Share

Kopi Pahit Untuk Bos

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2023-01-31 15:21:06

Amanda melihat dirinya yang menyedihkan karena tumpahan minuman itu. Kemudian berpikir setidaknya seragam ini bisa menggantikan bajunya yang basah.

Ahirnya dia membuatkan juga dua cangkir kopi, lalu mengantarkan kopi itu ke ruang meeting. Dengan sedikit bertanya, ketemu juga ruang yang dimaksud. 

"Permisi?" Amanda masuk setelah mengetuk pintu.

Ada dua pria disana. Amanda bingung harus bagaimana? Diletakan di mana kopinya? Tentu dia juga tidak berani bertanya mengusik keseriusan kedua pria itu. Melihat tampang dingin mereka  saja Amanda sudah takut.

"Maaf Pak, kopinya."

Amanda memberanikan diri menyuguhkan kopi itu di depan mereka.

Saat tangan lentik dan berkutek indah itu terulur menyuguhkan kopi, kedua pria itu tampak teralihkan dan spontan menatap secara bersamaan pada pemilik tangan itu. Amanda tegang tak bergerak mendapat tatapan kedua pria yang tampan itu.

Oh! bukankah salah satu dari pria itu pernah berpapasan dengannya di rumah sakit Dinata waktu itu?!

“Permisi Pak," cepat-cepat Amanda undur diri setelah meletakan kopi di meja.

"Ada OG cantik kok aku tidak pernah liat sebelumnya?" Roy salah satu pria itu berujar setelah Amanda keluar dan menutup pintu.

Sementara Wisnu hanya melengos dan melanjutkan pekerjaannya. 

"Hmm, kopinya manis!" Roy menyeruput kopinya. 

Hal yang sama dilakukan Wisnu dan dia hanya tersenyum kecil karena kopi yang disuguhkan office girl itu pahit minta ampun. Tidak ada kandungan gulanya sama sekali.

"Kalau dia yang bikin kopi, perusahaan gak perlu sediain gula, sudah terasa manis," bual Roy terbius dengan wajah manis pengantar kopi itu.

Di pantry Lesty terbelalak tak percaya melihat ada Amanda di hadapannya dan memakai seragam seperti dirinya. Dia menarik lengan sahabatnya itu untuk mengintrogasinya.

"Apa-apaan kamu? Ngapain pake seragam ini? Sejak kapan?!" 

"Tadi aku cari kamu, eh malah dikira OG" jelas Amanda sambil meletakkan nampan di meja.

"Trus nampan itu buat apa?" Lesty heran Amanda bawa-bawa nampan.

"Disuruh bikin kopi ke ruang meeting, jadi aku bikinin lah," jawab Amanda polos dan merasa tidak ada yang aneh.

"Astaga! Kan bisa bilang kalau kamu bukan OG. Malah bikin kopi segala, dianter lagi. Bukannya ngejelasin malah nurut."

Lesty tidak habis pikir dengan sahabatnya itu. Tapi sejenak dia teringat ruang meeting. Di sana ada Wisnu dan Roy, dua petinggi perusahaan ini.

Apa Amanda sudah membuat kopi dengan benar? Jangan sampai ada komplain nih, pasalnya Roy, wakil direkturnya itu sangat bawel.

"Kau yakin bisa buat kopi?" Lesty memastikan.

"Tinggal masukin kopi ke cangkir dan seduh dengan air. Gitu aja ditanyain," sok merasa benar Amanda menjawab pertanyaan Lesti.

"Oke, gulanya?"

Amanda menatap Lesti dan mengingat ingat apa tadi dia menambahkan gula atau tidak. Sepertinya dia melupakan hal itu.

"Ya ampun Amanda, aduuh--gimana ini? Mana yang kamu suguhi tadi Pak Wisnu dan Pak Roy lagi!"

Lesti gusar dan langsung membuat dua cangkir kopi lagi bergegas mengambil meja troli dan keluar pantry dengan tergesa. Meninggalkan Amanda yang terbengong-bengong.

"Permisi pak, ini kopinya, maaf menunggu lama" Lesti yang masuk ruangan itu berlagak seolah kopi pesanan mereka baru dibuat.

"Nih sudah ada kopi, tapi pahit!" Roy protes, sementara Wisnu tampak tak memperdulikan masalah kopi dan masih fokus dengan pekerjaannya.

"Ada sedikit kesalahan Pak, ini saya ganti kopinya. Maaf!" 

"Sudah, tidak apa-apa. Lanjutkan pekerjaanmu," ucap Wisnu menyudahi drama kopi itu karena merasa terganggu. 

Teringat lagi pada Amanda, dirinya jadi sebal sendiri. Lola nya itu lho masih saja sering kambuh. Apa tidak ada obat untuk penyakit yang satu itu? Harusnya menjelaskan kalau dia bukan OG, eh malah nurut saja antar kopi. Tidak tanggung-tanggung, ke Presiden Direktur dan Wakilnya lho.

"Ganti bajumu dan aku akan jelaskan kalau kamu bukan OG di sini!"

