**Bab 071 Vadim dan Athaleyah**Kediaman Manor Eldoria - Ruang Tamu KhususRuangan itu luas, namun atmosfernya terasa menekan. Api di perapian menyala redup, memancarkan cahaya keemasan yang membentuk bayangan panjang di dinding batu. Hawa dingin dari luar tetap terasa, meski ruangan ini sudah dihangatkan. Di dalamnya, duduklah seorang wanita dengan sorot mata yang tajam, tetapi posturnya tetap menunjukkan kehormatan yang dijunjungnya.Athaleyah Galina Nauruan.Di hadapannya, berdiri seorang pria dengan aura dominasi yang luar biasa. Vadim Griffith.Sejenak, tak ada yang berbicara. Hanya suara api yang berderak perlahan.Vadim menatapnya, dalam dan tajam. Dia telah mendapatkan cukup banyak informasi tentang wanita di hadapannya, wanita yang memiliki nama yang sama dengan istri putranya. Namun, mengetahui dari laporan dan menghadapinya secara langsung adalah dua hal yang berbeda.Athaleyah tidak gentar. Meskipun di hadapannya berdiri salah satu pria paling berkuasa di wilayah utara, ia
**Bab 070 Terpuruk**Dua minggu telah berlalu.Dua minggu tanpa kabar, tanpa jejak, tanpa secercah harapan.Salju terus turun, membekukan tanah dan menghapus setiap kemungkinan jejak yang bisa ditemukan. Udara di Skythia semakin menusuk, seolah ikut menekan beban yang menghantam tubuh dan pikiran semua orang di Manor Eldoria.Di dalam ruangan yang diterangi cahaya lilin, Hugh berdiri di dekat meja kerjanya. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas, wajahnya semakin tirus, dan posturnya yang biasanya tegap kini terlihat goyah.Helena berdiri di hadapannya dengan ekspresi penuh kecemasan."Tuanku Duke, saya mohon, Anda harus beristirahat." Suaranya lembut namun penuh penekanan.Hugh tidak segera menjawab. Matanya tetap menatap peta yang terbentang di atas meja, tangannya terkepal di sisi tubuhnya."Bagaimana aku akan beristirahat, istriku belum ditemukan hingga hari ini, Helena."Nada suaranya dalam, tapi ada kelelahan yang tersirat di dalamnya.Helena menggigit bibirnya, menahan
**Bab 069 Kerinduan**Tok tok tok.Suara ketukan terdengar di balik pintu ruang kerja Hugh."Masuk."Helena melangkah masuk dengan hati-hati. Wajahnya tegang, tetapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Kesedihan yang tak ia katakan.Hugh, yang duduk di balik meja dengan tubuh sedikit membungkuk, menatapnya dengan ekspresi letih. Wajahnya pucat, lingkaran gelap di bawah matanya semakin jelas, tetapi sorot matanya tetap tajam."Dia bahkan tidak beristirahat."Helena menahan napas sejenak sebelum akhirnya bicara."Ada apa, Helena?" Suara Hugh berat, serak, seolah kelelahan telah menggerogoti tubuhnya.Helena menggenggam sesuatu di tangannya, lalu melangkah lebih dekat. Dengan hati-hati, ia meletakkan benda itu di atas meja di depan Hugh, sebuah syal bulu yang terlipat rapi."Saya ingin memberikan ini kepada Anda."Hugh meliriknya sekilas, lalu mendesah pelan."Kenapa kau berikan padaku barang itu?" Nada suaranya terdengar kesal, tetapi kelelahan yang luar biasa melemahkan
**Bab 068 Lelah **Saihan berjalan cepat di lorong panjang dengan ekspresi muram. Napasnya berat, sorot matanya tajam. Kekesalan dan amarah mengendap di dalam dirinya.Hari ini terlalu panjang. Terlalu banyak hal yang mengacaukan pikirannya.Lalu—BRUK!Tubuhnya menabrak seseorang dengan cukup keras hingga ia terhuyung sedikit ke belakang."Ugh..."Saihan mendongak, rahangnya mengatup erat saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.Athaleyah Galina.Sejenak, mata mereka saling bertemu. Tatapan Athaleyah memancarkan keterkejutan dan ketidaksenangan, sementara Saihan hanya melotot dengan ekspresi jengkel."Tsk." Saihan menghela napas kasar, lalu dengan nada dingin dan ketus, ia berkata, "Maaf."Hanya satu kata. Cepat, tajam, dan tanpa sedikit pun ketulusan.Tentu saja, sikap tidak ramah itu langsung membuat Athaleyah kesal."He—Hei! Minta maaf yang benar!" serunya dengan nada tajam.Saihan mengernyit, ekspresinya semakin gelap. "Aku sudah melakukannya, Lady. Apa kau harus memeriksa
**Bab 067 Hugh dan Ash**Hugh melangkah cepat keluar dari ruang interogasi, diikuti oleh Ashton yang masih diliputi kemarahan yang ditahannya dengan susah payah. Langkah mereka berat, membawa beban dari informasi yang baru saja mereka dapatkan.Dari awal, semua ini sudah direncanakan.Dari awal, Atthy telah menjadi target.Dan dari awal, mereka telah tertipu.Hugh mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras saat ia mencoba meredam gejolak emosi dalam dirinya. Billy Kutcher. Nama itu semakin jelas menjadi