Entah kenapa rasanya hati ini menggelitik ketika melihat Raja Edgar. Mungkin itu karena aku benar-benar ingin berterima kasih kepada Raja Edgar karena ia telah menyelamatkan nyawaku.
“Kenapa ia seperti itu?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
“Ia minum alkohol yang dibawa Karl, Yang Mulia,” balas Steein. Jawaban Steein itu spontan membuat Raja Edgar memberikan tatapan tajam kepada Steein.
Aku bisa mendengar pembicaraan Steein dan Raja Edgar, tetapi posisi mereka yang jauh berdiri dan berbicara berdua saja tanpa melibatkan aku dalam pembicaraan mereka, membuatku kesal.
“Yang Mulia, duduk di sini, duduk di sini. Ayo gabung bersama kami. Kami sedang mengadakan acara perpisahan …. perpisahan karena aku tidak lagi bekerja di departemen Sihir…,” ucapku sambil menepuk-nepuk tempat duduk yang ada di sebelahku.
Raja Edgar menepuk menatapku sambil
Aku menoleh dengan kaku dan dengan tubuh yang gemetar. Napasku tercekat ketika tatapanku bertemu dengan Raja Edgar.“Dari antara semua orang, kenapa harus Raja Edgar yang bangun lebih dulu?” teriakku dalam hati.“Emmm…” Tidak berapa lama, Karl dan Steein juga terbangun. Darahku semakin tersendat dan berhenti mengalir sehingga ujung kaki dan ujung jari tanganku terasa dingin, karena sekarang, aku harus menahan rasa malu terhadap Karl dan Steein juga.“Lissa? Kamu sudah bangun?” ucap Karl sambil mengucek-ngucek matanya.“Apakah itu patut ditanyakan ketika kamu sudah melihatku dengan jelas? Jawaban apa yang kamu harapkan?” tanyaku dalam hati karena tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Karl.Sementara itu, Steein beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur. Setelah dari dapur, ia mendekat ke arahku sambil membawa segelas air putih di tangannya. “Minumlah. Bagaimana peras
“Kalau ini sih, sudah selayaknya aku menjadi bupati karena lebar wilayahnya sudah seperti satu kabupaten,” batinku.“Maaf, Yang Mulia. Setelah saya pertimbangkan beberapa kali pun, saya tetap tidak bisa menerima ini,” ucapku sambil menyodorkan kembali dokumen-dokumen itu. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana cara aku menjaga kesejahteraan warga di wilayah itu sambil menjalani tugasku sebagai sekretaris Raja.“Lissa, itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu tolak, karena ini adalah tanggung jawab kamu sebagai seorang Marchoness. Bukankah kamu sudah menerima gelarmu itu di hadapan banyak orang semalam,” ucap Raja Edgar.“Sial, ternyata itu sebabnya dilakukan serah terima tugas di depan bangsawan lain. Jika aku tahu kalau aku akan mendapatkan beban sebanyak ini, aku akan lebih memilih hidup seperti biasa dan bisa memiliki lebih banyak waktu luang,” batinku.Sekarang, aku tidak punya pilihan lagi, j
Tap, tap, tap.Suasana sangat sunyi. Hanya terdengar derapan langkah tiga pasang kaki yang beradu dengan lantai di seluruh lorong itu. Dari kejauhan, aku bisa melihat para pelayan yang melirik ke arahku.Aku menghela napas berat untuk melepas rasa frustrasiku. “Hahhh … apa ini? Sekarang tiba-tiba keadaan berbalik? Dari seorang pahlawan yang berhasil mengatasi banjir dan terjun langsung dalam membasmi monster sehingga diberi gelar baru menjadi seseorang yang menjadi pelampiasan amarah Raja dan dikawal oleh kedua kesatria menuju tempat tahanan?” batinku.Selama aku berjalan, aku bisa merasakan tatapan menusuk dari kedau kesatria yang sedang membawaku sekarang ini.“Kalian bisa bertanya kepadaku kalau kalian penasaran,” ucapku kepada mereka karena tidak tahan lagi dengan sikap mereka yang menunjukkan rasa penasaran dengan sangat jelas seperti itu.Kesatria yang di sebelah kananku akhirnya memutuskan untuk m
Kami masih berada di depan pintu kamarku. Jadi, Ivan bertanya, “Apakah kita akan membicarakannya di sini, Lady?” tanya Ivan. “Ya, benar,” balasku. Ivan tampak khawatir kalau ada orang yang mendengarkan pembicaraan kami, karena ia berkali-kali memperhatikannya sekitarnya. “Jangan khawatir, Ivan. Ini adalah tempat yang terbaik. Coba pikirkan, jika kita berbicara berdua di dalam kamar ini, padahal aku seperti seorang tahanan sekarang. Apa yang akan dipikirkan orang-orang jika para pelayan melihatnya? Jadi, lebih baik menunggu di sini, ‘kan? Kita hanya perlu mengecilkan suara kita,” ucapku. “Baiklah, Lady,” jawab Ivan. “Dimulai dari kamu dulu. Apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan?” tanyaku kepada Ivan. “Saya bingung, Lady. Kenapa Yang Mulia toba-tiba ingin mengurung Lady di sini? Padahal, yang aku dengar, Raja Edgar sangat puas dengan hasil kerja Lady dalam mengatasi masalah banjir,” ucap Ivan. Aku sudah menduga kalau Ivan a
Beberapa waktu berlalu, tetapi Raja Edgar tidak ada orang lain yang datang ke kamar Lissa, kecuali para pelayan yang mengantarkan makanan. Ada juga para pelayan yang datang untuk membantuku mandi.Namun, jelas saja aku langsung menolak mereka.Lebih tepatnya, ini sudah hari ketiga aku dikurung, namun aku hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apa pun. “Bukankah aku adalah sekretaris Raja dan seorang Marchioness? Kenapa aku malah diperlakukan seperti tahanan seperti ini?’ gerutuku.Aku berulang kali menatak ke luar jendela karena keinginanku untuk melarikan diri semakin hari semakin kuat. Akan tetapi, karena belum ada pemberitahuan apa pun, aku takut kalau Raja Edgar juga menyediakan para penjaga atau mata-mata di suatu tempat untuk mencegahku melarikan diri.Aku tidak boleh ketahuan satu kali pun sewaktu keluar dari kamar ini, agar aku bis menjalankan rencanaku. Jika tidak, satu-satunya akses yang bisa aku gunakan untuk keluar, yaitu je
“Tidak apa-apa. Aku hanya berjalan di sekitar sini karena tidak ada kerjaan,” balas Ivan.Aku sedikit menyalahkan Ivan karena alasannya sangat tidak masuk akal. “Bagaimana mungkin seseorang bisa mempercayai kalau ada seseorang yang mendekat ke tempat seorang tawanan secara tidak sadar,” batinku. Akan tetapi, hati nuraniku juga sebagian menyalahkan diriku karena sudah membuat Ivan berada di situasi sulit seperti ini.“Benarkah? Kamu berjalan di sekitar sini tanpa alasan?” balas rekan Ivan itu.Setelah rekan Ivan itu mengajukan pertanyaan, tidak ada suara lagi yang terdengar selama beberapa saat.Deg, deg, deg.Jantungku kembali berdegup keras. “Apa ini? Apa yang terjadi? Apakah Ivan sudah ketahuan? Kenapa tidak ada suara lagi yang terdengar?” batiku gusar. Tanpa sadar, kakiku juga aku hentak-hentakkan pelan ke lantai kamarku.Karena rasa penasaran mulai menguasai diriku, kakiku bergerak da
Kemudian, ia melanjutkan, “Dilihat dari bagaimana kamu menghancurkan gaun-gaunmu, sepertinya bukan pelayan yang salah. Apakah kamu sedang stres?”Aku menekan barisan gigi atas dengan gigi bawahku karena sedang menahan diri agar tidak terpancing emosi. Hampir saja aku tadi mengerutkan alisku begitu mendengar ucapan Raja Edgar. “Apa? Stres katanya? Tidak, aku bukan stres, tapi benar-benar sudah gila karena sikap Yang Mulia yang tidak masuk akal itu!” bentakku dalam hati.Walau batinku menggila, aku merasa diriku cukup hebat karena aku masih memejamkan mata dan memperlihatkan wajah damai dalam tidurku yang pura-pura. Aku juga merasa takjub dengan diriku sendiri karena bisa memberikan sapaan hormat kepada Raja Edgar dengan menyebutnya Yang Mulia, walau aku sudah dalam keadaan emosi. Ini semua salah hati nurani dan mentalku yang bukanlah jiwa pemberontak.“Sepertinya benar kalau kamu aku harus menuruti kemauanmu. Akan tetap
BAB 62Akhirnya KeluarMengetahui hal itu, aku merasa bahwa upayaku untuk keluar diam-diam harus aku lakukan dengan sebaik mungkin agar tidak ketahuan dan dicurigai oleh Raja Edgar.“Raja Edgar sepertinya tidak ingin kehilanganku. Hah! Seandainya saja Anda mengingat bagaimana sikap Anda di saat kita pertama kali bertemu. Leherku hampir saja hilang karena Anda menghunuskan pedang Anda karena menganggapku orang yang tidak berguna. Sekarang, Anda malah menghalangiku kembali dengan cara yang kotor. Ini namanya penyekapan dan penyalahgunaan kekuasaan. Itu adalah pelanggaran hukum yang sangat berat, Yang Mulia,” ucapku sambil menggosok-gosok tubuhku untuk melampiaskan amarahku.“Tunggu!” perintahku kepada diriku sendiri. Seakan-akan tubuhku merespons perintah dari diriku, tanganku berhenti bergerak.“Jika Yang Mulia sangat membutuhkan orang ynag terampil sepertiku, aku tinggal melatih orang lain saja agar bisa menjadi sepertik