MasukJika dibandingkan dengan paras cantik dan tubuh elegannya Sariska Lianor dengan selingkuhannya sang ayah, jelas ibarat langit dan bumi. Sariska Lianor ribuan kali lebih unggul hanya dari paras cantiknya saja. Sayangnya, sang ayah lebih tertarik dengan status dan harta kekayaan saja.
Pasalnya, sang ayah memang hanya seorang satpam biasa, berpenghasilan rendah. Pernikahan ayah dan ibunya dahulu juga karena sang ibu jauh lebih kaya dari ayahnya. Sayangnya, orang tua sang ibu meninggal dunia sehingga tidak ada lagi penghasilan tambahan.
Sejak saat itulah, sang ayah sering memarahi sang ibu berulang kali hingga perceraian keduanya pun tidak lagi terelakkan setelah sang ayah menemukan pengganti baru yang merupakan pegawai pembantu rumah di salah satu kediaman milik Keluarga Daryankor.
Sang ayah mendapatkan tawaran menjadi satpam di tempat itu juga. Meski tidak berguna, sang ayah memang memiliki postur tubuh yang tinggi dan kekar serta wajah yang lumayan tampan. Boleh jadi, karena DNA inilah yang membuat Sariska Lianor menjadi tubuh tinggi dengan paras cantik luar biasa.
Dengan polosnya, kehadiran Sariska Lianor di Kafe Layanan Malam menjadi sorotan mata orang-orang di sekitarnya. Tanpa basa-basi, seorang penyeleksi memanggil Sariska Lianor untuk di interview dengan satu pertanyaan yang sangat mengejutkan bahkan masih teringat jelas dalam ingatannya Sariska Lianor hingga detik ini.
“Apakah kamu bersedia menjadi wanita penghibur? Kalau iya, kamu diterima kerja di sini dengan bayaran tetap sepuluh juta rupiah ditambah bagi hasil lima puluh persen atas layanan sebagai wanita penghibur. Kalau kamu tidak mau, maka tempat ini bukan untukmu. Dengan kata lain, silahkan pulang saja!”
Itulah pertanyaan yang membuat dunia alam bawah sadarnya Sariska Lianor yang selama ini menjadi tempatnya bernaung dan percayai benar-benar runtuh total sebelum digantikan dengan pandangan baru. Perselingkuhan ayahnya dan kondisi mendesak ibunya, membuat Sariska Lianor segera mengiyakan tawaran kerja di tempat terkutuk itu.
Begitulah akhirnya, Sariska Lianor yang perawan sebelumnya harus rela melepaskan kesuciannya tersebut demi segunung uang yang ditawarkannya. Sebagai wanita penghibur, Sariska Lianor memulai karirnya dari tidak tahu apa-apa hingga menjadi sosok primadona di kalangan kaum laknat tersebut.
Seluk beluk tubuhnya yang elegan, bergunung kembar, dan paras cantiknya kian menjadi sandaran utama dalam merintis karirnya. Meski masih awam kala itu, para pria beraroma neraka jahanam tersebut jelas sudah ahlinya menghadapi segala macam wanita cantik seperti Sariska Lianor.
Alhasil, tidak perlu melakukan apa pun, para pria hidung belang itu sendiri yang membantu Sariska Lianor menjalankan tugasnya, selayaknya wanita penghibur kelas kakap pada umumnya. Sariska Lianor juga mempelajari sendiri tentang bagaimana memuaskan dahaga membara para pria hidung belang yang menjadi pelanggannya tersebut.
Begitulah seterusnya, pundi-pundi cuan melonjak hingga menyentuh ratusan juta rupiah ketika sosoknya kian semakin terkenal. Pelanggan baru hingga pelanggan setia tak kunjung ada akhirnya, membuat satu rupiah yang dahulu sulit didapatkan oleh Sariska Lianor, berubah menjadi begitu mudahnya dia dapatkan saat ini.
Kenikmatan hakiki ketika berhubungan badan menjadi pengalaman baru serta dilema dalam pikirannya. Rasa jijik tetap melekat dalam hatinya, tak peduli seberapa nikmat yang dirasakan tubuh elegannya dalam buaian para pria hidung belang, persis seperti yang terjadi saat ini.
“Urgh…! Pelan-pelan, Pak! Ja–jangan terlalu terburu-buru, Pak! Durasi sewanya masih lama, ni–nikmati perlahan-lahan! Ah, ah…!” Sariska Lianor berkata dengan napas tersengal-sengal ketika raganya terus dipacu naik turun selayaknya menunggangi kuda liar.
Pria hidung belang yang masih lahap menyantap salah satu puncak kembar seketika tersenyum nakal. “Ehmm, lezat sekali tubuhmu ini, Sariska Lianor! Meski durasi sewanya masih lama, pria mana yang bisa menahan diri untuk buru-buru melepaskan hasratnya ketika dihadapkan dengan hidangan mewah yang lembut dan mulus seperti ini, kan?”
