Flashback ON
Dimas tampak menatap wajah ibunya yang tengah terbaring lemah, wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat karena penyakit kista yang tertanam di tubuhnya.
"Dimas, ibu ingin melihatmu menikah," ucapnya lemah namun membuat Dimas benar-benar terkejut dengan permintaan ibunya.
"Bu, sabar ya. Dimas pasti akan menikah, Dimas akan secepatnya memperkenalkan calon istri Dimas pada ibu," jawabnya lirih dan lembut seraya menggenggam tangan ibunya, namun reaksi sang ibu sungguh tak di duga. Wanita itu menarik genggaman tangan sang putra dan memalingkan pandangannya.
"Ah tidak, ibu hanya ingin kau menikahi gadis pilihan ibu. Secepatnya," pintanya memaksa.
"Tapi bu," Dimas mencoba berkilah namun ucapannya segera disanggah oleh sang ibu.
"Tapi apa? Kalau tidak menurut, Ibu tidak ingin di operasi, lebih baik ibu mati saja!" ancam wanita tua itu dengan memaksa.
Flashback Off
................
"Hari-hariku seperti di neraka, k
"Get your hands off her!" Pekik seorang pria yang langsung mendekat kearah Marrie.Marrie tampak mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, guna memastikan kalau penglihatannya tak salah. "Damn! Who are you?" Raymond berdecak kesal dengan pria yang kini berada tepat di hadapannya. Tatapan pria itu begitu tajam dan menusuk, membuatnya begidik ngeri kala beradu pandang dengannya. "She's my GIRLFRIEND!" ucap pria misterius itu dengan menekankan kalimat Grilfriend, membuat Marrie terkejut dan terperangah. "Hahaha I dont care, aku hanya ingin bersenang-senang dengannya. Betul kan sayang?" Raymond berkata dengan nada mengejek dan menyentuh wajah Marrie yang terlihat ketakutan. "Damn it!" BRUKKK!!! Yudhi yang geram seketika memukul Raymond dengan brutal.Perkelahian tak dapat terelakkan, namun karena kemampuan bela diri Yudhi yang sangat terlatih membuatnya dengan mudah melumpuhkan Ray hingga babak belur. "Pergi!" Yudhi berteri
"Ayo masuk!" titah Marrie, menyadarkan Yudhi dari lamunan tak berujung. Beberapa pelayan nampak menyambut kepulangan Marrie hingga sampai di pintu masuk, Jhon telah berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Bagus, jam segini baru pulang!" Kini mereka telah berada di ruangan tamu, posisi Yudhi dan Marrie sudah bagaikan terdakwa yang bersiap untuk diadili. Gadis itu terus saja mengumpat dalam hati karena keposesifan kakaknya. "Wah Wah ada apa ini, Jhon?" Lagi dan lagi, Yudhi di buat terkejut oleh sosok Maxim yang tiba-tiba datang. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa sang idola adalah kakak kedua dari Marrie dan merupakan mantan rival sahabatnya, Dimas. Marrie menjelaskan secara detail dan rinci tentang kejadian yang baru saja terjadi padanya. Sementara Jhon dan Maxim mendengarkan dengan seksama, mencari kebohongan di mata sang adik yang tak kunjung mereka temukan. Lalu mereka beralih pada Yudhi, mengintrogasi secara detail hingga
Di tempat berbeda, seorang wanita cantik tengah menunggu seseorang di sebuah cafe.Tak berselang lama datanglah seorang laki-laki berwajah tampan, tersenyum penuh arti kepadanya. "Sayang, aku rindu padamu!" ucap pria itu dengan melingkarkan tangannya di pinggang sang wanita.Sang wanita membalasnya dengan memberikan sebuah kecupan pada bibir pria tersebut. "Aku juga sangat rindu padamu, sabar ya setelah kita mendapatkan itu semua maka aku akan meninggalkannya," ucap wanita bertubuh bak gitar spanyol tersebut. "Aku lelah menghadapi kemunafikannya setiap hari! Lagi pula aku merindukan kepunyaaku," bisiknya kembali seraya menggigit kecil daun telinga pria itu. Pria yang bernama Anthony itu tersenyum seringai dan segera menggendong tubuh wanita yang telah berstatus istri orang tanpa rasa malu."Katakan pada suamimu kalau kau menginap di rumah orang tuamu. Hari ini kita akan menghabiskan waktu bersama, Shintaku tersayang." ................
