Share

PERTENGKARAN part 6

last update Last Updated: 2023-03-23 11:40:48

"Pasti Mbak Laras yang bilang."

"Ya memangnya kenapa kalau aku yang bilang? Faktanya memang begitu!" tukas Mbak Laras.

"Faktanya bukan seperti itu! Kan sudah aku jelasin sama Mbak. Kalau aku itu cuma nolongin tukang pentol, dan kebetulan aku emang lagi beli pentolnya!" tegasku.

"Kenapa sih, kamu selalu saja membuatku pusing! Contoh mbakmu, dia pintar, cantik dan selalu bisa membanggakan kedua orang tuanya, serta keluarga kita! Memang dasar anak pembawa si*l!" tukas Ibu.

Aku tersenyum getir. Anak si*l katanya, apakah sesial itu mempunyai anak seperti aku.

"Assalamualaikum!"

Ayah baru saja pulang dengan wajah yang nampak kesal melihat perdebatan antara kami. Ayah meraup wajahnya dan menaruh helm dengan kasar di atas meja.

"Kalian kenapa selalu ketus sama Ara sih?" tegas Ayah.

"Karena dia selalu membuatku malu, Mas!" hardik Ibu.

"Tapi dia anakmu, dan kelakuan Ara tak pernah membuatmu malu!  Kenapa kamu selalu membencinya, padahal dia itu anak kandungmu, darah dagingmu, Bu!" Ayah memegang kedua pundak Ibu dan berkata dengan intonasi sedikit meninggi.

"Ya, dia anakku. Anak yang tak pernah aku harapkan kehadirannya. Anak pembawa si*l dalam hidupku!" maki Ibu dengan jari telunjuk mengarah ke wajahku.

"Maaf kalau kehadiranku tak pernah membuat kehidupan Ibu bahagia selama ini!"

Kuusap air mata yang sudah menetes. Gegas aku berjalan ke dalam kamar lalu mengambil koperku dan mulai membereskan beberapa baju serta barang-barang, lalu memasukkannya ke dalam koper.

Rasanya susah sekali untuk memenangkan hati Ibu. Sebenci itukah Ibu padaku sampai-sampai kehadiranku di dunia ini tak pernah diharapkan.

Aku selalu merasa sendirian dan kesepian jika di dalam rumah ataupun di dalam keluarga besar ini. Yang jelas kehadiranku memang tak pernah diharapkan di keluarga ini.

"Mau ke mana kamu, Ra?" tanya Ayah yang ternyata mengikutiku ke dalam kamar.

"Kayanya lebih baik aku ngekos saja, Yah."

"Ngekos di mana? Ini sudah malam, Ra. Jangan dengarkan ucapan ibumu. Ayah tau kamu pasti sangat terluka, tapi Ayah mohon jangan pergi dari rumah ini." Ayah memohon dengan lirih.

"Percuma. Sekuat apapun Ara berusaha untuk melembutkan hati Ibu, tetap saja nggak bisa. Ara gagal jadi anak kesayangan Ibu."

Ayah berlutut dan memohon dengan mata yang sudah nampak basah sambil menyatukan kedua tangannya padaku.

Ini yang membuatku selalu dilema jika ingin pergi meninggalkan rumah. Aku mempunyai Ayah yang begitu menyayangiku, namun aku juga mempunyai Ibu yang teramat membenciku.

"Jangan memohon di hadapannya. Ayah nggak pantas melakukan itu!" tegas Mbak Laras yang ikut masuk ke dalam kamarku.

"Diam kamu! Sebagai seorang Kakak pun kamu nggak bisa membantu untuk menyatukan adik serta ibumu!" tukas Ayah.

"Zahra terus yang selalu Ayah bela. Apa-apa Zahra!"

Suara Mbak Laras bergetar dengan mata yang sudah mengembun. Mbak Laras mendekatiku lalu tersenyum kecut.

"Puas kamu selalu buat Ayah dan Ibu bertengkar hanya gara-gara kamu, Ra?" teriaknya.

"Diam Laras! Apa pernah Ayah membeda-bedakan kalian berdua selama ini? Kasih sayang Ayah buat kalian berdua itu sama!" tegas Ayah.

"Kurang apa Ara di mata kalian selama ini? Kamu nggak mau Ara melanjutkan kuliahnya karena merasa disaingi? Lalu Ara dengan lapang dada memilih untuk tak melanjutkan kuliahnya. Ara memilih kerja dengan penghasilannya juga Ara membantu biaya kuliahmu!" Ayah menangkup wajah Mbak Laras dengan mata memerah dan rahang mengeras, namun suaranya parau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Masa lalu 2 part 20

    Mata Rasti mengembun, ia sadar jika Zahra tak bersalah. Namun saat melihat wajah Zahra rasa traumanya kembali munculDi mana saat itu ia kembali bertemu dengan mantan kekasihnya dahulu yang bernama Rusli. Hubungan keduanya kandas karena adanya orang ketiga, Rusli dikabarkan menjalin cinta dengan wanita lain karena perjodohan orang tuanya."Bagaimana kabarmu, sudah lama semenjak kamu menikah kita tidak pernah bertemu lagi?" tanya Rusli yang bertemu dengan Rasti di taman sedang mengajak main Laras."Baik," sahut Rasti singkat.Dulu memang ia begitu mencintai Rusli, cuma karena orang tuanya Rusli tak setuju dengan hubungan mereka. Rusli pun dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya.Rasti yang sadar hubungannya ditentang pun memilih mundur. Apalagi ia kerap kali dihina karena tak selevel dengan Rusli dan keluarganya."Ini anakmu bersama Firman?" tanya Rusli menjawil pipi gembil Laras."Ya, ini anak kami. Bagaimana denganmu, apakah sudah memiliki anak?""Belum." Rusli menggelengkan ke