Tak berhenti sedikit pun, pria bejat tersebut semakin ganas memacu hentakan pinggulnya ketika berulang kali memasukkan sosis keras miliknya ke dalam goa tersembunyi yang lembut dan kenyal tersebut.
“Ah, ah…!” Sariska Lianor hanya bisa terus mendesah setiap kali hentakan ganas membuatnya kehilangan akal sehatnya.
Kenikmatan duniawi yang tidak bisa disangkal seolah tak terhentikan ketika menyusup ke dalam setiap sel-sel dalam tubuhnya yang kian memanas dan bergejolak seiring interaksi sosial antara dua makhluk buas yang semakin intens tersebut.
“Pria bejat, semua pria pasti bejat! Namun, sensasi sentuhan ganas pria bejat seperti inilah yang memang pada dasarnya tidak bisa ditakar akal sehat. Perasaan yang tidak ada bandingannya berlapiskan kenikmatan hakiki yang dihasilkan oleh sodokan sosis kekar milik mereka, benar-benar luar biasa!” pikir Sariska Lianor dalam benaknya sambil terbawa suasana panas tersebut.
Namun, selayaknya kata pepatah, tidak ada kenikmatan yang kekal di dunia ini, sebab semuanya akan menemui akhirnya bila waktunya telah tiba. Benar saja, pria hidung belang yang tampak ganas sebelumnya semakin melemah seiring dengan habisnya tenaga dalam tubuhnya.
“Urgh…! Kurgh…! Si–sialan, sudah tak kuasa lagi aku menahan diri. Sariska Lianor, diriku yang perkasa ini benar-benar berhasil kau taklukkan! Terima hentakan terakhirku ini, hiyah…!” ucap pria laknat tersebut sebelum memacu kecepatan hentakannya hingga maksimal.
“Ah, ah, ti–tidak…!” Sariska Lianor semakin tak waras ketika merasakan hentakan terakhir yang menghujam goa tersembunyi miliknya tersebut.
Cairan lengket segera keluar dari masing-masing sarang dua sejoli biadab tersebut dengan liarnya seolah tak bisa dibendung oleh tembok besar cina sekali pun.
Sariska Lianor bisa benar-benar menikmati sensasi hubungan badan yang selayaknya dia dapatkan. Sosis kekar, tubuh gagah, dan wajah yang enak dipandang bergabung menjadi satu. Semua itu membuat Sariska Lianor terkadang kehilangan akal sehatnya karena menikmati suasana panas tersebut.Namun, Sariska Lianor tetap dengan keyakinannya bahwa hubungan badan yang dilakukannya sangat menjijikkan dan Pak Drakan tidak lebih sebagai pria bejat pada umumnya. Dalam pandangannya Sariska Lianor, tidak peduli seberapa nikmat yang dirasakan tubuhnya, hatinya tetap akan merasa jijik dan bersalah.Kembali ke posisi di mana Sariska Lianor sedang duduk santai di dalam toilet. Wanita cantik itu melepaskan salah satu sepatu haknya. Tiba-tiba, haknya berhasil dilepaskan hanya dengan beberapa trik di mana ada secarik plastik yang berisikan bubuk putih tidak dikenal.“Huh, seingatku obat tidur ini tinggal sedikit persediaannya di rumah. Sudah waktunya beli bahan di apotik saat pulang nanti, lalu diracik menjadi
“Hadeh, ada-ada saja. Sampah masyarakat sepertinya masih saja bersaing dalam hal-hal yang tidak bermutu seperti peringkat di tempat terkutuk ini. Huh…, ya biarlah! Bukan urusanku juga! Semua pasti ada waktunya lingkaran setan ini berakhir nantinya. Aku hanya perlu bertahan sampai hari itu tiba!” pikir Sariska Lianor sambil melirik kepergian Bu Risma sebelum akhirnya memutuskan langsung masuk ke dalam salah satu pintu toilet yang kosong.Peringkat yang dimaksud oleh Bu Risma tidak lain adalah List Papan Peringkat yang selama ini ditampilkan setiap bulannya oleh Bu Aniran selaku pemilik Kafe Layanan Malam. Semua itu demi memotivasi semua wanita penghibur agar dapat terus meningkatkan pendapatan dari hasil sewa masing-masing di antara wanita penghibur.Sariska Lianor sudah konsisten menjadi peringkat satu selama lima tahun ini di setiap bulannya. Sebuah rekor yang tak terkalahkan sama sekali. Peringkat keduanya jelas tak lain adalah Bu Risma yang kalau diamati baik-baik, postur tubuhnya