Lesti menarik lengan Amanda yang justru santai di meja pantry dan menikmati teh buatanya sendiri.

Bukannya cemas karena bikin kesalahan malah enak-enakan nyruput teh.

"Apaan sih Les, aku masih minum teh lho, tega amat sih kamu!" Amanda protes dan menolak tangan Lesti.

"Astaga, kau kan bisa pulang dan bikin teh dirumah? Ngapain nyasar di tempat sini, emang mau jadi OG?" omel Lesti.

"No problem lah, jadi OG juga ga buruk kok. Daripada manyun di kontrakan."

Amanda cuek seolah melampiaskan resah hatinya. Terlebih teringat liontin mamanya yang sudah dijual di toko perhiasan dan pindah tangan ke makelar. Dia bingung dengan apa dia menebus kalung liontin milik mamanya.

"Ada apa sih? Semua baik baik saja kan?" Lesti melihat Amanda yang resah itu dan menanyakan apa yg terjadi.

"Bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja?"

Amanda tertunduk, tapi mendengar ucapannya Lesti justru menahan tawa.

Amanda menatap sahabatnya itu dengan heran, kok bisa tertawa disaat dia bercerita dengan raut muka sedih. "Apa yang lucu? Aku ini sedang sedih!"

"Hehe, itu lirik lagu kali. Cari kata-kata sendiri lah kalau mau curhat," tukas Lesti.

Seperti biasa Amanda sedang loading dan mengingat ingat apakah ada lirik lagu yang sama dengan kata-katanya tadi.

"Sudah gak usah mikirin lirik lagunya, katakan saja apa yang membuatmu tidak baik-baik saja?" Lesti mengajak Amanda ke ruang samping karena sudah masuk waktu istirahat.

"Liontin mama Les. Tadi aku ke toko yang di bilang tante May dan liontin itu memang ada di sana, tapi udah langsung dibeli sama makelar perhiasan gitu."

"Terus?"

"Aku samperin orang yang beli tadi, tahu gak dia patok nominal berapa buat liontin itu?"

"Berapa emang?" Lesti penasaran.

"200 juta!"

"Hah, 200 juta?! Gila apa?! Emang kemarin Raras jual di toko segitu?"

Amanda hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu. 

"Liontin segitu mahalnya sama tante Moana disimpan saja, mending dijual dari dulu ketimbang diilangin sama putrinya yang gak bertanggung jawab."

"Lesti! aku masih shock ini jangan dibulli begitu, dong!" 

"Oke, terus gimana jadinya liontin itu? Kamu lepas?" Lesti dengan sabar bertanya lagi.

"Ya nggak lah, itu liontin keluarga mama Les, mana bisa aku lepas begitu saja."

Keduanya terdiam seolah memikirkan hal yang sama. 200 juta itu tidak sedikit. Amanda memang pernah diminta untuk menjadi model online shop dan beberapa katalog brand terkenal karena wajahnya yang cantik dan penampilannya juga menarik. Tapi tentu tabungannya tidak sampai menyentuh angka itu.

"Aku kasih dia uang muka dulu, sisanya aku minta waktu. Tante Marina mungkin bisa pinjemin uang, tapi bulan ini dia masih persiapan pernikahannya. Mungkin bulan depan aku baru bisa bilang."

"Maaf, aku tidak bisa bantu apa-apa," ucap Lesti sedih mengelus lengan Amanda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Isma
lagian ngapain jga liontin dikasih anak yg ngekos bukan nya disimpeun dirmah ajaj
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Pada Akhirnya...

    Annisa banyak salah dan dosa pada Amanda. Anak itu sejak pertama sudah dibuat tidak menyukainya. Sekarang apa dia bisa begitu saja memaafkannya dan membiarkan papanya menyetujui hubungan mereka? Pundaknya mulai turun dan dia merasa tidak mungkin Amanda rela membiarkan Dirja menikah dengannya. Dia kembali melihat sosok Dirja yang masih dengan sabar mendengarkan kata-kata putrinya. Jikapun pria itu diminta memilih dia atau putrinya, sudah bisa dipastikan Dirja akan memilih putrinya daripada Annisa. Karma itu memang ada. Dulu dia sangat membenci Amanda dan selalu berusaha membuatnya terluka. Sekarang, di saat dirinya sudah sangat yakin bahwa hanya pria yang baik dan penuh perhatian itulah yang bisa menerima semua kekurangannya dan sanggup menjadi imamnya dalam mengarungi kehidupan barunya, dia harus juga dibenci oleh Amanda. “Ya sudahlah, mungkin ini hukmuna dari tuhan untukmu, Annisa!” gumam Annisa pada dirinya sendiri sambil mengusap air mata di sudut matanya. “Kalau Papa memang men

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan (2)

