Share

MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM
MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM
Author: Vira Noviyanti

SELALU BEGITU part 1

last update Last Updated: 2023-03-23 11:37:06

"Paha sama dada ayamnya jangan dimakan, itu buat mbakmu sama ayahmu! Kamu makan pakai ceker dan kepala ayamnya saja!"

"Tapi itu ada pahanya lagi sama sayap, Bu."

"Buat Ibu. Masa gitu saja nggak mau ngalah sama orang tua. Kamu lebih milih Ibu yang makan ceker sama kepala?" bentaknya.

Aku menarik napas dan mengembuskan pelan. Kududuk di bangku dan segera mengambil nasi beserta kepala dan ceker ayam di piring.

Rasanya sesak dibedakan seperti ini. Padahal kami sama-sama anak kandung. Tapi sikap Ibu sangat berbeda sekali padaku, jika Ibu berbicara pada Mbak Laras nadanya sangat lembut sekali. Tapi jika berbicara dan bersikap padaku, berbanding terbalik.

Ayah dan Mbak Laras datang menyusul ke meja makan. Ibu dengan sigap mengambilkan nasi untuk Ayah dan juga Mbak Laras, lalu menaruh ayam goreng ke piring mereka masing-masing.

"Terima kasih, Bu. Tau saja ini bagian favoritku," ucap Mbak Laras senang.

"Sama-sama, makan yang banyak. Biar kamu lebih semangat kuliahnya." 

Ibu mengusap punggung tangan Mbak Laras lembut. Sementara Ayah melirik ke arah piringku dengan tatapan nanar.

"Kenapa makan cuma sama kepala dan cekernya saja, Nduk?" tanya Ayah.

"Biarin saja, toh anaknya juga suka kok sama kepala dan ceker!" ketus Ibu.

Ayah memberikan piring yang berisi nasi dan lauk pauknya kepadaku. Sementara punyaku diambil oleh Ayah.

"Apa-apaan sih!" protes Ibu dan berusaha menukar piring kami lagi.

"Tau nih Ayah, sudahlah makan saja. Lagian Ara juga nggak masalah makan kaya gitu. Yang penting sama-sama ayam!" ujar Mbak Laras.

"Iya, Yah, nggak papa. Ayah makan saja bagian punya Ayah."

Ayah membuang napas berat--ia menaruh piring itu dengan hentakkan keras dan lebih memilih untuk pergi meninggalkan meja makan.

Ibu dan Mbak Laras terdiam dengan sorot mata tajam menatapku. Hanya dua suapan saja aku pun memberhentikan makanku, rasanya sudah tak selera setiap makan seperti ini. Lebih baik sebelum pulang kerja aku makan dulu di luar.

"Mau ke mana kamu?" bentak Ibu.

Aku tak menjawab lebih dan meneruskan langkah untuk pergi ke teras rumah. Sampai di teras kuusap sudut mataku yang basah.

"Dor!"

"Astaghfirullah, ngagetin saja!" omelku.

"Hehe, maaf, Ra. Sengaja sih nggak ngasih kabar biar jadi kejutan. Selamat ulang tahun Zahra." 

Risma dan Nina menyodorkan kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala kepadaku. Aku terharu, padahal aku saja lupa kalau ini adalah hari kelahiranku.

"Sebelum tiup lilinnya berdoa dulu. Tiupnya pakai kipas saja," ujar Nina dan Risma.

Aku memejamkan mata dan berdoa agar keajaiban datang pada Ibu dan Mbak Laras. Semoga Allah melembutkan hati mereka untukku.

Ku padamkan lilin itu dengan menggunakan kipas tangan. Lalu memotong kue itu dan ku sisihkan potongan kue pertama untuk Ayah dan juga Ibu.

"Makasih, ya, aku saja sampai lupa ini hari kelahiranku." Aku memeluk dua sahabatku tersebut.

"Sama-sama. Panjang umur, sehat selalu, dilancarkan rejekimu. Semoga cepat dipertemukan jodohmu, dan semoga hati ibu serta mbakmu menjadi lembut padamu, Ra."

"Aamiin."

Ayah tiba-tiba muncul dan menghampiri kami. Disusul dengan Ibu dan juga Mbak Laras, mungkin mereka terganggung dengan suara berisik kami.

"Nduk, Ayah nggak lupa kok sama hari lahirmu." Ayah memberikan sebuah kado dengan warna biru.

"Terima kasih Ayah."

Aku memeluknya dengan erat. Lalu mengambil sepotong kue lalu menyuapi Ayah.

"Panjang umur anak Ayah. Doa yang terbaik untukmu, selalu jadi Zahra anak Ayah yang ceria." Ayah mencium keningku dengan lembut.

Kini aku menghampiri Ibu dan memberikannya kue. Namun Ibu memandangku dengan penuh kebencian lalu melempar kue itu ke jalan.

