Masuk“Senjata makan tuan, dia sendiri yang menawarkan pekerjaan ini kepadaku, malah membenciku karena ulah bejat suaminya sendiri. Benar-benar wanita berhati busuk yang gembira dengan keuntungan ketika suami orang lain berselingkuh, tapi langsung sakit hati ketika suaminya sendiri yang selingkuh di tempat laknat ini!”
Sariska Lianor terdiam membatin dalam hatinya yang kini juga sudah lama memendam perasaan tidak senang dengan sikap Bu Aniran yang menurutnya terlalu semena-mena dengan statusnya sebagai atasannya itu.
Tidak pernah satu kali pun Bu Aniran memohon maaf kepadanya, apalagi menyesal atas perbuatannya melakukan bisnis gelap berupa layanan wanita penghibur di malam hari. Sosok keji dan tidak tahu malu seperti itulah diri sebenarnya Bu Aniran yang tertutupi dari kalangan umum.
“Serakah, iri dengki, bernafsu, dan tidak pernah merasa bersalah. Kelakuannya tidak jauh berbeda dengan suaminya. Memang pantas takdir mempertemukan pasangan biadab seperti keduanya itu. Mungkinkah, suatu hari aku akan mendapatkan takdir yang sama?”
Sariska Lianor kembali merenung dalam diam. Perasaan bersalah jelas masih memenuhi isi hatinya. Walaupun tidak cukup untuk mencegah perbuatan tercelanya sebagai wanita penghibur para pria hidung belang, rasa bersalah dalam hatinya sudah cukup membuatnya masih tersadar akan hal salah dan benar di dunia ini.
“Suatu saat, aku pasti bisa terbebas dari dunia malam ini. Tidak peduli seberapa keras takdir mempermainkan hidupku, tidak peduli seberapa kasar cacian orang lain kepadaku, aku pasti akan terus berjuang dan tidak akan pernah putus asa!” pikir Sariska Lianor dalam lamunannya mencoba memberi semangat dirinya sendiri.
“Oi…! Jangan melamun terus! Nih pesanan yang kamu inginkan, cepat ambil dan layani pelanggan yang menantimu itu!” tegur Bu Aniran yang sudah membawa apa yang diminta oleh Sariska Lianor sebelumnya.
Sariska Lianor segera tersadar dari lamunannya, “Oh iya, Bu. Terima kasih…!”
Tak ingin berlama-lama, Sariska Lianor segera mengambil pesanannya itu dan langsung pergi begitu saja dengan begitu santainya. Bu Aniran menatap tajam ke arah kepergiannya Sariska Lianor seperti binatang buas yang sedang mengincar mangsanya.
“Hmph…! Wanita rendahan yang berlagak seperti bangsawan, benar-benar merusak pemandangan mataku! Tunggu saja kau, Sariska! Penghinaan yang kau berikan kepadaku, pasti akan aku balas ratusan kali lebih menyakitkan di masa depan!” pikir Bu Aniran dalam diam mengutuk Sariska Lianor.
Sariska Lianor tidak peduli sama sekali akan hal itu. Dia berjalan dengan santai dan elegan tampak tidak ada beban sedikit pun. Sorot mata semua orang masih tertuju kepadanya, tapi Sariska Lianor tetap santai berjalan. Dia tidak langsung menuju ke kamar pelanggannya, tapi lebih dahulu masuk ke toilet.
“Hmm…, lumayan sepi juga! Baguslah kalau begitu!” pikir Sariska Lianor melihat kondisi kamar toilet masih banyak yang terbuka lebar pintunya, tanpa ada orang di dalamnya.
Sariska Lianor segera berjalan, tapi langkah kakinya terhenti ketika sosok wanita yang jauh lebih tua darinya, tiba-tiba menghalangi jalannya. Sariska Lianor terdiam dengan tenang menatap wanita itu yang juga menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.
“Minggir, aku mau lewat!” ucap Sariska Lianor dengan lembut dan santai sekali.
Wanita itu langsung suram ekspresi wajahnya. “Hmph! Kau pikir siapa dirimu, hah?! Berlagak seperti putri bangsawan setiap kali muncul di hadapan banyak orang. Apa kamu sudah lupa jati dirimu yang sebenarnya?”
Perkataan ketus yang menyindir martabat Sariska Lianor. Wanita itu tampak tak menahan diri dari gelagatnya yang memang pada dasarnya sudah memusuhi Sariska Lianor. Melihat hal itu, Sariska Lianor sempat berkedip sebelum menyipitkan matanya.