benang merah dari semua kekacauan ini.Ash pun sama. Wajahnya keras, matanya menyiratkan gejolak yang luar biasa. Ia bukan pria bodoh, dalam hitungan detik, ia sudah memahami seberapa besar permainan kotor yang telah menjebak putrinya. Dan ia tidak akan tinggal diam.Namun, di antara keduanya, tidak ada yang berbicara terlebih dahulu.Mereka berjalan dalam diam.Terlalu banyak kemarahan yang belum menemukan kata-kata yang tepat untuk diungkapkan.Sampai akhirnya, Ashton menghentikan lan
**Bab 066 Tiga Pelayan**Keheningan yang menekan menyelimuti ruangan. Alwyn, yang biasanya sigap memberikan tanggapan, kali ini memilih diam. Ia ingin melihat bagaimana Hugh akan bereaksi terhadap situasi yang baru saja terbuka di depannya.Hugh, yang sejak tadi mengamati interaksi antara Ash dan Saihan, akhirnya mengalihkan fokusnya. Matanya menatap tajam Saihan, ekspresinya mengisyaratkan bahwa ia tidak ingin bertele-tele."Saihan," suara Hugh terdengar dalam dan tegas. "Kau tadi bilang menemukan sesuatu. Apa itu?"Saihan menegakkan tubuhnya, berusaha menekan gejolak emosi yang masih tersisa di dalam dadanya. Ia mengingat kembali alasan sebenarnya ia datang ke ruangan ini.''Duke, aku menemukan mereka.''Hugh mengernyit, ekspresinya mengeras. ''Siapa?''''Tiga pelayan jahanam itu,'' jawab Saihan, suaranya penuh kebencian. ''Mereka berusaha melarikan diri… Bahkan membawa barang berharga dari Manor. Mereka menggunakan kesempatan saat Duchess menghilang untuk mengamankan jalan keluar m
**Bab 065 Duka Ayah**Hugh tertegun, memahami kemarahan Ashton. Tidak ada ayah yang bisa menerima kenyataan bahwa putrinya menikah tanpa seizinnya, terlebih lagi dalam keadaan yang penuh kekacauan seperti ini.Namun, Hugh juga bukan pria yang akan membela diri dengan alasan rapuh. Ia menegakkan punggungnya, menatap langsung ke mata Ashton."Saya tidak mengambil keputusan ini secara sepihak, Tuan Galina," ujar Hugh, suaranya tegas. "Saya telah menerima surat persetujuan pernikahan dari pihak keluarga jauh sebelum putrimu tiba di sini. Dan pada hari kedatangannya, pernikahan kami telah disahkan oleh kerajaan."Ashton mengepalkan tangannya di atas pahanya, matanya menyipit tajam. "Persetujuan? Dari siapa?""Dari Baron Robert Galina," jawab Hugh tanpa ragu.Ashton terdiam sejenak. Napasnya terdengar lebih berat, dan rahangnya mengeras. Lalu, dengan suara yang lebih dalam dan penuh emosi yang tertahan, ia berkata:"Jadi... Anda menikahi putriku berdasarkan persetujuan dari pria yang bahkan
**Bab 064 Ashton Galina**Di bawah langit mendung, Ashton Galina menarik tali kekang kudanya, menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang besar Manor Eldoria. Debu perjalanan masih melekat di mantel panjangnya, tetapi matanya tetap tajam dan penuh tekad."Berhenti di tempat!" seru seorang prajurit, ujung tombaknya terangkat dengan waspada. "Katakan, apa keperluanmu?"Ash menghela napas pelan, lalu menjawab dengan suara dalam dan tenang. "Aku Ashton Galina dari Caihina. Aku ingin bertemu dengan Duke Griffith."Beberapa prajurit saling bertukar pandang. Ashton Galina? Hari ini sudah terlalu banyak kejadian aneh. Pagi tadi, seorang wanita bernama Athaleyah Galina datang dan menimbulkan kegemparan. Sekarang, seorang pria dengan nama keluarga yang sama muncul di hadapan mereka."Siapa kau?" tanya prajurit lain, kali ini suaranya lebih tajam, penuh kewaspadaan."Ayah dari Athaleyah Galina."Kata-kata itu membuat suasana di antara para penjaga semakin tegang. Kini mereka yakin dua orang i
**Bab 063 Penyesalan**Helena mendorong daun pintu dan melangkah ke dalam ruangan yang telah disiapkan untuk tamunya. Tatapannya tetap profesional, tetapi ada sesuatu dalam ekspresinya yang sulit dijelaskan—sebuah ketegangan yang berusaha ia sembunyikan.Di dalam ruangan, Athaleyah Galina berdiri kaku, seolah pikirannya masih tersesat di antara keraguan dan pertanyaan yang berputar di kepalanya."Lady, Anda bisa menggunakan kamar ini selama Anda menjadi tamu di sini," ujar Helena, suaranya terdengar stabil, meskipun hatinya tak tenang.Athaleyah tidak segera merespons. Ia memandang ke sekeliling—ruangan itu luas dan mewah, tetapi baginya terasa begitu menyesakkan.Namun, ada sesuatu yang lebih mendesak dalam benaknya."Lady," panggilnya akhirnya, suaranya lebih rendah dan mengandung kecemasan yang tidak bisa disembunyikan.Helena menatapnya."Bagaimana dengan gadis itu?" lanjut Athaleyah. "Kenapa kalian menyebutnya Duchess?"Ia menggigit bibirnya, ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya me