Share

Bab 3. Menyusun Rencana

PoV Vania

 

"Vania, kamu sepertinya memang perlu waktu sendiri. Malam nanti kamu ku jemput ya. Oh ya kamu kerja disini, Van?" tanya Mas Prabu berusaha bersikap bersahabat. Mbak Farah terlihat berkacak pinggang ingin dia tampar wajah adik iparnya itu dan berkata jujur bahwa aku pemilik toko ini dan bukan jongos di sini. Namun aku menggeleng kepala pada Mbak Farah agar dia tetap tenang. 

 

"Apa peduli mu, kamu bahkan menjatah belanjaku. Ternyata uangmu kau berikan pada ayam kampus!" kataku ketus kearahnya. Mas Prabu mengeraskan rahangnya merasa marah namun dia berusaha menahannya. 

 

"Van, aku tidak selingkuh. Berapa kali harus ku jelaskan. Aku akan buktikan kalau aku tidak selingkuh." 

 

Aku tersenyum sinis kearahnya, sudah terpergok masih membela diri, hanya karena takut dengan perjanjian sebelum menikah dia seperti ini dan terus menyangkal. 

 

"Aku juga akan kumpulkan bukti kalau kamu selingkuh dengan Marsya itu. Feeling istri itu kuat, Mas. Kamu itu susah dan berhutang ke Bank, punya istri satu masih susah, sok selingkuh dan nambah lagi. Pikir, Mas!" 

 

"Eh, Prabu, kamu sudah nyakitin adikku. Hanya aku saudaranya. Aku tak ridho kamu melakukan itu. Aku mendukungmu Vania buat berpisah darinya," ucap Mbak Farah melotot pada Mas Prabu. 

 

"Ini buktinya." Mas Prabu mengeluarkan gawainya dan diberikan padaku. Aku melihat aneh dirinya.

 

"Kenapa kau berikan ponselmu padaku?" 

 

"Kamu selalu mau tahu privasi ku sebagai Dosen. Tidak ada apa-apa di ponselku. Silahkan periksa, Vania," ucap Mas Prabu memberi gawai itu ke tangan ku. Dia paksa aku mengambilnya. Aku menerima dan tersenyum kecut. Dia berpikir aku bodoh. 

 

"Aku tidak sebodoh itu, kemarin ku minta tak kau beri. Sekarang kau beri setelah kepergok bersama Marsya. Pasti sudah kamu hapus." 

 

"Van, maafkan aku jika salah padamu. Sebaiknya kita selesaikan ini di rumah. Aku akan kasih apa yang kamu mau, Van," kata Mas Prabu padaku. Rautnya sudah tidak garang lagi dan memohon. 

 

"Apa maksud perkataanmu?" tanya ku pura-pura bodoh. Dia menjadi gusar. 

 

"Aku akan penuhi keinginanmu." Diliriknya Mbak Farah disana yang terus mengamati. Beberapa pengunjung juga sudah lebih tenang. Mas Prabu menjadi ragu menyampaikan. 

 

"Aku sudah tak mau apapun darimu setelah kamu berkhianat padaku, Mas." 

 

"Aku akan memberimu nafkah batin seperti selama ini yang kamu inginkan." lirihnya dengan suara pelan. Aku mencibir kearahnya, melihatnya pun aku sudah muak. Aku tak bisa bayangkan dirinya dan wanita itu bercumbu. Selama enam bulan lebih aku tak diberi hak batin olehnya dan dia terus berkelit lelah. Pasti dia sudah memadu kasih dengan Marsya. Sekarang setelah kepergok dia mau memberiku nafkah batin itu. Mas Prabu tidak hanya egois namun juga penghianat. 

 

"Aku menolak itu, bayanganmu mencumbu wanita itu menghantuiku, sebaiknya kau pergi dari hadapanku, Mas. Aku muak padamu. Mbak Farah tolong suruh dia pulang!"  ujarku masuk dan membawa anakku. Mas Prabu tampak tidak terima, dengan berat hati dia harus pulang karena Mbak Farah mengusirnya. 

 

🍁🍁

 

Apa rencana mu sekarang, Vania?" Mbak Farah bertanya agar aku tak memikirkan masalahku sendiri. Putraku sedang telungkup dan terlihat aktif. Aku hanya diam dan menggelengkan kepalaku merasa putus asa. Ku pandangi Fauzan seksama. Kasihan anakku bila aku berpisah namun bayangan suamiku tidur dengan wanita lain sulit ku buang. Dia pasti sudah sekamar dengan Marsya kalau tidak mana mungkin dia menolakku. 

 

"Kamu masih mau bersama dia setelah kamu dikhianati?" tanya Mbak Farah mengintimidasi. Aku hanya mendesah pelan.

