Home / Romansa / MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG / 2. Pernikahan Mendadak

Share

2. Pernikahan Mendadak

Author: Mastuti Rheny
last update Huling Na-update: 2024-02-22 10:51:21

“Apa benar kita akan dinikahkan?”

Raya menggumamkan keresahannya ketika mereka berdua sudah didudukkan berdua di balai desa.

Raihan menjawabnya dengan sebuah kedikan singkat di kedua pundaknya. Lelaki itu malah tampak lebih tenang daripada sebelumnya.

“Kita lihat saja, apa yang akan mereka lakukan pada kita?” balas Raihan terdengar pasrah.

Raya menjadi kesal saat mendapati sikap Raihan yang dianggapnya terlalu pasrah.

Tapi nyatanya memang tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah hal memalukan itu terjadi.

Tak ada yang mau percaya dengan segala penjelasan keduanya tidak juga Pak Kades yang sudah didatangkan. Semua orang sudah mendesak agar kedua insan berlainan jenis itu segera dinikahkan karena dianggap telah berbuat mesum, sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bala di desa ini.

Mereka akhirnya dinikahkan di hadapan penghulu bersama dengan seorang wali hakim. Walau Raya sempat bersikeras menolak agar tak sampai dinikahkan karena tak adanya sang ayah yang bertindak sebagai wali dalam pernikahan, nyatanya orang-orang itu malah mendatangkan seorang wali hakim demi syarat sahnya pernikahan.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Raya Sahala binti Andi Fajar dengan mas kawin sebuah cincin emas 5 gram dibayar hutang.”

Raihan mengucapkan ikrar ijab kabul dengan terdengar sangat yakin.

Raya mendesah resah saat ikrar itu terlontar. Takdir terkesan sangat bercanda dengan gadis itu yang membuat seorang Raya bahkan nyaris tak bisa menelaah apa yang terjadi di dalam hidupnya saat ini.

Raya hanya bisa mengikuti apa yang terjadi dengan hati separuh dan telah kehilangan gairah. Bahkan pernikahannya sekarang terasa nyaris bagai sebuah mimpi buruk.

Segala angannya tentang pasangan ideal yang dia harap mendadak lenyap, karena pria yang menikahinya sekarang jelas tak seperti yang dia impikan. Bukan sosok seorang pangeran yang memiliki banyak kesempurnaan. Bahkan tidak juga seorang pria dengan penampilan bak idol, atau setidaknya seorang coverboy.

Sejenak Raya memindai pria yang baru saja beberapa detik tadi telah mengikrarkan diri sebagai suaminya. Bukan hanya wajahnya yang tampak sedikit kusam dan berminyak tapi juga penampilannya yang terkesan acak-acakkan. Malah pakaian yang sekarang dipakainya penuh dengan debu dan terlihat kotor penuh noda karena memang Raihan sore tadi sedang melakukan pekerjaannya sebagai seorang petani di sawah.

Tak ada gaun pengantin dengan penampilan yang sakral dan anggun. Raya sendiri hanya memakai jaket denim untuk menutupi tubuhnya yang dibalut sebuah minidress dengan motif floral. Sebuah penampilan yang terlalu casual dan sangat biasa.

Ketika akhirnya Raya harus menyambut tangan Raihan yang kemudian terulur setelah ikrar ijab kabul terucap, gadis itu hanya bisa pasrah menyalami bahkan mencium punggung tangan dari lelaki yang sekarang telah berstatus sebagai suaminya itu.

Hingga sejurus kemudian Raya melihat asisten sekaligus sahabatnya merangsek mendekat menyibak kerumunan para warga yang sudah menjadikan pernikahan tak wajar itu sebagai tontonan.

“Udahlah Ray, mungkin ini udah takdir kamu.”

Raya sontak mencebik sengit sembari membeliakkan mata.

“Enak saja, kamu bilang takdir!” sergah Raya sengit. Raya benar-benar tak mengerti kenapa sahabatnya malah terlihat sangat santai menanggapi momen yang dianggap Raya sebagai prahara ini dengan sangat santai. Bahkan Raya melihat jika sosok yang sudah membawanya berada di desa terpencil ini, tampak sangat bahagia dengan apa yang menimpanya saat ini.