"Bu!" bentak Ayah.

Ibu diam saja dengan mata yang masih tajam menatapku. Huh, aku menarik napas panjang dan mencoba untuk tetap tersenyum.

"Heh, Risma. Aku lihat tempo hari kamu jalan sama cowok. Itu cowokmu? Terus juga si Nina postingan Instagramnya lagi liburan sama cowoknya dan keluarganya," tanya Mbak Laras.

"Iya, memangnya kenapa Mbak?" jawab sabahatku serempak.

"Nggak papa. Emang pekerjaan cowok kalian apaan?" tanyanya lagi dengan senyum meremehkan.

"Cowokku cuma supir, Mbak," sahut Risma.

"Cowokku juga cuma tukang parkir, Mbak," jawab Nina.

Mbak Laras terbahak mendengar jawaban dari dua sahabatku tersebut. Lalu Ibu pun tersenyum miring. Manatap Nina dan Risma dari ujung kaki hingga kepala.

"Bergaul sama Zahra jadi nggak waras otak kalian!" ucap Ibu.

"Astaghfirullah, Ibu. Jangan bicara seperti itu!" tegas Ayah.

Ibu langsung masuk ke dalam sementara Mbak Laras tak hentinya mentertawakan dua sahabatku.

"Kuliah mahal-mahal tapi dapet cowoknya cuma tukang parkir sama supir!" Hinanya.

Setelah puas menghina Nina dan Risma ia pun ikut masuk ke dalam rumah. Ayah meminta maaf atas sikap dan ucapan Ibu kepada mereka, lalu menyuruh kami untuk melanjutkan obrolan. Ayah pun ikut masuk ke dalam rumah.

"Heh, emangnya beneran sama pekerjaan cowok kalian?" tanyaku penasaran. Karena selama ini aku memang tidak pernah kepo.

"Lah, iya beneran. Cowokku cuma supir pesawat."

"Cowokku juga cuma tukang parkir pesawat."

Ebuseehh!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
bapak mu banci krn g bisa tegas sama ibumu yg berat sebelah. klu udah kerja itu baiknya tinggal sendiri. koq betah banget diperlakukan tidak manusiawi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Akhirnya... part 31

    Sudut mata Zahra berair, namun raganya belum sadar. Mungkinkah ia mendengar panggilan sayang dari ibunya?"Sayang ... bangun, ibu, ayah, nenek, Mbak Laras. Semuanya ada di sini jenguk, Ara. Maafiin ibu ya, Sayang. Ibu egois, padahal yang terluka bukan cuma ibu, tapi kamu juga." Rasti tak kuasa menahan tangisnya.Air matanya tumpah mengenai punggung tangan Zahra yang sedang ia ciumi. Setelah beberapa hari saat Zahra berpamitan padanya, dan berjanji untuk tidak hadir di dalam hidupnya lagi.Ada yang kosong di sudut hatinya, perasaan bersalah pada anak yang sudah ia sakiti hati dan fisiknya. Anak yang diperlakukan tidak manusiawi, tapi anak itu masih tetap menyayangi dan mencintainya setulus hati.Saat orang-orang menyindirnya, keluarga suami habis-habisan menghinanya. Zahra lah yang membelanya, berusaha menghibur hatinya yang sedih. Namun orang berusaha menghibur hatinya malah mentalnya habis-habisan dibuat drop oleh dirinya."Buu. Aku juga udah jahat banget ya sama Zahra. Sebagai kakak

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Bangun, Nduk. Part 30

    Zahra segera dibawa ke rumah sakit di mana tempat kerja kakaknya Dayyan selain ia membuka praktik Klinik sendiri.Suster segera mendorong brankar dan Zahra segera dibaringkan---mereka membawa Zahra ke IGD untuk mendapat penanganan pertama. Zahra segera dipasangkan infus cairan karena dinyatanya dehidrasi karena muntah-muntah.Dokter langsung mengecek tekanan darah, nadi, suhu, saturnasi oksigen dan pernapasan pada Zahra."Dok, dia ini punya sakit asam lambung. Ada masalah dikit aja yang kepikiran langsung kambuh," jelas Nina.Dokter mengangguk lalu menyuntikkan antiemetik untuk mengontrol muntah (Ondansetron, metoklopramide) ke infusan agar cepat bekerja.Lalu memberikannya obat untuk menurunkan asam lambung lewat injeksi.Entah obat apa saja yang diberikan dokter pada Zahra saat Nina dan Risma melihat sahabatnya itu yang terkulai lemas di atas kasur rumah sakit, selang oksigen pun dipasangkan di lewat hidungnya. Yang menemani Zahra di IGD adalah dua sahabatnya, sementar yang lain men

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Peluk Sekali Saja, Bu. Part 29

