Share

PENTOL INTEL? part 2

last update Huling Na-update: 2023-03-23 11:37:53

"Maksudnya cowok kalian itu pilot sama marshaller?"

Mereka menganggukkan kepala seraya mencicipi kue ulang tahun. Lalu mereka menunjukkan sebuah foto padaku.

"Aku baru tau lho," imbuhku masih dengan melihat-lihat foto yang ada di galeri mereka.

"Lah, kamu saja nggak pernah nanya apa pekerjaan cowok kita berdua," jawab Risma.

"Ya, aku kira mereka pengusaha doang."

"Selain punya usaha, ya, itu, jadi supir sama tukang parkir hahaha." 

Mereka tertawa sambil mencolekkan krim kue ke pipiku. Konyol. Aku mengembalikkan ponsel mereka dan menatap satu per satu wajah mereka.

"Makasih ya, selalu ada buatku. Aku nggak tau deh, kalau nggak punya sahabat kaya kalian hidupku bakal segersang apa."

"Kita yang makasih banget sama Allah punya sahabat kaya kamu, Ra. Btw, mau dikenalin juga nggak sama supir?" ujar Risma.

"Supir pesawat?"

"Terserah kamu maunya supir apa hahah."

"Aku mau menaklukkan hati ibuku dulu. Mungkin tanpa sadar aku telah membuat hatinya terluka hingga Ibu bisa sebenci itu padaku." Aku berucap seraya ikut mencicipi kuenya.

"Semangaat! Jangan sedih-sedih lagi pokoknya. Kamu tuh punya kita berdua dan ayahmu. Terus kamu jadi mau buka usaha toko kue sendiri?" imbuh Nina.

"Insya Allah jadi. Aku masih khursus kelas membuat kue-kue gitu sih. Doain saja biar kesampaian buat punya usaha sendiri dan bisa buka lapangan kerja untuk orang-orang."

"Kamu nggak mau lanjutin kuliah lagi?" tanya Risma.

"Tau sendiri 'kan sikap ibuku sama Mbak Laras gimana? Sudahlah nggak papa, sekarang aku hanya ingin fokus untuk mempunyai toko kue, intinya sih mau punya usaha di bidang kuliner," kataku semringah.

"Apapun yang kamu cita-citakan semoga terwujud ya, Ra. Kami selalu doakan kamu."

"Terima kasih, Bestie. Sarangbeooo." Aku menyatukan jari telunjuk dan ibu jariku, membentuk love.

"Sarangtawoon," sahut mereka terkekeh.

Kubuka kado pemberian Ayah, ternyata Ayah membelikan aku sebuah mukena yang cantik berwarna putih tulang. Dan Ayah membelikan aku kotak musik yang di atasnya ada empat boneka kecil, mungkin itu Ayah, Ibu, Mbak Laras dan aku.

"Ayahmu romantis sekali, beliau sangat sayang padamu, Ra," kata Nina yang diangguki oleh Risma.

"Ya, dia adalah Ayah terbaik untukku."

"Eh, ada lagi sesuatu nih di dalam mukenanya." Risma memberikannya padaku.

Beberapa lembar foto sewaktu Ibu melahirkan aku di rumah sakit. Di dalam foto itu hanya Ayah saja yang tersenyum. Sedangkan Ibu seolah menyesal telah melahirkan ku.

Aku anak kandung, tetapi kenapa rasanya seperti orang lain buat Ibu.

"Nggak usah sedih lagi. Emang nggak capek sedih mulu, banyak yang sayang sama kamu termasuk kita berdua. Sudah, pokoknya besok kita jalan-jalan dan kulineran ya biar kamu happy lagi," ajak Risma dan Nina.

Aku mengangguk setuju dengan ajakan mereka berdua.

****

Selepas pulang kerja aku langsung menunggu dua temanku itu di bangku taman yang sudah dijanjikan.

Sambil menunggu mereka datang aku mengedarkan pandangan ke setiap tukang dagang makanan.

Ada satu gerobak yang dipenuhi oleh pembeli wanita dari remaja, dewasa bahkan ibu-ibu. Aku penasaran dan segera menghampiri. Oh, jualan pentol ikan.

Si Abang sangat sibuk sekali sampai keteteran melayani para pembeli. Ingin rasanya aku membantu si Abang, tapi takut dikatain caper.

"Ara!" Ada orang yang meneriakiku.

"Ngapain?" ternyata itu Risma dan Nina.

Mereka pun mendekat dan terlihat ikut kepo juga dengan dagangan si Abang pentol.

"Beli yuuk," ajak Nina.

"Ngantri banget tapi," kataku.

"Ngantri lah, yang jualan masih muda. Ganteng gitu, gimana nggak rame."

"Lah, masa? Kok bisa tau?" tanyaku keheranan.