    Amanda tidak bisa memejamkan matanya mengingat apa yang sudah di sampaikan Wisnu padanya tadi sore. Dia ingin menelpon mamanya, namun sudah larut malam waktu Milan. Artinya di Jakarta saat ini menjelang subuh. Tentu dia harus bersabar menunggu pagi agar bisa menghubungi mamanya.Keresahan Amanda tentu bisa dirasakan Wisnu karena beberapa kali harus mengganti posisi tidurnya. “Kau tidak bisa tidur?” tanyanya.“Oh, Maaf! Aku pasti mengganggu tidur, Mas Wisnu” ucap Amanda sedih.“Mana yang tidak nyaman, biar aku usap.” Wisnu memeriksa Amanda. Lalu dengan lembut dia mengusap punggung Amanda agar membuatnya lebih nyaman. “Katanya besok mau belanja di Galerria, tapi selarut ini kau belum tidur juga?”“Aku terus kepikiran papa, Mas!”“Kenapa?”Amanda tidak menyahut, Wisnu pasti juga tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kemudian Wisnu mendekatkan tubuhnya dan memeluk Amanda. “Ya sudah jangan dipikirkan dulu, nanti malah bikin kamu stress. Gak bagus kan buat perkembangan baby kita!”“Papa itu s

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Menunggu Keputusan

    Dirja sebenarnya juga akan memberikan kejutan pada putri dan menantunya itu tentang rencana mengakhiri masa sendirinya. Tapi dia juga dibuat kecewa lantaran Wisnu dan Amanda tidak di rumah.Dia sudah memikirkan betul keputusannya. Beberapa bulan dekat dengan Annisa dan merasa wanita itu sepertinya memiliki hati untuknya, Dirja kemudian memikirkan pendapat Marina dan Moana agar dirinya menikah lagi. Jika dulu dia masih betah sendiri karena menghargai perasaan Moana dan Amanda, sekarang semuanya sudah berjalan baik. Moana sudah menikah lagi, dan putrinya bahkan sebentar lagi akan memberinya cucu. Tidak ada alasan baginya untuk sendiri terus.Mirzha tentu sudah mengenal Dirja sebagai ayah Amanda karena datang dan berbincang langsung dengan Dirja saat pernikahan Wisnu. Mirzha mengakui Dirja memang sosok yang matang dan juga mapan. Tentu itu adalah hal yang penting untuk putrinya yang bisa dibilang terkadang labil itu. Annisa memang membutuhkan sosok yang dewasa, matang dan bisa membimbi

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Kejutan Yang Gagal

    Amanda menjadi sedih karena Wisnu menolak keinginanya. Suasana hatinya mulai buruk dan dia bangkit sambil mendorong beberapa map hingga jatuh berserakan ke lantai. Dengan langkah kasar keluar dari ruang kerja Wisnu.Wisnu menghela napas dan menutup laptopnya. Lalu bergegas membuntuti istrinya yang sedang ngambek.Pintu kamar tertutup dengan kasar.“Sayang, kondisimu masih lemah, aku takut malah menyakitimu dan baby kita,” Wisnu mencoba menjelaskan meski pintu tertutup.“Iya, aku udah jelek, gendut, Mas Wisnu udah gak bergairah lagi!” Amanda berteriak sebal.“Ya udah, buka dulu! Gak enak kan di dengar orang ngobrol sambil teriak-teriak.”“Gak mau! Udah sana pergi ke kantor, ketemu sama cewek-cewek cantik, gak usah mikirin wanita yang gendut dan jelek ini!”“Siapa yang gendut dan jelek? Kamu cantik kok!”Sesaat tidak terdengar suara dari dalam. Wisnu berpikir Amanda akan membukakan pintu untuknya. Pintu memang terbuka, tapi karena Amanda ingin melepar bantal dan selimut.“Tidur saja di

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Hamil Kembar

    Wisnu sudah datang dan sangat tergesa langsung menuju kamar untuk bisa melihat kondisi istrinya. Saat masuk kamar, Marina mengingatkan Wisnu untuk membersihkan diri dulu. Banyak virus di tempat umum, tidak baik untuk ibu hamil.Amanda sebenarnya menolak pergi ke rumah sakit. Bau disinfektan sangat membuatnya pusing. Bisa-bisa dia malah muntah-muntah hebat lagi. Tapi melihat kondisi istrinya yang lemas, Wisnu tidak mau ambil resiko. Dia langsung menggendongnya ke mobil dan meminta Abduh menyupir ke rumah sakit.Setelah dipasang infus, Amanda mulai terlihat segar lagi. Dia mungkin saja mengalami dehidrasi karena banyak cairan yang keluar tapi tidak bisa memasukan makanan atau minuman ke dalam tubuhnya. Wisnu nampak sangat cemas.“Masih istirahat, Bu Amanda?” tanya dokter Ririn, spesialis obgyn, yang diminta Wisnu menjadi dokter pribadi istrinya.“Apa ada masalah dengan kehamilannya, dokter? Kenapa dia mengalami mual dan muntah yang hebat?” Wisnu tak sabar menanyakan tentang kesehatan is

  • MENJADI ISTRI KEPONAKAN MAMAKU   Setelah Sebulan

    Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status