“Oh, jadi begitu rupanya menurut Bu Risma diri saya ini? Tapi…, saya sendiri tidak pernah merasa seperti bangsawan apalagi melupakan jati diri saya. Mungkinkah Bu Risma cuman salah paham saja? Atau boleh jadi, Bu Risma salah minum obat PMS yang sudah kadaluarsa? Hmm…, Sariska turut prihatin, Bu!” sahut Sariska Lianor dengan santainya.
Tatapan matanya Bu Risma semakin tajam, benar-benar marah sekali dari ekspresi wajahnya. “Sariska, jangan kurang ajar kau! Aku jauh lebih tua darimu, lebih baik jaga sopan santun mulutmu itu, dasar wanita kecoa, lintah darat!”
Bu Risma sangat tersinggung dengan perkataannya Sariska Lianor. Wanita itu berusia 28 tahun, lebih tua dari Sariska Lianor. Namun, usia tuanya hanya berpengaruh pada tubuhnya serta dokumen resmi saja. Pasalnya, wanita laknat tidak memiliki karakter dewasa sesuai usianya.
Bu Risma sangat kekanakan dan mudah iri hati. Di tempat semacam ini, sudah jelas Sariska Lianor ada target utama rasa iri hatinya. Sariska Lianor tetap tenang dengan ejekan seperti itu, seolah bukan hal penting sama sekali baginya.
“Jadi Bu Risma memang lagi PMS rupanya. Sayangnya, Bu Risma salah minum obat sehingga efeknya kurang efektif. Untungnya saya punya obatnya, tunggu sebentar ya. Hmm? Oh saya lupa, ternyata obatnya masih ada di kamar pelanggan saya. Maaf ya Bu Risma, Sariska tidak bisa bantu banyak!” ucap Sariska Lianor dengan nada sinis.
Bu Risma mengepalkan tangannya erat-erat sebelum menunjuk jari telunjuknya ke arah Sariska Lianor. “Kau memang biadab, susah diajak ngomong pakai akal sehat! Hmph, memang wajar sih! Seingatku, kau baru lulus SMA sudah melamar kerja di sini. Entah kau yang memang pada dasarnya biadab atau orang tuamu yang biadab sehingga tidak becus mendidik wanita rubah sepertimu!”
Situasi menjadi memanas ketika kata-kata itu dilontarkan sebelum akhirnya berkeliaran secara bebas, masuk ke dalam telinga.
Sariska Lianor bisa benar-benar menikmati sensasi hubungan badan yang selayaknya dia dapatkan. Sosis kekar, tubuh gagah, dan wajah yang enak dipandang bergabung menjadi satu. Semua itu membuat Sariska Lianor terkadang kehilangan akal sehatnya karena menikmati suasana panas tersebut.Namun, Sariska Lianor tetap dengan keyakinannya bahwa hubungan badan yang dilakukannya sangat menjijikkan dan Pak Drakan tidak lebih sebagai pria bejat pada umumnya. Dalam pandangannya Sariska Lianor, tidak peduli seberapa nikmat yang dirasakan tubuhnya, hatinya tetap akan merasa jijik dan bersalah.Kembali ke posisi di mana Sariska Lianor sedang duduk santai di dalam toilet. Wanita cantik itu melepaskan salah satu sepatu haknya. Tiba-tiba, haknya berhasil dilepaskan hanya dengan beberapa trik di mana ada secarik plastik yang berisikan bubuk putih tidak dikenal.“Huh, seingatku obat tidur ini tinggal sedikit persediaannya di rumah. Sudah waktunya beli bahan di apotik saat pulang nanti, lalu diracik menjadi
“Hadeh, ada-ada saja. Sampah masyarakat sepertinya masih saja bersaing dalam hal-hal yang tidak bermutu seperti peringkat di tempat terkutuk ini. Huh…, ya biarlah! Bukan urusanku juga! Semua pasti ada waktunya lingkaran setan ini berakhir nantinya. Aku hanya perlu bertahan sampai hari itu tiba!” pikir Sariska Lianor sambil melirik kepergian Bu Risma sebelum akhirnya memutuskan langsung masuk ke dalam salah satu pintu toilet yang kosong.Peringkat yang dimaksud oleh Bu Risma tidak lain adalah List Papan Peringkat yang selama ini ditampilkan setiap bulannya oleh Bu Aniran selaku pemilik Kafe Layanan Malam. Semua itu demi memotivasi semua wanita penghibur agar dapat terus meningkatkan pendapatan dari hasil sewa masing-masing di antara wanita penghibur.Sariska Lianor sudah konsisten menjadi peringkat satu selama lima tahun ini di setiap bulannya. Sebuah rekor yang tak terkalahkan sama sekali. Peringkat keduanya jelas tak lain adalah Bu Risma yang kalau diamati baik-baik, postur tubuhnya
