PoV Vania
"Aku titip Fauzan, Mbak Farah, sudah ada Asih juga disini yang bantuin," ucapku pada Mbak Farah, dia sedang sibuk dengan kalkulator dan gamis-gamis yang baru sampai. Sementara Queen sedang nonton film kartun di youtube. Queen nama anak Mbak Farah yang berusia 5 tahun sementara Asih adalah baby sitter Fauzan. Aku mempekerjakan dia mengurus Fauzan saat aku sibuk di toko."Eh, kamu mau kemana? Masih banyak pekerjaan nih," Kata Mbak Farah yang sangat sibuk."Aku lagi mikirin rencana ku, Mbak. Aku juga mau menghubungi Auriga, langkah apa yang harus kuambil buat memberi pelajaran pada suamiku.""Ya sudah, pergilah. Asal kamu bisa jaga diri dan jangan macam-macam. Sayangi dirimu," ucap Mbak Farah. Apa maksud kakak ku ini. Mungkin dia takut aku bunuh diri gara-gara galau diselingkuhi suamiku. Enak sekali hidup Mas Prabu jika aku sampai melakukan itu. Aku disiksa di neraka dan dia enak kawin lagi serta tinggal di tanah warisan Bapakku."Aku masih waras juga kali, Mbak. Ngapain aku nyakitin diriku buat nge-bucinin Mas Prabu. Surat penting juga sudah ku simpan saat tahu Mas Prabu malam itu menghubungi Marsya. Hatiku sudah curiga padanya, masa selama enam bulan ada lelaki yang tahan gak dapat jatah kan aneh, eh ternyata dia udah kenyang di luar sana. Gak selera lagi sama yang ada di rumah!" Kataku kesal melampiaskan perasaan kecewaku. Mbak Farah menghembuskan napasnya melihat diriku yang dirundung dilema."Vania, aku mendukungmu. Untuk berpisah asal kamu bahagia aku tetap mendukungmu. Kamu masih muda dan cantik. Jangan sia-siakan usia mu untuk bersamanya jika dia berkhianat.""Iya, tetapi aku harus lihat sendiri sikapnya selama ini saat menjadi Dosen. Dia pasti ke gatalan jadi laki-laki. Apakah hanya Marsya yang ditidurinya atau ada perempuan lain. Aku semakin jijik sama suamiku, Mbak.""Iya, ambil rumah itu dan tinggalkan dia jika macam-macam." Kata Mbak Farah menyemangati ku. Aku mengangguk dan pergi keluar toko. Untuk menyibukkan diri di toko aku belum mood. Biarlah Mbak Farah yang ambil tanggung jawab dulu sementara waktu. Aku dan dia tak pernah berbohong satu dan lainnya.Aku terduduk di taman kota. Kesendirian yang kurasakan ini menambah perih hatiku. Mulutku berkata tak ingin bucin pada Mas Prabu. Tetapi hatiku masih tetap sakit, rasanya perih dikhianati seperti ini. Bagaikan silet dia mengikis bagian tubuhku namun tak berdarah. Sakitnya sampai ulu hatiku. Bohong kalau wanita bisa tegar saat dikhianati. Ada fase mereka rapuh dan tak berdaya seperti diriku.Dalam kesendirian tak terasa air mata turun membasahi pipiku, aku tetap wanita rapuh dan pura-pura tegar. Namun aku tak mau menunjukkan pada siapapun kalau aku nelangsa. Air mata ini dan kesedihan ini adalah pengobat lukaku agar tetap tegar. Setelah menumpahkan kesedihan dalam kesendirian aku jauh lebih tenang.Bohong kalau aku tak merasa bergejolak dan tak butuh nafkah batin. Teganya suamiku selama enam bulan mengacuhkan ku, membiarkan ranjang kami dingin. Sekarang setelah tahu penghianatan nya aku semakin muak dan bahkan jijik padanya. Aku memilih berpuasa untuk mengontrol nafsuku.Aku akan berusaha bisa tanpa suamiku. Aku akan tegar tanpa dirinya lagi.
