“Sial banget, kenapa hidupku jadi kayak gini?!”
Gadis itu terus merutuk sembari memandangi arus sungai di bawah jembatan yang sekarang menjadi tempatnya berdiri.Wanita muda yang terkenal dengan panggilan ‘Raya’ itu sudah kehilangan kehidupannya yang sempurna. Semua ini karena kasus korupsi yang menimpa ayahnya.Kemewahan yang sering diperlihatkannya di akun media sosialnya ikut terkena imbas berita buruk.Banyak yang menganggap apa yang dimilikinya adalah hasil korupsi ayahnya.Perlahan, dia kehilangan kemewahan, penggemar, juga pengikutnya di media sosial, tempatnya mencari uang.“Awas saja ya kalau aku udah kaya lagi, aku akan balas mereka semua yang udah meremehkan aku,” tukas Raya geram. “Terutama kamu Reno, bisa-bisanya sih kamu main gila di belakangku!”Gadis itu sekarang teringat dengan sang mantan kekasih yang sudah berkhianat. Lelaki yang dicintainya itu berselingkuh dengan saudara tirinya sendiri.Raya masih terus termenung, tidak lama … angin berembus kencang dan menerbangkan syal mahal pemberian mendiang mamanya yang dia kenakan di leher.Syal itu meluncur ke Sungai, tepat di bawah Raya. Tidak ingin kehilangan satu-satunya barang berharga peninggalan mamanya refleks gadis itu mengejar, hingga tanpa sadar malah melewati pembatas jembatan.“Argh!”Dia nyaris saja terjun ke Sungai, jika saja tangannya tidak mampu menggapai pembatas jembatan. Tubuhnya kini menggantung di antara jembatan yang sepi lalu lalang, juga Sungai besar dengan alirannya yang deras.“Tuhan, aku masih ingin hidup, aku nggak mau mati,” desis Raya sembari meringis ketakutan ketika dia melihat ke bawah.Sekuat tenaga Raya tetap berusaha mempertahankan pegangannya. Dia tak mau jatuh yang membuat hidupnya bisa berakhir sia-sia.Raya memilih mengalihkan pandangannya ke atas dengan hatinya terus memendam harapan bahwa akan ada seseorang yang akan menolongnya.Gadis itu terus memaksa untuk bertahan. Harapannya kian menipis sekarang ditambah rasa lelah sudah mulai menyergapnya saat ini.Di tengah rasa putus asa yang sudah mulai datang mendadak Raya merasakan adanya pergerakan di atasnya, dan sejurus kemudian Raya melihat sebuah tangan mulai meraihnya.“Tahan Mbak, ayo sekarang sampean tak tarik ke atas yo!” seru sebuah suara dari atas yang seketika mengembalikan harapan Raya.Sementara di atas jembatan kini tampak seorang pria yang segera mencampakkan cangkul dan caping bambunya demi bisa memberikan pertolongan pada gadis muda yang tadi sempat dilihatnya dari jauh terjatuh ke sungai.Dengan sepenuh tenaga pria muda dengan tubuhnya yang kuat disertai tonjolan ototnya yang terlatih itu terus menarik tubuh Raya ke atas.“Ayo Mbak, bertahan, jangan menyerah, jangan dilepas ya pegangan tanganku,” ucap pria itu lantang berusaha memberi instruksi pada gadis yang tadi sempat dilihatnya terus berdiri terpaku di pinggir jembatan.Raya merasa sangat lega karena telah mendapatkan pertolongan di saat yang tepat, di saat dirinya nyaris tak bisa mempertahankan pegangan tangannya pada sisi pembatas jembatan.Raya berusaha keras untuk bisa mencapai ke atas jembatan lagi mengikuti tarikan tangan dari lelaki yang wajahnya bahkan masih belum bisa dia lihat.Hingga akhirnya usaha Raya dengan bantuan dari pemuda desa yang belum dikenalnya itu mulai membuahkan hasil dan tubuh Raya mulai terangkat.Tapi mendadak sebelah kaki Raya yang dia jadikan pijakan, terantuk pembatas jalan. Hal itu membuat tubuhnya menubruk sosok lelaki penolongnya dan menyebabkan tubuh mereka saling menempel.Dari jarak sedekat ini, Raya justru salah fokus pada wajah pria penolongnya. Pria itu ternyata memiliki garis ketampanan meski tersamarkan dengan penampilannya yang kucel dan bahkan agak