Kaum hawa lainnya yang berada di sana diam-diam tersenyum tipis, menyaksikan adu mulutnya antara Bu Risma dan Sariska Lianor seolah sedang menonton pertunjukkan layar lebar. Tidak ada yang ingin ikut campur termasuk melerai atau memperkeruh suasana.Diam di sana sudah cukup untuk memanaskan situasi yang ada. Tidak peduli itu Sariska Lianor ataupun Bu Risma, dua wanita penghibur yang terbilang cantik dan aduhai tubuhnya itu sama-sama memiliki banyak pembencinya. Melihat musuh mereka saling bermusuhan, jelas pilihan langka yang cukup untuk menghibur diri.Ekspresi wajahnya Sariska Lianor seketika berubah menjadi dingin dengan tatapan kosong ke arah wajahnya Bu Risma yang tampak tersenyum mengejek. Meski begitu, Sariska Lianor tetap bersikap setenang mungkin.“Apa? Marah? Tersinggung? Wah, pasti tebakanku benar, kan? Jadi lebih baik kau sadar diri, jangan coba-coba berlagak songong lagi!” tegas Bu Risma sambil melayangkan telapak tangannya mengarah ke wajahnya Sariska Lianor, bermaksud m
“Senjata makan tuan, dia sendiri yang menawarkan pekerjaan ini kepadaku, malah membenciku karena ulah bejat suaminya sendiri. Benar-benar wanita berhati busuk yang gembira dengan keuntungan ketika suami orang lain berselingkuh, tapi langsung sakit hati ketika suaminya sendiri yang selingkuh di tempat laknat ini!”Sariska Lianor terdiam membatin dalam hatinya yang kini juga sudah lama memendam perasaan tidak senang dengan sikap Bu Aniran yang menurutnya terlalu semena-mena dengan statusnya sebagai atasannya itu.Tidak pernah satu kali pun Bu Aniran memohon maaf kepadanya, apalagi menyesal atas perbuatannya melakukan bisnis gelap berupa layanan wanita penghibur di malam hari. Sosok keji dan tidak tahu malu seperti itulah diri sebenarnya Bu Aniran yang tertutupi dari kalangan umum.“Serakah, iri dengki, bernafsu, dan tidak pernah merasa bersalah. Kelakuannya tidak jauh berbeda dengan suaminya. Memang pantas takdir mempertemukan pasangan biadab seperti keduanya itu. Mungkinkah, suatu hari
Belum lagi, sang suami adalah pengusaha sukses dari Keluarga Daryankor yang tidak ingin mengambil resiko merusak reputasinya sendiri. Akan tetapi, desakan Bu Aniran yang terus memohon dengan iming-iming profit yang menggiurkan, sang suami yang merupakan investor atau pemilik kedua Kafe Layanan Malam itu pun akhirnya setuju.Itulah yang terjadi lima tahun yang lalu sehingga sejak saat itulah Kafe Layanan Malam benar-benar menyediakan layanan malam sesuai namanya. Lowongan pekerjaan yang dilihat oleh Sariska Lianor saat itu merupakan lowongan kerja yang memang sengaja dirancang dengan menemukan bibit-bibit unggulan sebagai aset wanita penghibur.Sariska Lianor salah satu di antara sekian banyak wanita cantik yang diterima kerja di sana. Semuanya berjalan seperti yang direncanakan. Dengan berbagai macam upaya promosi, Kafe Layanan Malam perlahan-lahan terkenal di kalangan para pria hidung belang.Keuntungan yang awalnya hanya khayalan kian semakin nyata. Hal itu membuat sang suami yang m
“Suatu saat, aku pasti bisa terbebas dari lingkaran setan ini! Pasti! Jika ada seutas harapan yang muncul dihadapanku, aku pasti akan memegangnya dengan erat sampai mustahil terlepas dari genggamanku!” batin Sariska Lianor dalam diam ketika terus berjalan sampai ke lantai bawah.Tak berselang lama, Sariska Lianor telah sampai di lantai bawah. Berbeda dengan keadaan di lantai atas, kondisi di sini jauh lebih normal dan sangat beradab selayaknya kafe pada umumnya. Para pelanggan yang datang tentu hanya ingin memesan secangkir kopi, makanan, dan berbagai minuman lainnya.Meski begitu, satu hal jelas tak berubah. Sosok cantiknya Sariska Lianor jelas langsung memikat berbagai macam tatapan binatang buas yang bertahun-tahun kelaparan dengan hasrat terpendam. Tentu saja, tatapan rasa iri para wanita juga tak jauh berbeda.Hanya saja, mereka semua lebih beradab dan hanya melihat sekilas atau setidaknya paling banter hanya sebatas curi-curi pandangan saja. Sariska Lianor tidak terlalu tergangg