Semudah itu kau ucapkan kata maaf, kekasihku
Setelah kau lakukan lagi kesalahan yang samaDi mana perasaanmu?Saat kau melakukan salah yang samaInikah cara dirimuMembalas tulus cinta yang t'lah ku beri? OhMenyakitkan, bila cintaku dibalas dengan dustaNamun mencintamu takkan ku sesaliKarena aku yang memilihmuLagu itu agaknya cocok menggambarkan perasaan hatiku yang terluka karena penghianatan. Lagu yang suka ku nyanyikan saat zaman aku kuliah dulu. Tak sangka lagu itu kini sama dengan kisah hidupku.
🍁🍁"Assalamualaikum, ini Bapak Auriga," ucapku saat kami sudah tersambung. Aku mendapatkan nomornya dari temanku di group kuliah. "Waalaikumsalam, Nia," jawabnya dengan antusias, aku terkaget ternyata dia masih menyimpan nomorku. "Bapak kutu buku nomorku masih ada sama kamu?""Iya Nia, apa kabar dan ada apa kamu hubungi aku, nih?""Aku sehat, Pak dosen. Aku mau minta tolong nih makanya menghubungi kamu.""Apa, Nia?""Kamu mengajar di FMIPA kan, sama Pak Prabu juga?""Oh, suami kamu itu.""Iya.""Kan kamu udah tahu ngapain nanya.""Riga aku mau jadi dosen seperti kamu dan aku akan daftar kuliah di universitas itu juga mengambil S2. Kamu bisa bantu aku Riga?""Maksud kamu apasih, Nia? Gak paham aku."Kuhela napasku dan ku ceritakan maksud dan tujuanku pada Auriga, temanku yang unik itu. Dia unik karena dia laki-laki yang beda. Zaman kami kuliah dulu, media sosial kami hanya aplikasi biru dan belum ada aplikasi lainnya. Biasanya teman teman menulis status macam-macam. Hanya caption tanpa photo karena belum ada android. Tetapi Auriga beda dia sering menulis status tentang soal matematika, persamaan kuadrat, hitung integral, persamaan linear dan tulisan-tulisan aneh lainnya yang membuat kami kadang tertawa membaca statusnya. Dia juga pernah bilang kalau selama kuliah kita wajib fokus dan tidak perlu berpacaran. Pacaran setelah kerja saja, Auriga sering menghabiskan waktu di masjid buat mengerjakan soal matematika. Dia juga suka ke perpustakaan buat membaca kalkulus dan buku matematika lainnya. Berbeda dengan aku yang datang kesana buat membaca novel. "Kamu baca apa, Nia?" Pernah ditanya olehnya saat kami di perpustakaan. "Baca novel," kataku mengedikkan bahuku. "Bacalah sesuatu yang bermanfaat seperti buku statistik atau persamaan kuadrat, banyak soal cerita juga disana" katanya duduk di dekatku. "Hadeh, kepalaku pusing baca itu. Kamu aja yang baca. Ini juga bermanfaat menghibur hatiku," ujarku kala itu, dia hanya mendesah tak setuju. Itulah masa lalu di zaman kuliah. "Bantu aku Riga. Jadikan aku asisten Dosen mu, aku juga ingin jadi dosen.""Tidak semudah itu, Nia.""Aku akan daftar S2 Riga. Sama siapa lagi aku minta tolong." Kudengar dia mendesah. "Ok, aku akan mengusahakan kamu bisa mengajar paling tidak menjadi asisten ku.""Ok, Riga. Aku mau ketemu kamu juga buat daftar kuliah lagi. Sedang terima mahasiswa juga kan?""Iya, kamu datang saja dan daftar kuliah saja dulu.""Baiklah Bapak dosen. Terima kasih.""Iya,""Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Aku merasa senang setidaknya Auriga mau membantuku. Kini aku dengan kepala tegak bisa menghadapi Mas Prabu dan dia tidak akan menyepelekan ku lagi seperti wanita murahan yang mengharapkan dia menyentuhku untuk hak ku sebagai istri. 