Yudhi memejamkan matanya, entah apa yang ada di dalam pikiran pria tampan itu. Dadanya begitu bergemuruh ria menantikan moment-moment yang dia inginkan, hembusan napas gadis itu begitu terasa hangat dan terasa semakin mendekat, membuat perasaannya semakin tidak terkendali. "Bulu matamu jatuh," ucap Marrie seraya mengambil sesuatu dari pipi Yudhi. Yudhi segera membuka matanya, rasanya ia ingin memendam wajahnya di dalam pasir karena sudah berpikir hal yang tidak-tidak.Tersirat semburat merah jambu pada kedua pipinya. "E-Emm Ki-kita ma-kan yuk!" tuturnya gugup dan segera menarik lengan Marrie. Mereka memilih sebuah restoran seafood bertemakan outdoor di tepi pantai, beratapkan suasana langit bertabur bintang dengan lampion-lampion yang menghiasi sudut-sudutnya. Sepasang anak manusia itu begitu menikmati hidangan yang tersedia, hingga kini berbincang-bincang setelah mereka menuntaskan makan malam."Marrie, boleh aku bertanya sesuatu?" tany
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Bu Etty tiada henti-hentinya menggerutu seolah perasaan kesalnya kepada Dimas belum berkurang sedikitpun.Fafa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang ibu, dia juga tidak mengerti mengapa ibunya sangat mudah marah dengan Dimas padahal Dimas adalah sosok anak yang baik dan selalu menuruti keinginannya."Bu, ibu kenapa sih sama Kak Dimas? Kak Dimas itu selalu menuruti kemauan ibu tapi kalau Kak Dimas melakukan sedikit saja kesalahan, pasti ibu meluap-luap kaya gini," tanya Fafa dengan suara lembut sbil tetap fokus mengemudi mobil miliknya."Ibu, kok diam aja. Gak baik loh Bu bersikap seperti tadi," tuturnya kembali saat Bu Etty hanya diam dan tidak menanggapi perkataannyaLagi-lagi Fafa menggelengkan kepalanya, sudut matanya sedikit melirik pada ibunya yang masih saya merancau tanpa suara."Memang seharusnya dia mengikuti semua kemauanku, anggap saja sebagai imbalan kalau aku sudah berbaik hati merawatnya.
Kedua mata Yudhi membulat sempurna kala melihat seorang pria mengeluarkan koper serta barang-barang miliknya dari dalam bagasi mobil."I-itu?" ucapnya gugup.Jhon tertawa terbahak-bahak dan menepuk pundak pria beralis tebal itu. "Hei, selama kau berada di London, kau tinggal di sini. Kau harus bertanggung jawab!" titah Jhon dengan menekankan perkataan terakhirnya.Yudhi nampak masih mencerna ucapan Jhon, salah apa dia sampai harus bertanggung jawab.Apakah harus menikahi Marrie? Kalau seperti itu dengan senang hati dia pasti akan dengan lantang menyetujuinya.Pikiran pria itu lagi-lagi melayang kemana-mana, memikirkan sesuatu yang konyol dan membayangkan dirinya dinikahkan dadakan dengan Marrie."Hehehe," Tiba-tiba Yudhi tertawa dengan tatapan mata yang masih kosong, Marrie menepuk jidatnya melihat tingkah ketiga laki-laki beda usia di hadapannya. Yang satu tengah bertolak pinggang, yang satu sedang dalam mode posesive, dan yang satu lagi sedang t
Dengan terburu-buru Max mengenakan pakaiannya kembali. Jhon masih terus mengetuk pintu kamarnya dengan keras.Cklek"Whats up?" tanya Max panik sesaat setelah membulatkan pintu kamarnya.Tanpa berkata apa-apa, Jhon segera menarik tangan adik laki-lakinya dan membawanya ke ruang keluarga.Max tampak mengeryitkan keningnya, karena ia hanya melihat Yudhi yang tengah duduk dengan papan catur yang telah ditata rapih.Pandangannya beralih kepada Jhon, yang sedang sekuat tenaga menahan tawanya."Hahahaha kau harus menemaniku! Enak aja aku lagi dihukum istriku, sementara kau malah asik-asik dengan istrimu," tutur Jhon dengan santai, pria itu sangat puas telah mengerjai Max habis-habisan terlebih saat dia melihat hickey pada leher Max, ia sangat yakin telah mengganggu adiknya pada saat dan waktu yang tepat."Jadi, kau teriak-teriak hanya untuk memintaku menyaksikanmu yang sedang main catur?" tanya Max menahan kesal, demi apapun kepalanya sakit buk
"Eh."Marrie dan Yudhi tersadar kala bibir mereka nyaris bertemu, memang benar adanya jika wanita dan pria yang bukan muhrimnya berduaan dalam ruangan tertutup, maka yang ketiga adalah setan.Wajah mereka nampak bersemu merona tingkah kala menatap satu sama lainnya."Y-yuk su-sudah setengah delapan," ucap Yudhi gugup, otaknya masih saja memikirkan rasa bibir gadis yang nyaris ia kecup."Astaga, Yudh kenapa otakmu jadi kotor sekali!" rutuknya dalam hati, bersumpah serapah dengan pikiran liarnya.Hampir 30 menit perjalanan mereka tempuh, akhirnya mereka sampai pada sebuah hotel berbintang lima dipusat kota London.Marrie dan Yudhi turun dari mobil Ferarri yang mereka gunakan, memberikan kunci mobil kepada petugas valet lalu melangkah di atas red carpet yang membentang hingga ballroom hotel tersebut.Pria beralis tebal itu terperangah, untuk yang pertama kali seumur hidupnya, dia menghadiri sebuah acara reuni pada kaum high class.Marrie