kotor.Hanya beberapa saat mata mereka saling beradu karena hanya dalam hitungan detik dengan cepat pria itu kemudian menarik pandangan setelah sempat terlihat tertegun memandangi keindahan wajah Raya.Namun sebelum mereka saling melepaskan diri, mendadak dari arah barat tampak serombongan petani yang baru beranjak dari sawah mereka melintas di jembatan. Dan mereka melihat apa yang sedang terjadi hingga memunculkan sebuah kesalahpahaman yang menyudutkan. “Apa-apaan ini, apa yang sedang kalian lakukan?”Sontak kedua insan yang bahkan tak saling mengenal itu segera berusaha untuk bangkit lalu saling menjauhi agar apa yang terjadi tadi tak memantik dugaan yang terlalu jauh. Tapi orang-orang desa yang kolot dan sederhana itu sudah terjerat dalam prasangka picik mereka, walau mereka kemudian mencecar dengan mengunggah nada tidak percaya.“Mas Ustadz Raihan?!” seru salah seorang dari mereka yang segera menarik tatapan Raya ke arah pria yang berpakaian ala petani yang bahkan baju berpotongan sederhana itu menampakkan noda tanah yang ketara.Raya sama sekali tak menduga kalau pemuda penolongnya adalah seorang ustadz. “Kalian pasti sedang mesum ya?!” Mendadak salah seorang penduduk desa mulai menuduh mereka yang membuat keduanya tergeragap kaget. “Kenapa kalian bisa saling tindih tadi?” sambung wanita itu lagi. Dengan cepat seorang pria yang ikut berjalan bersama rombongan para petani itu mulai menyeruak menghampiri. “Ya jelas saja mereka pasti sedang mesum tadi!” sergah lelaki berkumis tebal itu. Raya langsung menggeleng resah saat mendengar tuduhan yang hina itu. “Nggak-nggak, tadi kami nggak ngapa-ngapain kok,” ucap Raya dengan segera menampik. “Ini semua salah paham, kami memang tidak ngapa-ngapain kok, Paklek,” sambung Raihan ikut berusaha menjelaskan pada pria bertubuh kekar yang disebutnya Paklek.Paklek sontak meludah sinis, menampakkan dengan sangat lugas rasa tidak percayanya. “Hey Raihan, kami semua tadi melihat dengan jelas apa yang kalian lakukan tadi.” Dia menatap sinis kepada kedua anak muda itu, terutama pada Raya yang saat ini memakai sebuah dress pendek yang dipadu dengan jaket jeans belel.Sangat berbeda dengan gadis kampung kebanyakan di desa ini dengan pakaian yang tertutup dan sederhana. Raya terlihat sangat mencolok terlebih dengan wajah cantiknya yang memang langsung menarik perhatian bagi siapapun yang baru melihatnya.Dilihat seperti itu, Raya malah menentang balik tatapan lelaki berkumis tebal itu yang terasa sangat menyebalkan.“Jangan seenaknya menuduh ya, kami nggak ngelakuin apa-apa. Dia itu tadi nolongin aku yang mau jatuh ke jembatan.” Raya berusaha menjelaskan kronologis yang sesungguhnya. Tapi tetap tak ada yang percaya, bahkan orang-orang itu malah semakin menyudutkan. “Sudahlah nggak ada maling yang ngaku, sebaiknya kita bawa saja mereka ke balai desa,” sahut salah seorang dari mereka. Bahkan orang-orang itu mulai menggelendang Raya bersama pria penolongnya yang wajahnya sekarang tampak semakin pucat.“Lepasin, aku mau diapain?” sergah Raya kesal masih berusaha melawan. Tapi perlawanannya sama sekali tak berati, “buat apa kami dibawa ke balai desa?”Lagi, pria yang dipanggil Paklek itu menjawab pasti. “Buat apalagi? Ya buat dinikahkan.” Sontak Raya membeliakkan matanya sangat kaget dengan kalimat yang sudah dia dengar. “Apa dinikahkan?!” ***“Apa benar kita akan dinikahkan?” Raya menggumamkan keresahannya ketika mereka berdua sudah didudukkan berdua di balai desa. Raihan menjawabnya dengan sebuah kedikan singkat di kedua pundaknya. Lelaki itu malah tampak lebih tenang daripada sebelumnya. “Kita lihat saja, apa yang akan mereka lakukan pada kita?” balas Raihan terdengar pasrah. Raya menjadi kesal saat mendapati sikap Raihan yang dianggapnya terlalu pasrah. Tapi nyatanya memang tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah hal memalukan itu terjadi. Tak ada yang mau percaya dengan segala penjelasan keduanya tidak juga Pak Kades yang sudah didatangkan. Semua orang sudah mendesak agar kedua insan berlainan jenis itu segera dinikahkan karena dianggap telah berbuat mesum, sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bala di desa ini. Mereka akhirnya dinikahkan di hadapan penghulu bersama dengan seorang wali hakim. Walau Raya sempat bersikeras menolak agar tak sampai dinikahkan karena tak adanya sang ayah yang bertindak sebagai w
Dara menjawab pertanyaan sang majikan yang sekaligus sahabat baiknya itu dengan sebuah anggukan lemah.“Aku akan balik ke Jakarta juga untuk bisa mendapatkan banyak informasi, bukan hanya sekedar jadi ART biasa, aku akan tetap membantu kamu agar kehidupan kamu bisa balik kayak dulu.”Dara mengutarakan tujuannya untuk kembali ke kota.“Kamu tetap di sini saja, karena di Jakarta kamu hanya akan terus dihina sama orang-orang yang dulu ngaku sebagai teman kamu.”Raya malah menatap sedih pada sosok wanita berpenampilan tomboy yang telah banyak menolongnya ini.“Terus sampai kapan aku berada di desa ini, Dar?”“Bersabarlah saja dulu Ray,” ucap Dara sembari menyentuh lembut pundak Raya yang terlihat rapuh.Kedua wanita berbeda gaya berpakaian itu masih saja berbincang dengan berbisik agar pria yang baru saja menikahi Raya tadi tak terlalu mendengar pembicaraan mereka. Apalagi Raya dan Dara menjaga jarak dengan Raihan yang telah berjalan di depan mereka.Detik berikutnya Raihan kemudian mengh
Raya tak bisa menahan kekagumannya saat melihat penampilan Raihan yang dianggapnya sangat luar biasa.Raihan yang kini telah membersihkan diri dan mengganti pakaian kotornya dengan baju koko putih bersih yang dipadu dengan sarung kotak-kotak hitam, terlihat mulai bersiap untuk melangkah menuju mushola.Aura wajah Raihan menjadi sangat cemerlang dengan penampilannya yang seperti itu hingga Raya tertegun penuh kekaguman.Bahkan sekarang Raya hanya bisa berdiri termangu di ambang pintu kamar, menjadi sangat segan untuk masuk dan mengambil mukena yang ternyata sudah disiapkan oleh ibu mertuanya di atas ranjang.Raihan yang malah berjalan menuju ambang pintu karena dia memang harus segera melangkah menuju ke mushola untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah.“Aku akan tinggal ke mushola sebentar,” ucap Raihan dengan rikuh karena bagaimanapun dia tak pernah mendapati ada wanita lain berada di dalam kamarnya, karena saat ini Raya tengah berjalan masuk ke dalam biliknya yang sederhana.“Hmm,”
“Bisa kita bicara sebentar?” Ajakan Raya sedikit meresahkan seorang Raihan.Walau mereka telah menikah tapi tetap saja mereka adalah dua orang asing yang bahkan sebelumnya tak saling mengenal. Raihan mengetahui nama Raya saja, saat dia akan mengucapkan ijab kabul yang dia ikrarkan dengan hati yang dihinggapi kebingungan.Tapi Raihan yang tipikal pria polos dengan hatinya yang penuh kebaikan itu, menjadi tak bisa menampik ajakan perempuan muda yang sudah berstatus sebagai istrinya itu. Terlebih saat ini Raihan bisa melihat dengan lugas keresahan seorang Raya yang sekarang sedang duduk di sisi ranjang.Raihan menjadi tak bisa menampik yang membuatnya tetap bertahan di dalam kamar meski dia memilih berdiri di ambang pintu, tetap menjaga jarak di antara mereka.“Aku mau bicara tentang kita, tentang pernikahan kita.”Raya sedikit mendesah panjang sembari memandang lugas ke arah pria yang baru saja menikahinya itu.Gadis itu terlihat menampakkan dominasinya karena memang seorang Raya sejak
“Kamu yakin ingin ikut ke sawah?”Raihan merasa perlu untuk bertanya kembali pada istrinya menanggapi permintaan Raya yang di luar dugaan.“Iya, aku ingin tahu tempat sawah yang kamu garap. Lagian aku bakal kebosanan kalau terus tinggal di rumah.”Raya mengutarakan alasannya dengan terang.“Tapi di sana sangat panas, apa kamu nggak takut gosong kulit kamu?”Raihan bertanya dengan sedikit gelisah.“Nggak apa-apa, lagian aku udah pakai suncreen.”Raihan mengernyit ketika Raya menunjukkan sebuah kemasan sunblok yang sudah dioleskan pada kulit mulusnya yang kini bahkan sudah membuat darah kelelakian Raihan berdesir gelisah.Detik berikutnya sebelah mata Raya kemudian malah mengerling sembari mengulas segaris senyum yang membuat dada seorang Raihan bertalu ramai.Lelaki itu tak pernah mendapati pesona seorang wanita sesempurna Raya yang semakin dilihatnya semakin menyeret dirinya dalam pusaran kekaguman.Raihan kian gelisah saat Raya kemudian mulai mendekat.“Kurasa kamu juga harus mengole
“Memangnya kamu mau aku melakukan apa sih?”Raya menjadi kian penasaran.Tapi Raihan tetap diam malah memberikan senyuman yang membuat hati seorang Raya gelisah tak menentu. Senyuman itu terlalu manis semanis gula yang dijadikan sirup.“Kamu tunggu di sini dulu,” ucap Raihan yang kemudian malah keluar dari dalam kamar yang membuat Raya menjadi kian bertanya-tanya.Tak lama berselang lelaki bertubuh tegap itu kembali masuk dengan membawa sebuah gamis lengkap dengan jilbab lebar yang berwarna senada.Raya sontak mengernyitkan keningnya sembari memandang gelisah pada pria yang baru kemarin menikahinya itu.“Sebelum pergi kamu ganti dulu baju kamu dengan ini.”Raya menguarkan keraguannya sembari memandangi gamis berpotongan sederhana yang sama sekali tak sesuai dengan selera fashionnya.“Aku pakai ini?”“Iya karena aku pikir kamu akan jadi cantik kalau pakai baju itu, biar kamu pantas untuk disebut sebagai istri ustaz?” Raihan kemudian tersenyum penuh arti.Tapi Raya menanggapi dengan eks
“Pria itu!” sergah Raya sebal saat melihat seorang pria berkumis tebal yang kemarin paling getol menuduhnya bersama Raihan melakukan perbuatan mesum memalukan yang nyatanya tak pernah mereka lakukan.Raihan terlihat agak enggan untuk mendekat. Sejak awal hubungannya dengan pria paruh baya bertubuh dempal itu yang merupakan adik dari ayahnya sendiri itu memang kurang harmonis. Bahkan dirinya terlampau sering menjadi sasaran kemarahan pria itu, yang tampak selalu membencinya, semua karena dia terlahir dari rahim seorang wanita sederhana yang dulu memang tak pernah direstui untuk menjadi menantu di dalam keluarga mereka.Bahkan ibunya sampai sekarang masih disalahkan atas kematian sang ayah yang sebenarnya terjadi atas kehendak takdir, sama sekali bukan salah dari sosok yang sudah menghadirkannya ke dunia.“Kalian pasangan mesum, mau ke mana?” sindir lelaki bernama Parman itu sangat sinis.&nb
“Kamu mau minta apalagi?” sergah Raya sedikit kesal.Raihan malah menggaruk tengkuknya dengan rikuh.Raya menjadi berkernyit heran.“Aku pengen dengar kamu manggil aku mas, buat memastikan kalau kamu bisa mengucapkannya dengan luwes.”Saat mendengar ucapan Raihan yang terkesan sangat polos itu Raya malah tak bisa menahan kekehannya. Gadis itu menjadi tergelak panjang sampai memegangi perutnya yang sekarang menjadi terasa kaku.“Kamu itu lucu juga ya, apa kamu pikir aku nggak bisa manggil kamu Mas, sampai perlu praktek segala?”“Coba ..., kamu coba dulu manggil aku ... mas.”Kali ini Raya langsung menghentikan tawanya saat mendengar Raihan malah tetap mendesaknya.Gadis itu kemudian mengedikkan bahu sesaat, meski kemudian mulai melakukan apa yang diminta oleh suamin