🍁🍁Aku masuk kedalam rumahku, aku sengaja kesini buat mengambil pakaian ku dan pakaian anakku, serta beberapa berkas untuk keperluan aku kuliah. Aku hanya menyembunyikan surat tanah karena takut Mas Prabu menguasainya. Sekarang benda berhargaku akan kusembunyikan dari dia. Kudengar suara dari dalam kamar mandi. Tumben sekali dia belum pergi kerja biasanya dia pergi sangat cepat. Aku bergegas mengambil barang-barang yang ku perlukan dan kumasukkan kedalam tas. Mataku membola ketika di dekat laptopnya yang masih menyala aku melihat gawainya. Ada dua gawai disana. Aku segara meraihnya, dengan tangan bergetar kubuka gawai barunya. Dan langsung ke aplikasi hijau. Tubuhku lemas membaca chat nya dengan wanita yang ditulisnya My Love. Aku berencana mengirimnya ke nomorku. Baru satu chat yang ku screen shoot dia sudah keluar kamar mandi. Tubuhku bergetar hebat melihat Mas Prabu. Begitupun dia terkejut melihat aku berdiri dengan gawainya. "Vania!" sentaknya dengan rahang mengeras.Bersambung
TBC.PoV PrabuAku selingkuh, iya memang. Tetapi aku tak bisa mengaku, setelah ketahuan oleh Vania di toko tempo hari. Pikiranku liar kemana-mana. Aliran darah semakin deras dan otakku berpikir keras. Bagaimana bila dia mengadu ke atasan di kampus kalau aku selingkuh, aku akan dipecat dan Vania menceraikan ku. Dia dengan kepala tegak akan mengusirku dari rumah mewah yang susah payah ku bangun. Aku harus mengambil cicilan juga buat bisa punya rumah yang nyaman.Awal nya biasa saja, aku memandang mahasiswaku. Namun saat istriku Vania diusia kandungan tujuh bulan, dia pendarahan. Masuk rumah sakit dan dirawat. Dokter berkata Vania harusbedrestdan tidak boleh berhubungan intim dulu. Saat itulah aku uring-uringan tidak mendapat jatah dari Vania. Dua bulan aku berpuasa darinya, ketika usia kandungan sembilan bulan aku memberanikan diri me
Aku tak sangka suamiku se culas ini. Sekali berkhianat rupanya dia akan selalu berkhianat. Gawai itu juga sudah hancur lebur karena kerasnya dia pukul. Beberapa kali dia pukul untuk memastikan gawai itu benar-benar hancur. Sepertinya aku harus cari cara lain buat membuktikan kebohongannya. Aku sudah tak tahan, baru secuil pesan yang aku baca dan baru screen shoot pertama namun naas dia sudah datang. "Spada...." Suara itu, suara siapa yang datang kerumah kami. Aku membuka pintu sedangkan Mas Prabu secara cepat masuk kamar dan memakai pakaiannya. Ketika knop pintu kubuka. Mataku terbelalak melihat wanita itu. Wanita dengan lesung pipi dan suara mendayu ketika di toko datang kesini. Kerumah kami. Dia sama sepertiku terkejut. "Marsya! selingkuhan suamiku, buat apa kamu kemari. Wa
MENOLAK NAFKAH BATIN 7Mataku membola membaca pesan dari Mas Prabu, dia berpikir aku takut dipolisikan. Pesan darinya membuktikan dia yang takut karena barang bukti sudah ada padaku."Nia, aku tahu kau sedang dalam masalah." Auriga menghentikan lamunanku. Aku tertunduk, sebelum kesini berjumpa dia berkali-kali aku mencoba membuka gawainya Marsya namun selalu gagal. Kuhela napasku, tak ada salahnya aku minta bantuan Auriga. Temanku satu ini pintar dalam segala hal dan juga unik."Riga, aku butuh bantuanmu, aku ingin kunci ponsel ini terbuka. Bisakah kau membuka kunci nya karena dia terkunci menggunakan pola tertentu, sudah kucoba dan gagal!" seruku panik, ini satu-satunya bukti Mas Prabu dan Marsya berselingkuh."Sepertinya penting, Nia?" Dia mengerutkan dahi."Iya sangat penting, hidupku dipertaruhkan disini!" seruku padanya.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 8"Van, kamu yakin?" tanya Mbak Farah padaku. Aku mengangguk, aku datang ke kafe bersama Mbak Farah dan Bang Sinaga. Bang Sinaga suami kakak ku adalah seorang prajurit TNI, aku sengaja memintanya buat datang kesini, tak lupa ku bawa pengacaraku. Agar lebih jelas semuanya. Sementara Fauzan berada di stoller bayi, dia tertidur setelah diberi susu, kubawa juga si Asih buat ikut membantu menjaga Fauzan."Iya, Mbak. Aku udah gak tahan melihat perselingkuhan Mas Prabu dengan Marsya," kataku tersenyum getir pada Kakakku."Apapun keputusan kamu, selama kamu yakin untuk melangkah dan bahagia. Mbak akan mendukungmu, Van," ucap Kakakku mengelus lenganku."Iya, Mbak. Terima kasih," ucapku lagi. Aku menggerutu kesal pada Mas Prabu, mengesalkan dia suruh aku menunggunya seperti ini. Masih teringat perbuatannya di rumah yan
