cantiknya siapa?” tanya Amanda sambil tersenyum. Bayi perempuan usia satu tahunan yang ada di pangkuan mamanya itu menggeliat kecil. Lantas tersenyum malu dan tampak salah tingkah.“Nama aku Aulia, Tante.” Adalah Tisa selaku sang mama yang menjawab pertanyaan barusan. Tak lama kemudian Amanda mengulurkan tangannya dan disambut dengan kecupan oleh si bayi. Membuat Ayra yang tadi duduk anteng di baby chair-nya mendadak berontak. Kelakuan calon kakak dari anak-anak kembar Amanda tersebut menjadi perhatian para orang dewasa di sekitarnya.“Ni Mama Aia!!” pekik Ayra dengan mata yang sudah melirik sinis. Dia bahkan menggeleng saat Radit hendak memperkenalkannya pada putri Tisa dan Andre itu.“Ya ampun!

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   134. RUMAH BARU

    “Sayang, masih lama?” Radit yang sedang mengemudi menoleh sekilas ke arah istrinya lalu menjawab, “Sebentar lagi kita akan sampai. Sabar ya, Sayang.” Amanda mengangguk. Wanita cantik itu tersenyum manis walaupun dalam keadaan mata yang masih tertutup sejak mereka meninggalkan rumah tadi. Hingga hampir setengah jam kemudian mobil yang dikendarai Radit pun berhenti. Pria itu bergegas membuka sabuk pengaman dirinya dan sang istri. “Apa aku boleh buka penutup matanya?” tanya Amanda yang sudah tak sabaran. “Jangan dulu,” jawab Radit yang seketika menggenggam erat tangannya. “Kita melangkah perlahan agar kau tak tersandung. Hati-hati.” Amanda bergumam pelan seraya menganggukkan kepala. Dia terus melangkah sesuai tuntunan sang suami hingga berhenti beberapa saat kemudian. “Apa sudah bisa dimulai, Pak?” tanya seseorang yang berdiri di kejauhan. Radit mengangguk. Pria itu kemudian mengambil posisi di belakang sang istri lalu membuka ikatan penutup mata tadi. “Silakan, Sayang.” Kini k

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   133. HAPPY BIRTHDAY, HONEY!

    Satu harian ini Amanda jadi misuh-misuh sendiri di dalam kamar. Wanita cantik tersebut hanya keluar untuk mengisi perut atau sesekali melihat keadaan Ayra. Tentu saja dia masih kesal karena sang suami pergi tanpa mau mengajaknya. Padahal apa yang dikatakan Radit tadi ada benarnya. Dia mungkin akan kelelahan karena aktifitas mereka yang sangat padat hingga malam hari. Meskipun begitu, tetap saja hati kecil Amanda tidak terima. Jadilah dia cemberut sekarang.TOK TOK!!“Masuk aja. Enggak dikunci kok,” kata Amanda yang mematut diri di depan cermin. Beberapa detik kemudian Bu Ningsih muncul sembari menggendong Ayra yang sudah terlelap. Ibu mertuanya itu masuk lalu merebahkan sang cucu di atas ranjang.“Ibu dan Tiara mau keluar ya. Ayra samamu dulu.”Amanda langsung manyun. Kenapa mereka juga tak mau mengajaknya? Atau paling tidak berbasa-basi. “Kalian mau ke mana, Bu?”“Si Tiara minta ditemenin ke supermarket. Beli buah-buahan katanya,” jawab Bu Ni

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   132. JANGAN?

    “Jangan mancing-mancing.” Amanda menjauhkan kepalanya dari Radit lalu melirik sebal pria yang sudah mengulum senyum itu. Tentulah ia tahu apa maksud dari serangan kecil barusan. “Boleh aku bicara jujur?” Radit masih saja mengeluarkan jurus jitunya. Apalagi kalau bukan menggoda Amanda. “Apa?” “Kau semakin cantik dan seksi,” bisik Radit sembari mendekatkan tubuh mereka kembali. “Semuanya padat dan berisi.” “Berhentilah membual,” desis Amanda saat tangan nakal itu sudah mulai menjalar ke mana-mana. “Ini masih pagi dan situasinya enggak tepat.” Namun, Radit yang sudah terbakar gairah sepertinya tidak peduli. Dia malah semakin bersemangat untuk menggempur tubuh sang istri. Pertarungan di atas ranjang pun menggantikan olahraga paginya kali ini. Bunyi kecipak dan ayunan lembut yang mereka ciptakan sendiri menjadi suara yang begitu memabukkan. Bahkan ketika ledakan cinta didapat, keduanya masih ingin menggapai momen itu kembali. Sayangnya gagal karena pintu kamar sudah terbuka seba

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   131. SANGAT TAKUT KEHILANGANMU

    Amanda refleks melebarkan kelopak matanya saat merasakan nyeri di bagian perut. Begitu juga dengan Radit yang baru menyadari sang putri sudah terbangun."Mama Aia!!""Iya, Sayang. Kenapa malah mukul tangan papa sih? Perut mama juga kena jadinya." Radit mengomel sembari melihat ke arah istrinya."Enggak pa-pa," ucap Amanda yang kemudian mendudukkan diri. Lantas dia tersenyum pada Ayra yang sudah cemberut. "Anak mama kenapa ya kok main pukul-pukul lagi? Katanya sayang sama papa juga, kenapa begitu, hmm?""Mama Aia!!"Gadis kecil itu malah menatap tajam sang papa. Seolah memberitahu bahwa Amanda hanya miliknya saja. Sementara kini Radit hanya menjadi pendengar kedua ibu dan anak tersebut yang mulai berbicara.Kini dengan suara lembutnya Amanda menjelaskan bahwa sikap Ayra barusan salah. Tak ada nada bicara meninggi ataupun rasa kesal yang tertangkap di wajah istri cantiknya tersebut. Membuat Radit semakin kagum pada wanitanya itu."Lain kali ngomongnya baik-baik ya, Sayang," kata Amanda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status