“Ray, ini benar-benar harus kamu syukuri karena Tuhan sudah menjodohkan kamu dengan seorang ustadz.”

“Tapi ini beneran nggak masuk akal, padahal pria penolongku itu seorang ustadz kenapa mereka malah lebih percaya dengan pria jelek berkumis itu yang sudah nuduh kami mesum sampai dipaksa nikah kayak gini?”

Sangat tidak mudah buat Raya untuk menerima keadaan ini.

Namun Dara, asisten pribadinya yang berpenampilan tomboy itu malah semakin menampakkan dukungannya.

“Kan tadi aku udah bilang bisa saja kalau semua ini memang sudah takdir kamu, lagian Mas Ustadz Raihan itu orangnya baik, jauh lebih baik daripada Reno. Kamu lebih baik tinggal sama Ustadz Raihan daripada tinggal sama keluargaku, karena ada nenek lampir di rumahku.”

Dara mulai mengulik tentang saudara iparnya yang semakin terang-terangan memusuhi mereka setelah tahu jika Raya adalah majikannya Dara yang jatuh bangkrut. Apalagi setelah Dara tak lagi memiliki uang untuk memenuhi belanja keluarganya yang dulu selalu dia tanggung, saat dia masih bekerja sebagai asisten pribadinya Raya.

Sebelum Raya menimpali kalimat sahabatnya, mendadak Raihan mulai berjalan mendekat.

“Ayo Mbak kita pulang ke rumahku sekarang, karena sekarang Mbak adalah istriku.”

Raya membeliak resah dan menjadi tak bisa menolak karena Dara malah terus mendorongnya untuk mendekat dan mengikuti ajakan sang ustadz muda yang berpenampilan kelewat sederhana itu.

Dara masih saja menempel saat mereka akhirnya berjalan beriringan di belakang Raihan yang sudah lebih dulu berjalan di depan.

“Ray, mengertilah aku cuma pengen menyelamatkan kamu, kakak iparku itu kayak jahat karena tadi aku dengar dia berencana mau menjebak kamu untuk bisa dijual sama Pak Sam, orang yang punya hubungan sama para mucikari di kota.”

“Terus kenapa kemarin kamu ngajak aku pulang ke rumah kamu, Dara sialan?!”

“Aku nggak tahu kalau Sumi itu kayak setan, karena dulu pas aku punya banyak uang, dia keliatan baik banget.”

Dara menunjukkan rasa penyesalan pada sang sahabat yang nasibnya sedang tertimpa kesialan beruntun.

“Untuk sementara kamu tinggal sama Mas Ustadz aja, sampai Pak Arif bisa membuktikan kalau papa kamu nggak salah. Soalnya aku meninggalkan desa ini.”

Raya membeliak kaget.

“Kamu mau ke mana?”

“Aku mau ke kota mau jadi daftar jadi ART, soalnya aku nggak betah di rumah Ray.”

“Terus aku gimana, Dar?”

“Ya kamu sekarang kan istrinya ustadz.”

Raya mendengkus jengkel.

“Ray, kamu sebaiknya bicara sama Mas Ustadz dan bilang apa adanya tentang kehidupan kamu, terus minta pengertian sama dia, agar nggak usah terlalu serius dengan pernikahan kalian, soalnya kamu berencana akan balik ke Jakarta lagi kalau semua berita miring tentang kamu terlupakan.”

“Iya aku nggak mau selamanya terjebak di desa terpencil ini,” tegas Raya sembari tetap berbisik agar percakapan mereka tak terdengar jelas oleh Raihan yang berjalan mendahului mereka.

Tapi setelah itu tatapan Raya menatap nanar ke arah sahabatnya yang telah banyak menolong dirinya itu.

“Dar, kamu beneran akan balik ke kota dan menjadi pembantu?”

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   117. Akhir Yang Bahagia

    Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   116. Undangan Pernikahan

    Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   115. Semakin Mesra

    "Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   114. Keinginan Andi

    "Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   113. Pesta Empat Bulanan

    “Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   112. Kekaguman Tak Terelakkan

    112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status