 

"Aku bahkan jijik melihatnya Mbak. Tetapi dia ngeles sekali. Dia tiap hari sibuk, Mbak. Okelah dia Dosen harus membimbing, meneliti dan bikin laporan. Tetapi dia hari minggu pun pergi dengan berbagai alasan. Ada seminar lah, pertemuan lah, main golf sama teman lah. Buat rumah modal ngutang aja belagu. Mau berbicara dari hati ke hati pun sulit Mbak."

 

"Kalau kamu gak sanggup tinggalkan dan ambil rumah itu, tanah itu warisan Bapak dan jangan biarkan si Prabu yang mendapatkannya. Bisa-bisa dikasih sama bini mudanya." Mbak Farah mencebik kesal seakan ingin menendang Mas Prabu. 

 

"Aku tak akan biarkan, Mbak. Dia menyepelekan ku seperti ini." Kuhela napas beratku. "Kasihan Fauzan masih bayi namun orangtuanya sudah punya masalah besar." 

 

"Lebih nyesek kalau anakmu hidup dalam lingkaran keluarga tak harmonis!" Mbak Farah sepertinya menggiringku buat berpisah dari Mas Prabu. 

 

"Jadi aku harus cerai, Mbak?" 

 

"Kamu pikirkan baik-baik. Kalau sudah tidak sanggup ngapain menyiksa diri." 

 

"Aku harus ada bukti perselingkuhannya Mbak, biar rumah itu jadi milikku." 

 

"Cari dulu bukti kalau dia memang selingkuh." 

 

Aku mengerutkan dahiku. Aku adalah mahasiswa dengan IPK 3,56 dan predikat kelulusan dengan pujian. Hampir lima tahun aku tamat dari kuliah dan sekarang menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Jurusanku matematika sedangkan Mas Prabu jurusan teknik mesin. Untuk mendapatkan bukti aku harus jadi dosen sepertinya. Mengikutinya dan membuat dia sadar kalau aku berharga. 

 

Setelah lulus kuliah aku selama dua tahun lebih mengajar di SMA favorit di kota sebelum berjumpa Mas Prabu yang sedang mengantar mahasiswanya buat PPL. Saat itu aku guru pembimbing PPL mahasiswanya dari situlah kami mulai dekat. Hingga akhirnya menikah. Aku memang mengajukan syarat sebelum menikah dan karena Bapak memberi warisan sekalian aku dan Mas Prabu membuat hitam diatas putih agar diantara kami tidak ada yang berselingkuh. Agaknya dua tahun dia suruh aku di rumah dan dia yang bekerja membuatnya lupa perjanjian yang kami buat bersama. 

 

'Kamu sangat curang, Mas. Selama hamil aku kamu suruh di rumah saja buat melayani mu dan mengurus anak. Namun kamu sendiri punya affair di belakangku, kusadari wanita bernama Marsya lebih menarik dan muda dariku. Lesung pipi nya dan kulitnya yang bersih dan glowing membuatmu tergila-gila. Kamu lupa pernah bilang kalau aku cantik karena pintar dan seru. Cantik itu relatif dan akan ku buktikan aku lebih cantik dari selingkuhan mu bahkan aku lebih berharga darinya. Kamu hanya Dosen sementara aku bisa menjadi Dosen dan pengusaha. Aku satu tingkat di atasmu' 

"Vania, apa rencana mu. Kok kamu malah bengong." Mbak Farah menyadarkan ku dari lamunanku. 

 

"Untuk mencari bukti dan membuat Mas Prabu menyesal aku harus jadi Dosen, Mbak Farah." 

 

"Maksud kamu?" Mbak Farah menjadi gusar. Dia yang dari tadi sedang melihat-lihat gamis terbaru dan bercermin dengan gamis gamis itu menghentikan aktivitasnya sesaat karena penasaran akan rencana ku.

 

"Maksud aku, aku akan jadi dosen dan bekerja kembali seperti dulu namun tidak menjadi guru melainkan dosen seperti Mas Prabu." 

 

"Tetapi kamu cuma tamat sarjana dan bukan S2. Jadi dosen minimal kamu harus selesaikan pendidikan S2." 

 

"Aku akan kuliah lagi." 

 

"Kelamaan kali, kuliah tidak bisa sebentar S2 paling tidak selama 2 tahun." 

 

Aku tersenyum pada Mbak Farah, dia pasti terbelalak mendengar rencana ku. 

 

"Aku kuliah saja S2, aku akan bilang kalau aku dalam masa pendidikan." 

 

"Tidak semudah itu, Vania." 

 

"Mudah, Mbak. Asal ada uang dan relasi. Aku hanya butuh bantuan Auriga." 

 

Mbak Farah memasang wajah yang masih bingung. 

 

"Auriga teman kamu yang unik itu?" tanya nya sambil mengerutkan dahi. Aku mengangguk.

 

 

Bersambung.

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ria Kusuma
klu gak selingkuh masa mahasiswa sama dosennya kok panggil "mas"..catat itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status