"Lihat noh, topinya dibuka--gerah kali si Abang dikeroy*k pembeli ciwik-ciwik," tunjuk Risma.

Aku segera menoleh ke belakang dan memang penjualnya lumayan masih muda. Umurnya mungkin sekitar dua delapan atau tiga puluhan lah. Pantas saja rame, mungkin memang karena rasa pentolnya yang enak dan tak kupungkiri. Wajah si Abang lumayan juga buat dibawa kondangan mah. Eh.

Sambil menunggu antrian buat beli pentol kami bertiga mengobrol sebentar. Selang beberapa menit Risma pergi ke sebrang untuk membeli minuman--sedangkan Nina membeli cakwe.

Nungguin tukang pentol sepi rasanya kaya nungguin Seok Jin datang ke Indonesia buat ngelamar, dan itu tidak akan mungkin dan terjadi.

Akhirnya, tersisa dua orang lagi dan aku langsung berdiri ikut antrian di belakang. Risma dan Nina pun sudah kembali dan duduk di samping tukang pentol.

"Mau tiga porsi ya, Bang. Pedas biasa dua, pedas banget satu," ucapku.

"Oke," jawabnya singkat.

Ia segera melayani tetapi matanya seperti sedang mengintai sesuatu.

"Nih, Mbak."

"Berapa?"

"Tiga ribu saja."

"Hah? Tiga ribu buat tiga porsi? Jualan apa sedekah, Bang? Mana porsinya banyak." Sungguh ini sangat membuatku keenakan.

"Sssst! Ssst!"

Risma dan Nina bersuara tak jelas sambil menatapku tajam dan isyarat matanya seolah menyuruhku untuk melihat ke samping.

"Tolong jagain gerobak saya dulu ya, Mbak. Dimakan saja pentolnya nggak usah bayar nggak papa. Saya ada urusan!"

 Ia langsung mengambil sesuatu dan segera berlari meninggalkan gerobaknya bersama denganku di sini.

"Wooyy intel!" ucap kami serempak.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Akhirnya... part 31

    Sudut mata Zahra berair, namun raganya belum sadar. Mungkinkah ia mendengar panggilan sayang dari ibunya?"Sayang ... bangun, ibu, ayah, nenek, Mbak Laras. Semuanya ada di sini jenguk, Ara. Maafiin ibu ya, Sayang. Ibu egois, padahal yang terluka bukan cuma ibu, tapi kamu juga." Rasti tak kuasa menahan tangisnya.Air matanya tumpah mengenai punggung tangan Zahra yang sedang ia ciumi. Setelah beberapa hari saat Zahra berpamitan padanya, dan berjanji untuk tidak hadir di dalam hidupnya lagi.Ada yang kosong di sudut hatinya, perasaan bersalah pada anak yang sudah ia sakiti hati dan fisiknya. Anak yang diperlakukan tidak manusiawi, tapi anak itu masih tetap menyayangi dan mencintainya setulus hati.Saat orang-orang menyindirnya, keluarga suami habis-habisan menghinanya. Zahra lah yang membelanya, berusaha menghibur hatinya yang sedih. Namun orang berusaha menghibur hatinya malah mentalnya habis-habisan dibuat drop oleh dirinya."Buu. Aku juga udah jahat banget ya sama Zahra. Sebagai kakak

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Bangun, Nduk. Part 30

    Zahra segera dibawa ke rumah sakit di mana tempat kerja kakaknya Dayyan selain ia membuka praktik Klinik sendiri.Suster segera mendorong brankar dan Zahra segera dibaringkan---mereka membawa Zahra ke IGD untuk mendapat penanganan pertama. Zahra segera dipasangkan infus cairan karena dinyatanya dehidrasi karena muntah-muntah.Dokter langsung mengecek tekanan darah, nadi, suhu, saturnasi oksigen dan pernapasan pada Zahra."Dok, dia ini punya sakit asam lambung. Ada masalah dikit aja yang kepikiran langsung kambuh," jelas Nina.Dokter mengangguk lalu menyuntikkan antiemetik untuk mengontrol muntah (Ondansetron, metoklopramide) ke infusan agar cepat bekerja.Lalu memberikannya obat untuk menurunkan asam lambung lewat injeksi.Entah obat apa saja yang diberikan dokter pada Zahra saat Nina dan Risma melihat sahabatnya itu yang terkulai lemas di atas kasur rumah sakit, selang oksigen pun dipasangkan di lewat hidungnya. Yang menemani Zahra di IGD adalah dua sahabatnya, sementar yang lain men

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Peluk Sekali Saja, Bu. Part 29