    "Jangan meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan, Nak. Ayah tulus menyayangi kamu. Dengan tangan ini, tubuh ini. Ayah merawatmu, membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Jangan pernah lagi berlutut seperti itu. Ayah benar-benar sakit melihatnya!" lirih Firman.Zahra melepas pelukan Firman, lalu meraih tangannya dan menciumnya dengan takzim."Terima kasih atas kasih sayang yang selama ini ayah berikan untuk Zahra. Zahra nggak akan pernah lupa. Jaga diri ayah baik-baik ya, jangan sakit-sakit lagi. Kasian ibu sama Mbak Laras mengkhawatirkan ayah, mereka masih butuh ayah dan sangat sayang pada ayah." Air mata itu seakan tak mau berhenti dan terus tumpah.Melihat itu, hati Dayyan ikut terasa nyeri dan membuat setitik air jatuh di pipinya. Dengan gerakan cepat ia buru-buru menghapus sudut matanya yang basah.Zahra melepas genggaman tangannya pada Firman lalu menoleh pada ibunya yang berdiri di samping Laras. Kepalanya tertunduk, tak mau melihat Zahra."Zahra, papa mohon.

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Berkecamuk. Part 28

    Langit pagi itu tertutup awan kelabu. Sinar matahari hanya merembes tipis lewat celah gorden yang setengah tertutup. Udara di dalam rumah terasa pengap, seakan menahan napas menunggu sesuatu yang akan pecah. Aroma teh hangat dari dapur pun tak sanggup mengusir hawa dingin yang menusuk. Semua keluarga sudah berkumpul di rumah Firman----semalam Zahra menghubungi Firman dan memintanya untuk mengumpulkan semua keluarga, baik dari keluarga Firman dan keluarga Rasti.Zahra sudah mengatakan semuanya kepada Firman lewat telepon. Ia memohon pada Firman agar mau menuruti permintaanya, karena Zahra ingin meluruskan tentang masa lalu itu. Tentang fitnahan ibunya yang berselingkuh dengan mantan kekasihnya, sampai ada benih di rahim Rasti dan lahirlah seorang Zahra.Di ruang tamu itu semuanya berkumpul, semuanya diam membisu. Firman hanya mengatakan pada mereka akan ada tamu.Pintu mulai terbuka lebar, menampilkan seorang yang amat dibenci oleh Rasti. Matanya terbelalak melihat kehadiran lelaki ya

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Menumpahkan Kemarahan. Part 27

    Rusli terkesiap mendengar segala umpatan Rasti untuk putri mereka. Putri yang tak diharapkan kehadirannya pada Rasti. Terlihat dari cara ia menatap Zahra dan membicarakannya.Matanya penuh kilat kemarahan dan kebencian yang mendalam. Rusli menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar."Jangan pernah menampakkan kehadiranmu lagi di sini. Sampai aku melihatmu lagi, akan kubuat anak itu lebih tersiksa lagi hidupnya!" ancam Rasti lalu pergi meninggalkan Rusli dengan kemarahan.Kenangan singkat itu buyar saat dirinya tersadar harus mengejar Zahra dan menjelaskannya. Ia memang bersalah, tapi tak seburuk itu. Kehadirannya sangat jelas ditunggu-tunggu oleh dirinya.Saat Zahra dan Dayyan ingin pergi meninggalkan vila itu, Rusli berhasil mengejarnya dan menggenggam telapak tangan Zahra."Tunggu, Nak. Papa memang bersalah, tapi kehadiranmu sangat amat papa tunggu selama ini. Papa selalu memantaumu, tapi sejak saat Rasti mengancam akan menyakitimu lebih dalam lagi. Sejak saat itu papa tak mena

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Pertemuan Menyakitkan. Part 26

    Dayyan masih menutupi siapa dirinya pada Zahra dan juga teman-teman Zahra. Yang mereka tahu adalah profesinya pentol intel, tukang cilung dan cilok.Padahal Dayyan adalah seorang pembisnis dan CEO di perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan dikembangkan oleh dirinya. Sebagai CEO perusahaan multinasional di bidang FMCG, ia telah membawa perusahaannya yang bernama PT Star's Sky Grup ke level global. Vila mereka juga dinamakan Vila Star's Sky.Saat pertama kali bertemu Zahra ia memang sedang menyamar sebagai tukang pentol untuk membantu Dani dan Rocky---sahabatnya yang seorang tentara dan juga polisi, yang ditugaskan untuk mematai-matai bandar narkoba dan para remaja yang melakukan pesta miras.✨️✨️Dirasa sudah cukup istirahat Zahra pun meminta Dayyan untuk segera mempertemukan dirinya dengan Rusli, ia tak mau membuang waktu dan kesempatan yang selama ini sudah ditunggu-tunggu.Zahra menunggu Dayyan di lobi hotel sambil menyesap minuman matchanya. Ia menengok jam di pergelangan tangann

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status