Kaum hawa lainnya yang berada di sana diam-diam tersenyum tipis, menyaksikan adu mulutnya antara Bu Risma dan Sariska Lianor seolah sedang menonton pertunjukkan layar lebar. Tidak ada yang ingin ikut campur termasuk melerai atau memperkeruh suasana.Diam di sana sudah cukup untuk memanaskan situasi yang ada. Tidak peduli itu Sariska Lianor ataupun Bu Risma, dua wanita penghibur yang terbilang cantik dan aduhai tubuhnya itu sama-sama memiliki banyak pembencinya. Melihat musuh mereka saling bermusuhan, jelas pilihan langka yang cukup untuk menghibur diri.Ekspresi wajahnya Sariska Lianor seketika berubah menjadi dingin dengan tatapan kosong ke arah wajahnya Bu Risma yang tampak tersenyum mengejek. Meski begitu, Sariska Lianor tetap bersikap setenang mungkin.“Apa? Marah? Tersinggung? Wah, pasti tebakanku benar, kan? Jadi lebih baik kau sadar diri, jangan coba-coba berlagak songong lagi!” tegas Bu Risma sambil melayangkan telapak tangannya mengarah ke wajahnya Sariska Lianor, bermaksud m
“Senjata makan tuan, dia sendiri yang menawarkan pekerjaan ini kepadaku, malah membenciku karena ulah bejat suaminya sendiri. Benar-benar wanita berhati busuk yang gembira dengan keuntungan ketika suami orang lain berselingkuh, tapi langsung sakit hati ketika suaminya sendiri yang selingkuh di tempat laknat ini!”Sariska Lianor terdiam membatin dalam hatinya yang kini juga sudah lama memendam perasaan tidak senang dengan sikap Bu Aniran yang menurutnya terlalu semena-mena dengan statusnya sebagai atasannya itu.Tidak pernah satu kali pun Bu Aniran memohon maaf kepadanya, apalagi menyesal atas perbuatannya melakukan bisnis gelap berupa layanan wanita penghibur di malam hari. Sosok keji dan tidak tahu malu seperti itulah diri sebenarnya Bu Aniran yang tertutupi dari kalangan umum.“Serakah, iri dengki, bernafsu, dan tidak pernah merasa bersalah. Kelakuannya tidak jauh berbeda dengan suaminya. Memang pantas takdir mempertemukan pasangan biadab seperti keduanya itu. Mungkinkah, suatu hari
Belum lagi, sang suami adalah pengusaha sukses dari Keluarga Daryankor yang tidak ingin mengambil resiko merusak reputasinya sendiri. Akan tetapi, desakan Bu Aniran yang terus memohon dengan iming-iming profit yang menggiurkan, sang suami yang merupakan investor atau pemilik kedua Kafe Layanan Malam itu pun akhirnya setuju.Itulah yang terjadi lima tahun yang lalu sehingga sejak saat itulah Kafe Layanan Malam benar-benar menyediakan layanan malam sesuai namanya. Lowongan pekerjaan yang dilihat oleh Sariska Lianor saat itu merupakan lowongan kerja yang memang sengaja dirancang dengan menemukan bibit-bibit unggulan sebagai aset wanita penghibur.Sariska Lianor salah satu di antara sekian banyak wanita cantik yang diterima kerja di sana. Semuanya berjalan seperti yang direncanakan. Dengan berbagai macam upaya promosi, Kafe Layanan Malam perlahan-lahan terkenal di kalangan para pria hidung belang.Keuntungan yang awalnya hanya khayalan kian semakin nyata. Hal itu membuat sang suami yang m
“Suatu saat, aku pasti bisa terbebas dari lingkaran setan ini! Pasti! Jika ada seutas harapan yang muncul dihadapanku, aku pasti akan memegangnya dengan erat sampai mustahil terlepas dari genggamanku!” batin Sariska Lianor dalam diam ketika terus berjalan sampai ke lantai bawah.Tak berselang lama, Sariska Lianor telah sampai di lantai bawah. Berbeda dengan keadaan di lantai atas, kondisi di sini jauh lebih normal dan sangat beradab selayaknya kafe pada umumnya. Para pelanggan yang datang tentu hanya ingin memesan secangkir kopi, makanan, dan berbagai minuman lainnya.Meski begitu, satu hal jelas tak berubah. Sosok cantiknya Sariska Lianor jelas langsung memikat berbagai macam tatapan binatang buas yang bertahun-tahun kelaparan dengan hasrat terpendam. Tentu saja, tatapan rasa iri para wanita juga tak jauh berbeda.Hanya saja, mereka semua lebih beradab dan hanya melihat sekilas atau setidaknya paling banter hanya sebatas curi-curi pandangan saja. Sariska Lianor tidak terlalu tergangg







