Home / Romansa / MENOLAK NAFKAH BATIN / Bab 5. POV Prabu

Share

Bab 5. POV Prabu

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2021-10-11 02:35:14

PoV Prabu

Aku selingkuh, iya memang. Tetapi aku tak bisa mengaku, setelah ketahuan oleh Vania di toko tempo hari. Pikiranku liar kemana-mana. Aliran darah semakin deras dan otakku berpikir keras. Bagaimana bila dia mengadu ke atasan di kampus kalau aku selingkuh, aku akan dipecat dan Vania menceraikan ku. Dia dengan kepala tegak akan mengusirku dari rumah mewah yang susah payah ku bangun. Aku harus mengambil cicilan juga buat bisa punya rumah yang nyaman. 

Awal nya biasa saja, aku memandang mahasiswaku. Namun saat istriku Vania diusia kandungan tujuh bulan, dia pendarahan. Masuk rumah sakit dan dirawat. Dokter berkata Vania harus bedrest dan tidak boleh berhubungan intim dulu. Saat itulah aku uring-uringan tidak mendapat jatah dari Vania. Dua bulan aku berpuasa darinya, ketika usia kandungan sembilan bulan aku memberanikan diri mengambil jatah batinku. Namun aku merasa tak berselera. Perut, leher, ketiak dan masih banyak lagi dari tubuh istriku berwarna hitam. Aku suruh dia membersihkan, namun dia berkilah itu bawaan bayi dan hormon karena kehamilannya, tidak hanya itu tubuh Vania juga bengkak. Dia masih ideal Ibu hamil, tetapi kaki nya bengkak dan wajahnya bengkak membuat aku semakin tak berselera dan dia hanya diam saja tidak gesit seperti dulu dalam melayaniku, membuat aku bosan karena dia sudah tak menarik lagi.

Mahasiswaku bernama Marsya sangat menarik perhatianku, tubuh mungilnya begitu enak dipeluk, rambut sebahunya beserta alis mata tebal, yang membuatku suka bila dia tersenyum lesung pipinya menghanyutkan ku mirip artis bollywood. Belum lagi kulit putih bersihnya serta glowing membuat liurku menetes, aku ingin mencicipi tubuhnya dan merangkak naik diatasnya. 

Pikiran nakal ini terus menghantuiku, manakala kudengar suara Marsya mahasiswa Fakultas Teknik di universitas yang mencetak guru terbaik di kota kami. Suaranya mendayu dayu, aku sangat suka suaranya. Ku beranikan berbicara padanya.

"Marsya, kamu pegang dulu tugas yang saya berikan." 

"Iya, Pak," katanya sambil tertunduk, darahku kian berdesir. Aku mengulas senyum untuknya. 

Malamnya aku memberanikan diri menghubunginya, dia membalas pesanku, sehingga aku merasa muda kembali. Aku merasa berbunga seperti jatuh cinta pada Marsya yang menarik dan berkulit putih. Tidak seperti istriku yang kulitnya hitam dimana-mana karena pengaruh hormon kehamilan dan badannya bengkak. 

Hari hari mengajar merasa membahagiakan, aku akan memandangi Marsya jika aku masuk mata kuliahnya. Kamipun semakin dekat dan dia juga suka curhat denganku. Aku pergi belanja, karoke-an dan makan bersamanya layaknya orang pacaran. Dia sama sekali tak menolak bahkan merasa nyaman. Aku bagai hidup kembali mencintai wanita yang lebih muda tiga belas tahun dariku. Marsya masih 20 tahun, segar dan cantik. Sementara Vania sudah mulai menua, ku nikahi dia usia 25 tahun. Sekarang kami memiliki anak dan usianya baru 27 tahun namun dia sudah nampak tua di mataku. 

Aku memberanikan diri menyewa hotel, aku sudah tak tahan lagi. Saat usia anak kami dua bulan aku dan Marsya memadu kasih. Sudah cukup kuberi Marsya kebahagiaan, kini dia harus membuktikan cintanya padaku dengan melayaniku. Dia sama sekali tak menolak dan dia bercerita kisah masa lalunya dengan kekasihnya saat SMA, Marsya sudah tak perawan saat aku menggaulinya. Aku tak peduli yang penting aku puas padanya. Dia sangat menarik dan bisa memuaskan ku. 

Namun saat Marsya mengajakku ke sebuah toko, katanya toko itu terkenal murah dan menjual berbagai hijab, gamis, celana kulot, kemeja wanita dan lain-lain. Marsya ingin belanja dan borong, dia merengek padaku. Aku sudah cukup lama bersamanya jadi ku turuti maunya dan melupakan Vania, karena servis yang diberikan Marsya sungguh baik, aku kewalahan bahkan melayaninya sehingga tak berselera lagi pada istriku Vania. 

Mataku membola saat kepergok Vania, aku ketahuan selingkuh dengan mahasiswaku sendiri. Aku merasa takut saat itu sehingga aku berbohong. Kuharap keadaan membaik namun sepertinya Vania marah besar. Dia sudah mulai curiga namun aku tak bisa meninggalkan Marsya. Aku akhirnya membeli ponsel baru agar lebih memiliki privasi bersama Marsya. 