    "Jangan meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan, Nak. Ayah tulus menyayangi kamu. Dengan tangan ini, tubuh ini. Ayah merawatmu, membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Jangan pernah lagi berlutut seperti itu. Ayah benar-benar sakit melihatnya!" lirih Firman.Zahra melepas pelukan Firman, lalu meraih tangannya dan menciumnya dengan takzim."Terima kasih atas kasih sayang yang selama ini ayah berikan untuk Zahra. Zahra nggak akan pernah lupa. Jaga diri ayah baik-baik ya, jangan sakit-sakit lagi. Kasian ibu sama Mbak Laras mengkhawatirkan ayah, mereka masih butuh ayah dan sangat sayang pada ayah." Air mata itu seakan tak mau berhenti dan terus tumpah.Melihat itu, hati Dayyan ikut terasa nyeri dan membuat setitik air jatuh di pipinya. Dengan gerakan cepat ia buru-buru menghapus sudut matanya yang basah.Zahra melepas genggaman tangannya pada Firman lalu menoleh pada ibunya yang berdiri di samping Laras. Kepalanya tertunduk, tak mau melihat Zahra."Zahra, papa mohon.

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Berkecamuk. Part 28

    Langit pagi itu tertutup awan kelabu. Sinar matahari hanya merembes tipis lewat celah gorden yang setengah tertutup. Udara di dalam rumah terasa pengap, seakan menahan napas menunggu sesuatu yang akan pecah. Aroma teh hangat dari dapur pun tak sanggup mengusir hawa dingin yang menusuk. Semua keluarga sudah berkumpul di rumah Firman----semalam Zahra menghubungi Firman dan memintanya untuk mengumpulkan semua keluarga, baik dari keluarga Firman dan keluarga Rasti.Zahra sudah mengatakan semuanya kepada Firman lewat telepon. Ia memohon pada Firman agar mau menuruti permintaanya, karena Zahra ingin meluruskan tentang masa lalu itu. Tentang fitnahan ibunya yang berselingkuh dengan mantan kekasihnya, sampai ada benih di rahim Rasti dan lahirlah seorang Zahra.Di ruang tamu itu semuanya berkumpul, semuanya diam membisu. Firman hanya mengatakan pada mereka akan ada tamu.Pintu mulai terbuka lebar, menampilkan seorang yang amat dibenci oleh Rasti. Matanya terbelalak melihat kehadiran lelaki ya

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Menumpahkan Kemarahan. Part 27

    Rusli terkesiap mendengar segala umpatan Rasti untuk putri mereka. Putri yang tak diharapkan kehadirannya pada Rasti. Terlihat dari cara ia menatap Zahra dan membicarakannya.Matanya penuh kilat kemarahan dan kebencian yang mendalam. Rusli menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar."Jangan pernah menampakkan kehadiranmu lagi di sini. Sampai aku melihatmu lagi, akan kubuat anak itu lebih tersiksa lagi hidupnya!" ancam Rasti lalu pergi meninggalkan Rusli dengan kemarahan.Kenangan singkat itu buyar saat dirinya tersadar harus mengejar Zahra dan menjelaskannya. Ia memang bersalah, tapi tak seburuk itu. Kehadirannya sangat jelas ditunggu-tunggu oleh dirinya.Saat Zahra dan Dayyan ingin pergi meninggalkan vila itu, Rusli berhasil mengejarnya dan menggenggam telapak tangan Zahra."Tunggu, Nak. Papa memang bersalah, tapi kehadiranmu sangat amat papa tunggu selama ini. Papa selalu memantaumu, tapi sejak saat Rasti mengancam akan menyakitimu lebih dalam lagi. Sejak saat itu papa tak mena

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Pertemuan Menyakitkan. Part 26

    Dayyan masih menutupi siapa dirinya pada Zahra dan juga teman-teman Zahra. Yang mereka tahu adalah profesinya pentol intel, tukang cilung dan cilok.Padahal Dayyan adalah seorang pembisnis dan CEO di perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan dikembangkan oleh dirinya. Sebagai CEO perusahaan multinasional di bidang FMCG, ia telah membawa perusahaannya yang bernama PT Star's Sky Grup ke level global. Vila mereka juga dinamakan Vila Star's Sky.Saat pertama kali bertemu Zahra ia memang sedang menyamar sebagai tukang pentol untuk membantu Dani dan Rocky---sahabatnya yang seorang tentara dan juga polisi, yang ditugaskan untuk mematai-matai bandar narkoba dan para remaja yang melakukan pesta miras.✨️✨️Dirasa sudah cukup istirahat Zahra pun meminta Dayyan untuk segera mempertemukan dirinya dengan Rusli, ia tak mau membuang waktu dan kesempatan yang selama ini sudah ditunggu-tunggu.Zahra menunggu Dayyan di lobi hotel sambil menyesap minuman matchanya. Ia menengok jam di pergelangan tangann

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status