Amanda mendapat pesan yang masuk dari nomor seseorang, bahwa liontin yang dulu sudah di DP-nya itu akan dijual karena dia belum juga memberikan kepastian kapan akan melunasi kekurangannya. Terkejut dia pun langsung menghubungi nomor itu."Pak, ini saya yang punya liontin itu.""Oh, bagaimana? Ini sudah ada yang nawar lebih tinggi dari kamu. Nanti aku balikin saja uang kamu ya?""Tunggu pak, Bapak ada di mana sekarang? Saya akan datang.""Boleh, kau datang saja ke Restoran Kenanga.""Oke, Pak. Ini Pak Bondan ya?" tanya Amanda memastikan agar dia tak salah orang nanti saat mencarinya."Yuuuuk!" jawab pria itu dan menutup telponnya.Amanda belum punya uang, tapi mendengar liontin mamanya akan dilepas ke orang lain dia tak bisa membiarkannya. Pria itu bilang akan menyanggupi menunggu sisa pembayarannya. Tapi ternyata dia tergiur juga melepasnya ke orang lain. Mungkin ditawar lebih tinggi.Bagaimanapun juga Amanda tidak akan membiarkan liontin itu dijual ke orang lain. Sesampai di Restora
Bondan menimbang-nimbang apakah pria ini berkata serius atau hanya sebuah gertakan. Penampilannya pun terkesan mahal. Kemudian melihat wajah Wisnu dia seolah pernah melihatnya. Nalurinya sebagai pebisnis mengatakan bahwa pria ini memang orang kaya dan tidak bisa diremehkan. Otak liciknya pun bekerja agar mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi lagi. Apalagi sepertinya dia menyukai gadis itu."Maaf Pak, sangat tidak etis dan tidak sopan sekali jika harus membatalkannya, lagipula pasti nyonya tadi sudah keluar." Bondan tampak mengutarakan keberatannya."Aku akan membelinya lebih tinggi dari wanita tadi, sekarang ambil liontin itu dan bawa kemari secepatnya!" ujar Wisnu dengan gaya bossy-nya.Bondan membelalakan matanya mendapat tawaran dari Wisnu. Dia pun tak banyak berpikir dan segera bersama Jon berlalu untuk mengejar wanita itu. Kemungkinan mereka belum beranjak pergi dari restoran.Amanda yang melihat itu benar-benar tak percaya. Pria ini ternyata selalu bisa membuat orang lain mel
Selesai menghabiskan makan malam mereka tidak langsung berlalu dari restoran itu. Suasana lengang dan hanya ada mereka berdua. Sebuah lagu romantis pun mengalun lembut dengan volum yang sesuai. apalagi pemandangan malam hari dari atas lantai 2 ini terlihat nyaman dipandang. Tapi kenapa restoran tiba-tiba sepi?“Ada apa?” tanya Wisnu melihat Amanda keheranan.“Tadi sepertinya restoran ini masih ramai, kok sekarang jadi tinggal kita berdua ya?”“Iya juga ya?” Wisnu pura-pura ikut heran."Apa anda juga selalu sebaik ini pada semua orang?" tanya Amanda seperti belum bisa terima tentang liontin itu."Tidak juga!" jawab Wisnu singkat. Ya kali dia selalu baik seperti itu ke semua orang. Gadis ini apa tidak berfikir kalau hanya orang yang menyukainya yang akan melakukan hal itu."Kalau begitu? Mengapa anda baik sekali padaku?"Tuh, kan! Dia memang tidak peka."AKU MENYUKAIMU!" Wisnu akhirnya memang harus mengatakannya.Astaga, ini pertama kali dalam sejarah dirinya mengucapkan langsung kata i
Di kantor Amanda tak melihat kehadiran Wisnu. Dia tahu bahwa Wisnu memang tidak pasti setiap hari datang ke kantor, sering meeting ke luar atau ada perjalanan bisnis. Tapi Amanda seperti tak sabar dan langsung menanyakan agenda Wisnu pada sekretarisnya saat dirinya kebetulan membantu Lenny mengkopikan dokumen."Bu Lenny? Apa Pak Wisnu tidak masuk hari ini?" Tanya Amanda nampak ragu.Wanita berjilbab itu memiringkan kepalanya dan menatap Amanda dengan pandangan jahil."Kamu rindu ya sama Pak Wisnu?""Oh, tidak!" Amanda buru-buru menyangkal dan menggelengkan kepalanya. Dia takut Lenny sama dengan kebanyakan yang lain, merasa sakit hati jika Amanda dekat dengan bos-nya itu."Hehe, kalau rindu juga gak apa kali, Nda! Pak Wisnu juga diem-diem sering nanyain kamu," ujar Lenny tersenyum memperhatikan Amanda yang jadi salah tingkah karena mendengar perkataannya."Bu Lenny kan tahu aku ini hanya seorang OG, mana pantas!""Yeay, emang dalam cinta ada hukum yang menyatakan OG tidak boleh jatuh c