Saat ini aku sedang dalam kamar mandi, aku mengambil handuk karena sudah selesai mandi. Aku sengaja tidak masuk karena jam kosong. Dan aku lagi stress memikirkan nasibku ke depan sehingga aku perlu sendiri. 

Saat keluar kamar Mandi, kulihat Vania sudah di rumah dan dia sedang memegang gawaiku. 

"Vania!" Teriakku tak suka, istriku itu terkejut dan menatapku penuh benci. Perasaanku menjadi gusar. Bagaimana bila Vania tahu semua ke busukanku menghianati nya. Aku mencoba menutupi dan menguapkan masalah sepertinya berhasil, sekarang dia memegang gawaiku dan sudah membacanya. 

"Nggak tahu diri kamu, Van. Berani kamu baca isi pesanku!" kataku sengit mendatanginya, dia melotot dan dia meraih tasnya berusaha berlari dariku membawa gawaiku. 

Aku ketakutan, bagaimana bila dia memberitahu semua orang, reputasi ku sebagai Dosen terbaik akan hancur. Aku bersegera menarik hijabnya dan berusaha mengambil gawaiku, 

"Lepaskan aku!" teriaknya saat aku dan dia sama sama tarik menarik gawai itu. Hingga ponsel itu jatuh ke lantai dan dengan sigap aku mengambilnya. 

"Mas. Aku gak sangka kamu berkhianat seperti ini. Kemarin kamu minta maaf dan ternyata itu bohong. Kamu masih bersama wanita itu di belakangku!" sentaknya marah, dia memukuli dadaku dan berusaha mengambil gawai itu. Aku merasa kesal dengan kemarahan besar aku ingin menamparnya. 

"Pukul. Pukul aku, Mas. Sekali kamu layangkan tanganmu maka aku pastikan penjara tempatmu!" hardiknya marah, nyaliku menciut. Aku meraih tangannya berupaya menenangkan nya. 

"Vania, ini gak seperti yang kamu lihat, semua salah paham," dustaku padanya, aku tak akan mengakui perselingkuhan ini karena reputasi ku dipertaruhkan di sini. 

"Dasar pendusta, bajing*n kamu. Aku lihat isi chat di gawai itu, berikan itu padaku. Aku mau lihat perbuatan tercela kamu dan wanita itu ponsel mu!" katanya mengguncang-guncang diriku. 

"Ikut aku!" Aku menariknya ke dapur. Vania tak mau namun dengan kasar kutarik tubuhnya. Kuambil palu dan ku pecahkan gawaiku itu di mana ada bukti chat mesra dan photo intim kami disana. 

Vania membelalak kan mata tak terima saat gawai itu ku hancurkan. 

"Apa yang kamu lakukan , Mas?" tanya nya histeris. Tangannya sudah kulepaskan dan aku mengulas senyum saat gawai itu sudah rusak. 

"Aku hancurkan supaya kita tak bertengkar, sudahlah itu cuma salah paham, Vania." Aku berusaha membuatnya tenang. Tetapi menatapku sengit, dilayangkannya tamparan keras ke wajah ku. Aku terkejut karena aksi tiba-tiba darinya.

Plak!

Aku meringis menatap dirinya.

"Vania. Berani kamu pukul suamimu, Ha!" bentakku marah, wajahnya sama sekali tidak takut melihatku. 

"Kau seorang pendidik, namun kamu mencoreng reputasi mu sendiri. Aku tak sangka kamu se-culas ini." 

"Vania, mari kita lupakan, aku janji tidak ada Marsya lagi. Mohon maaf kan aku, Van!" Aku memohon padanya kuambil tangannya buat dipegang, entah benar apa tidak tetapi aku tak siap kehilangan pekerjaan dan rumahku. Dia menepis dan mencebik kesal. 

"Aku akan mendaftarkan perceraian!" 

"Tidak bisa, Van. Kalau seperti itu akulah pemilik rumah ini!" tegas ku padanya. 

"Ini tanah Bapakku!" 

"Tetapi membangunnya pakai uangku!" 

"Aku akan buktikan kamu selingkuh, Mas!" 

Aku menarik sudut bibirku, satu bukti hilang dan dengan cara apa Vania membuktikannya, aku tak akan mengalah pada nya. 

"Silahkan, Vania. Kamu tak ada bukti kalau aku selingkuh," tegas ku padanya. Dia semakin membenciku. 

"Spada … Ada di rumah, Mas." Sebuah suara mengagetkan kami, aku dan Vania berbegas ke depan sebelumnya kupakai celanaku karena aku barusan selesai mandi. 

Ketika Vania membuka pintu, aku dan dia terkejut.

"Marsya!"

Bersambung. 

TBC.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri tolol gampang banget diselingkuhi. makanya jgn kebanyakan drama nyet
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 45. Bertemu (End Session 1)

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 44. Pilihan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 43. Titik Terang

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 42. Aku Akan Berubah

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 41. Serba Dilema

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 40. Pengganggu Si Sakit

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status