Aku terduduk di balkon toko, disinilah aku sekarang, besok rencananya aku akan pulang ke rumah dan mengusir Mas Prabu dari sana. "Vania," Kakak ku memanggil. "Iya, Mbak." "Nih, anak kamu udah tidur. Mbak letak di ayunan ya," ucap Mbak Farah, aku mengangguk. "Vania, kamu sudah siap?" "Maksud Mbak?" "Kamu sudah nabuh gendrang perang dengan Prabu. Mbak yakin pria tukang selingkuh kayak dia itu gak punya akhlak walaupun pendidikannya tinggi. Kamu harus hati-hati." "Iya, Mbak. Aku mau pastikan dulu dia dan Marsya mencabut gugatan pidana pencurian itu. Sesuai perjanjian bila dia cabut maka aku tak akan melaporkannya ke kampus, padaha
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 10"Biarkan dia menunggu, Mbak. Aku sibuk mau wawancara," kata ku tegas saat diberitahu Mbak Farah siapa yang berada di toko. Dari mana dia tahu aku kerja di toko, semoga hanya kerja dan dia tak tahu kalau aku pemilik toko itu. Aku dan Mbak Farah sama-sama mulai dari nol, modal kami sama ketika membangun toko online itu hingga berkembang besar. Keuntungan pun tidak ada masalah. Hingga kami membuka toko nyata disamping online."Ih, kalau dia buat keributan gimana. Udah kamu kesini sebentar aja," tolak Mbak Farah,"Mbak kan tangguh, usir kek atau apa. Laporkan sama security biar dia kabur," kataku melengkungkan bibirku."Aih, dasar Vania, ya udah lah.""Makasih Mbak. Wawancara ini penting dan aku harus datang. Udah ya Mbak," ucapku pada Mbak Farah.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 11Aku mengerutkan dahiku melihat Bu Arum pingsan. Ibu Mas Prabu itu terkejut mungkin melihat berbagai bukti anaknya yang berselingkuh dan lebih parah lagi dia tak terima rumah menjadi milikku."Mbak, kok malah bengong. Tolongin Ibu!" kata Sila adik iparku, aku menyuruh Mbok Jum membawakan air dan minyak angin. Pembantu paruh baya ku itu dengan cekatan membantu Bu Arum."Kalau ibu kenapa-napa gimana, Mbak. Mbak bisa dituntut karena ibu seperti ini!" kata Sila tak terima, aku mendengkus kearahnya. Bisa bisanya dia menyalahkan aku dalam situasi seperti ini."Kok kamu malah nyalahin aku. Ibu kamu gak percaya dan aku kasih bukti terus dia pingsan sendiri. Ya nggak ada sangkut paut sama sekali sama aku," kataku ketus kearahnya."Kenapa bisa Mas Prabu selingkuh. Mbak juga yang sal
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 12"Assalamualaikum," Mereka bertiga menoleh ke sumber suara."Waalaikumsalam," aku menyahut, dan kulihat pria tinggi tegap sudah didepan pintu. Ini kah kiranya yang dikirim Bang Sinaga buat menjadi satuan keamanan di rumahku."Masuk!" Perintahku, dia berjalan gontai masuk kedalam rumahku. Mereka bertiga masih memandang secara heran. Terutama Mas Prabu."Siapa dia, selingkuhan kamu?" tanya nya dengan mata nyaris keluar. Aku tak menggubris dengan wajah datar dan ku abaikan pertanyaannya."Duduk!" seruku pada pria itu, dia menurut dan duduk. Aku bertanya lagi."Irwan kan?" Dia mengangguk."Iya, Bu. Yang direkomendasikan Bang Hendra Sinaga," katanya dengan wajah datar."Bagus. Oh ya kamu bisa