Dokter Rasyid tidak salah lihat. Itu memang Amanda teman keponakannya. Dan dia bulan lalu beberapa kali datang ke rumah sakit ini meminta data untuk kepentingan penyusunan proposal penelitiannya."Wah, kamu di sini Amanda?" tanya Rasyid keheranan ada Amanda di ruangan Purwa. Sebagai dokter keluarga Dinata, Rasyid tentu tahu bahwa di keluarga itu hanya ada Purwa dan Wisnu. Lalu siapa Amanda?Purwa dan Wisnu yang ada di ruangan itu saling heran karena Rasyid mengenal Amanda."Iya dok, saya hanya mengunjungi Pak Purwa," jawab Amanda sedikit kikuk."Kau hebat sekali Amanda, Pak Purwa sudah mau makan sekarang. Beliau tidak mau makan apa-apa sejak kemarin," ujar Rasyid sambil melempar senyum pada Purwa."Coba kalau kemarin rumah sakit buatin bubur sumsum, aku pasti makan kok," Purwa menutupi malunya."Haha, Bapak harus makan yang sehat, minum obatnya, kendalikan emosinya biar tidak hypertensi lagi. Dan yang pasti, hati-hati lho pak, jangan sampai jatuh lagi atau terpeleset. Takutnya stroke
Amanda meminta waktu beberapa hari sebelum ahirnya memutuskan untuk bekerja di rumah Wisnu. Wisnu pun merasa tidak keberatan dan memberi Amanda waktu seperlunya. Saat ini Amanda sedang membicarakan rencananya itu dengan temannya, Lesti."Aku senang kau mau resign, kau benar-benar tidak cocok jadi OG, Say!" ujar Lesti saat Amanda menceritakan rencananya."Lagipula beberapa bulan lagi kau juga akan resign kan? Jadi aku curi start dulu," Amanda tertawa sambil mencomot donat yang dipesannya."Ya aku juga mikir lah, masa jadi OG terus. Sebentar lagi aku lulus kuliah, coba-coba nglamar pekerjaan yang sesuai jurusanku lah," tukas Lesty."Bagus! Aku mendukungmu, siapa tahu kamu jadi sutradara film terkenal.""Amiin, by the way setelah ini kau ke mana, pulang kampung atau kerja?""Hemm, kerjalah!"Amanda menimbang-nimbang apakah memberitahu Lesti sekarang atau nanti saja? Tapi akhirnya diutarakannya juga."Les, sebenarnya yang bantuin tebus liontin itu adalah PAK WISNU!"Lesti menghentikan keg
Wisnu melihat Amanda berdiri bengong seperti sedang melamun. Lalu dia tersenyum menghampirinya. ‘Apakah gadis ini sudah menerima tawarannya?’ dia menduganya."Kau sudah menunggu lama?" Wisnu menggugah lamunan Amanda."Oh, tidak juga," ujar Amanda yang tergugah dari lamunannya."Ayo!" Wisnu mengajak."Kemana?"Wisnu menatap gadis itu sambil tersenyum kecil karena sudah melupakan apa yang jadi tujuan mereka bertemu. Yang ditatap hanya menundukan kepalanya sambil berpikir adakah yang salah dengan pertanyaannya.Benar kata Lesti, dia memang kadang-kadang lola."Kau mau bicara disini?" Wisnu akhirnya harus mengingatkannya. Lagipula di lobby masih banyak karyawan berlalu lalang hendak pulang."Eng, tidak!" jawab Amanda sambil menyeringai kecil karena dia tampak kurang fokus.Wisnu berjalan menghampiri mobilnya dan Amanda mengambil jarak dibelakangnya. Saat itu Bella berjalan tergesa menghampiri Wisnu."Wisnu, aku numpang mobilmu saja ya, mobilku masih di bengkel?" ujar Bella sembari memegan
Wisnu mengantar Amanda ke rumahnya yang megah dan indah. Dia hendak membawanya untuk bertemu Purwa. Namun sepertinya Purwa masih beristirahat di kamarnya. Wisnu pun mengumpulkan orang rumah dan mengenalkannya pada Amanda."Ini Amanda, dia ahli gizi yang akan membantu merawat Om Purwa. Jadi jika dia butuh sesuatu, bantulah dia!" tukas Wisnu pada para ART-nya di rumah. Kemudian mereka mengangguk paham.Dia bahkan belum menyelesaikan tugas akhir, bagaimana bisa pria ini mengenalkannya sebagai ahli gizi? Amanda seolah keberatan dengan sebutan itu. "Halo? Saya Amanda, senang berjumpa dengan Bapak Ibu!" Amanda menyapa mereka terlihat sangat formal."Tidak perlu seformal itu." Wisnu tersenyum merangkul bahu Amanda dan tentu Amanda terkejut karena ulah pria ini. Apalagi dilakukannya di depan para ART-nya. Amanda bahkan bisa melihat mereka juga terkejut tapi berusaha menyembunyikannya. "Ini Bik Titik, dia sudah lama bekerja di keluarga kami sejak aku masih kecil. Ini Ujang yang biasa selalu