Bella sudah tampak legowo menerima pemecatan itu karena ayahnya sudah memberitahu bahwa Wisnu memberikan rekomendasi ke perusahaan mitranya di Amerika untuk menerimanya kerja di sana.Tapi tetap saja dia masih ingin memberikan pelajaran untuk dua gadis yang sudah membuatnya kesal itu. Dan bukankah dua gadis itu sepertinya sama-sama menaruh hati pada Wisnu? Bella berpikir hendak mengadu domba mereka saja. Dengan sedikit hasutan maka kedua gadis itu tentu akan saling salah paham. Tidak cuma itu, Wisnu juga akan kena imbasnya.‘Haha! Kena kalian. Biar tahu rasa karna sudah menyinggung seorang Bella!’ “Om, Mama dan saya minta maaf baru bisa mengunjungi Om. Tapi saya senang Om sudah baikan” ujar Bella.“Iya Mas Purwa, saya baru datang dari Amerika semalam, sekalian bantu Bella akan pindahan” Delia, Mama Bella menyahut.“Oh, tentang itu… Wisnu sudah membicarakannya sendiri dengan Adrian bukan?” Purwa merasa tidak enak Delia menyinggung tentang pindahan.“Sudah kok, Om! Its okey, sepertinya
“Bella itu biang gossip, pasti memang dia ke sini untuk hal itu” Amanda menggerutu sendiri mendengar semua yang disampaikan Bella.Tapi, Purwa terdengar sangat antusias dengan wanita itu. Amanda jadi sedih. Dia ingin sekali menelpon Wisnu dan mengkonfirmasi semua yang disampaikan Bella. Ya, setelah ini dia akan langsung menghubunginya.“Amanda?” panggil Bella pada gadis itu yang terlihat muram, mungkin karena dia sudah mendengar semuanya.“Ehem, Amanda…?” panggil Bella lagi dan Amanda baru tersadar ada Bella yang menghampirinya.”Ya ampun, kau pasti melamun ya? aku sudah panggil berkali-kali lho tadi!”“Ada apa?” tanya Amanda tidak ramah.“Duuh galak amat nona perawat satu ini, aku mau pamit nih,” suaranya masih terdengar sangat senang.‘Pulang, pulang saja. Ngapain juga pakai pamit segala? Sok akrab sekali sih dia! Pasti mau manas-manasin lagi!’ batin Amanda.Dan memang benar apa yang dipikirkan Amanda. Bella memang datang padanya untuk tujuan itu.“Dengar besti, aku tahu kau sangat b
Amanda melamun sangat lama sampai tidak mendengar suara ketukan pintu. Saat tersadar, dengan malas dia membuka pintu. “Kunciku ketinggalan, maaf kalau bangunin kamu malam-malam,” ujar Lesti berlalu masuk. Bangunin apaan? Tidur juga belum! Batin Amanda menutup pintu lagi dan memilih duduk di depan TV sambil menyalakannya. “Kamu gak istirahat? Udah malam lho ini?” Lesti yang baru selesai membersihkan dirinya mengingatkan Amanda. “Gak bisa tidur!” “Kenapa?” Lesti merasa temannya itu ada masalah. Jadi disempatkannya untuk menghampirinya sekedar menanyakan apa ada yang terjadi? “Udah gak apa, kamu pasti capek jam segini baru pulang kerja. Tidur sana!” suruh Amanda pada Lesti. “Ada apa sih? aku hafal lho kalau kamu lagi ada masalah.” Lesti tiba-tiba teringat tentang dia yang tak sengaja melihat Wisnu bersama seorang wanita berhijab makan berdua di sebuah restoran. Apakah Amanda juga memikirkan hal yang sama? “Lesti, aku…” Amanda menarik napas dalam, tapi kemudian menggeleng karen
Kantor cabang perusahaan Dinata di Surabaya tiba-tiba heboh karena tanpa pemberitahuan sebelumnya akan kedatangan Presiden Direktur mereka. Asisten Wisnu baru memberitahu rencana kedatangannya begitu sudah sampai di Bandara Juanda. Pihak kantor dengan persiapan seadanya akhirnya bisa menyambut sang Bos Muda bersama dua asistennya, Abim dan Tio. Semua pegawai terpana melihat bos baru mereka ternyata masih sangat muda dan tampan. Namun demikian penampilannya yang rapi dan berwibawa membuatnya sangat kharismatik dan menyedot rasa kagum dan segan. Kedua asistennya pun tampak masih muda menjadikan daya tarik tersendiri saat mendampingi bos mereka. “Selamat datang, Pak Wisnu!” sapa seorang wanita yang merupakan wakil direktur dari kantor cabang itu. “Terima kasih, Bu … ???” Wisnu lupa nama wanita itu. “Naina, pak. Nama saya Naina” Wanita itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Oh, anda Wakil Direkturnya Pak Bob ya? Senang bertemu dengan anda!” Wisnu menjabat tangan Naina. “Apa
Purwa sedang diperiksa Dokter Rasyid. Kondisinya berangsur-angsur membaik dengan signifikan.“Aku sudah jarang merasakan kebas di tangan dan kaki, kepalaku juga jarang sakit lagi, dan tubuhku terasa bugar sekali, Dok!” ucap Purwa melaporkan apa yang dirasakannya pada dokter keluarganya itu.“Itu karena Bapak mau mengikuti pola diet sesuai program Amanda, jadi asupan yang masuk ke tubuh Bapak benar-benar membantu untuk cepat sembuh.”Amanda selalu mengkoordinasikan menu diet Purwa padanya dan gadis itu memang luar biasa sekali bisa membuat sang tuan besar yang selalu menolak aturan pengobatan menjadi patuh dan mengikuti apa yang diaturnya. Tentu saja pria ini cepat sekali pulihnya.“Bapak tampak lebih segar dan berseri-seri, kan Dok?” Ujang ikutan mengomentari tuannya.“Benar, Bapak malah kelihatan seperti anak muda lagi!” kelakar Rasyid.“Haha, Dokter bisa saja! tapi memang benar, berat badanku turun 10 kg tanpa terasa kalau aku sedang diet!” Purwa bangga dengan pencapaiannya. Dia men
Amanda segera menenangkan dirinya karena harus balik untuk menyiapkan obat Purwa. ini jam minum obat.Saat menyiapkan obat itu hatinya meradang lagi teringat pandangan merendahkan Annisa padanya. Yah, dirinya memang hanya perawat di sini!“Apa tanganmu ada yang terluka?” tanya Purwa pada Amanda“Hanya sedikit kok, Om. Tidak apa,” tukas Amanda mencoba tersenyum.Dalam hati Amanda sebenarnya sedang berkecamuk perasaan tidak tentu setelah mendengar pria ini mengobrol dengan orang tua Annisa. Dia seperti orang bodoh yang tak tahu banyak hal mengenai Wisnu dan Annisa.“Dia itu putri temanku, kau pasti tak sempat kenal dengannya karena kau keburu resain dari kantor. Annisa kerja di kantor sekarang bersama Wisnu,” cerita Purwa pada Amanda.“Iya, Om,” sahut Amanda sekedar memberi tanda bahwa dia masih mendengar cerita Purwa meski sebenarnya dia melamun ke mana-mana.“Hehe, lucu emang. Aku sering lho jodohin kamu sama Wisnu, eh ternyata Wisnu sukanya sama Annisa!” dengan lempeng Purwa berkata
Ini masih pagi. Tapi Amanda sudah tidak sabar ingin menghubungi Wisnu. Kemarin dia bilang masih ada yang harus di selesaikan di Surabaya, karena itu kepulangannya diundur nanti malam. Mau menyampaikan melalui telepon pun rasanya kurang leluasa.Pikiran Amanda terbagi antara Wisnu dan papanya, sehingga jemarinya mengetuk kontak papanya.‘Lho! Kok aku malah hubungi papa dulu ya?’ Amanda baru tersadar. Mau diputus tanggung, panggilannya sudah masuk dan papanya sudah dalam panggilan.“Ada apa putri Papa sepagi ini sudah menelpon?”“Papa! Memangnya tidak suka Amanda telpon?”“Hemm, bagaimana bisa tidak suka kalau putri cantikku yang telpon. Pasti dia mau menanyakan sesuatu?” Dirja sudah menebak.“Ah, Papa!”“Oh jadi tidak ada yang mau ditanyakan ini? kalau begitu Papa tutup ya …” Dirja mencandai putrinya.“Pa…” Amanda merajuk.“Oke-oke, Papa dengerin kok!”“Itu, kenapa Papa bilang ke mama kalau Papa punya calon buat Amanda?” tanya Amanda dengan ragu-ragu.“Ya emang Papa punya calon buat ka
Lesti merasa cemas pada Amanda karena sejak tadi dihubungi tidak diangkatnya. Dia seharusnya bisa sedikit berempati pada Amanda karena harus mengalami masalah yang bertubi-tubi ini. Tapi dia punya niat yang baik pada sahabatnya itu. Dia tidak mau sahabat terbaiknya harus menjadi korban pria yang hanya akan mempermainkannya saja. Teringat dirinya-lah yang selama ini berkontribusi membuat Amanda lebih dekat dengan Wisnu, hatinya menyesal.Dia mengambil HP-nya dan menghubungi Dion pacarnya.“Apa benar Pak Wisnu digosipkan dengan wanita yang waktu itu makan malam bersama Pak wisnu?”“Biasa, gossip!”“Jawab saja lah, beb!”“Iya, tapi itu belum tentu benar kan sayang!”“Menurutmu?”“No komen, ga usah ikut campur lah”“Hemm, apa jangan-jangan kamu juga sudah tahu yang sebenarnya tapi tetep bungkam biar gak ada masalah sama Pak Bosmu itu?”“Astaga, kok kamu mikirnya negatif gitu sayang? Bagaimanapun Amanda juga teman aku lho!”“Ya makanya cari info kek!”Lesti dengan kesal menutup telpon paca