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   Masa lalu Part 19

    POV Author "Ayah." Suaranya bergetar menahan tangis ketika menatap ayahnya yang terbaring lemas. Ayahnya menoleh pelan dan menatap sendu ke arah Zahra, buliran bening nampak luruh dari pelupuk matanya saat anak kesayangannya datang. "Nak," panggilnya pelan dengan wajah pucat. Zahra langsung masuk dan berhambur ke dalam pelukan sang Ayah. Air matanya berderai, bahunya bergunjang hebat mengetahui bahwa ayahnya terbaring sakit. "Maafin Ara, maaf Ara nggak balas pesan-pesan Ayah." Masih dalam dekapan sang Ayah dengan tangis yang semakin kencang. "Nggak apa-apa, Ayah mengerti bagaimana perasaanmu, Nak. Jangan menyalahkan diri sendiri, sedang perasaanmu saja terluka." "Ara durhaka sama Ayah." Tangisnya semakin kencang. "Jangan bicara seperti itu, Nak. Ara anak yang sangat baik, tolong jangan menjauhi Ayah lagi setelah ini. Ayah tetaplah ayahmu, Ra. Rasa sayang Ayah tak pernah pudar selama ini untukmu." Mereka berdua sama-sama menangis, kondisi Firman membuat hati Zahra meri

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   BERTEMU AYAH part 18

    "Bukan, cuma teman saja kok," kataku tersenyum."Oh, kirain pacarnya Mas Dayyan," ucapnya lagi."Lebih tepatnya baru calon," sahut Dayyan.Aku menyenggol lengannya dan menatapnya kesal. Lalu pamit masuk ke dalam kepada orang-orang yang sedang ngerumpi."Assalamualaikum!""Waalaikumsalam, duh ... pucat amat mukamu, Ra." Risma dan Nina beranjak dari kasur.Tok! Tok!"Siapa ya?" tanya Risma."Waaah, tukang pentol. Ngapain, Bang? Si Zahra mesan pentol kah?" tanya Risma."Bukan, ini tadi makanan punya temanmu ketinggalan di motorku."Lho, lho, apa-apaan dia tuh. Perasaan semua itu dia yang beli kenapa semuanya jadi punyaku."Tadi 'kan itu kamu yang beli semuanya.""Sengaja aku beli ini semua untuk kamu, mau taruh di mana?" tanyanya dengan wajah datar.Risma dan Nina saling bersitatap dan saling menyenggol lengan. Kadang mereka berbisik, mungkin sedang membicarakanku dan Dayyan.Oh, ya, aku baru teringat sesuatu. Bukankah waktu itu ada bapak-bapak langganan pentolnya, lalu memanggil nama Da

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   OH, TERNYATA? part 17

    "Kenapa ada di sini?" tanyaku yang masih kaget akan kehadirannya."Kebetulan saja lewat di sini dan aku melihatmu," sahutnya dengan santai."Oh." Aku menjawab singkat."Ayo, naik!" Suara barintonnya mengintruksi lagi."Naik ke mana?""Motor lah, ke mana lagi? Cepat, wajahmu terlihat pucat!" tegasnya.Dih, tukang pentol berubah haluan jadi tukang cilung ini kenapa sikapnya seperti ini padaku."Maaf, Bang. Aku saja nggak kenal kamu, tau namamu saja belum. Lalu tiba-tiba selalu muncul seperti jelangkung!" imbuhku.Lelaki yang belum aku ketahui namanya itu lantas turun dari motornya dan berdiri di sampingku. Lalu sebelah tangannya terulur dan memegang keningku seperti dokter yang tengah memeriksa seorang pasiennya."Demam," katanya."Jadi namanya Demam?" tanyaku mengernyitkan kening."Badanmu demam!" ujarnya dengan wajah tanpa ekspresi."Terus namamu siapa? Kenapa selalu kebetulan sekali setiap kita bertemu?" tegasku."Dayyan." Ia meraih tanganku untuk bersalaman."Oh, aku Zahra." Aku kem

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KEBETULAN LAGI? part 16

    "Kamu ngomong sama siapa sih, Ra?" tanya Risma.Kemudian Risma dan Nina menoleh ke belakang, dan mereka berdua terkejut dengan kehadiran tukang pentol yang berubah jadi tukang cilung ini yang sekarang bersejajar jalan di sampingku."Lah, ketemu lagi kita, Bang?" tegur Nina.Dengan wajah datarnya lelaki itu berjalan lebih cepat mendahului kami. Dih, tadi saja ikutan jalan di sampingku."Eh, kok, ketemu mulu ya. Itu dia pakai baju rumahan, apa rumahnya di sekitar sini?" tanya Risma.Aku mengendikkan bahu tanda tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak dan hanya kebetulan saja bertemu lagi. Kebetulan tapi kok sering banget ya. Aneh."Jadi mau makan apa nih kita?" tanya Risma."Tuh di sana kayanya ada nasi goreng. Aku mau nasi goreng saja deh. Pakai telur dua, yang satu di orak arik, yang satunya di dadar," imbuhku."Oke, kita beli nasi goreng saja. Nah, itu juga ada tukang gorengan tuh. Duh, mudah-mudahan masih ada singkong goreng sama cireng," ujar Nina semangat.Gegas kami berjalan me

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   BERTEMU LAGI part 15

    Setelah tadi dikirimkan lokasi kosan ku kini Nina sudah sampai di sini. Ia juga terlihat suka dengan kosan pilihanku."Jadi kamu mau pindah sekarang, Ra?" tanya Nina."Iya, habis ini aku sama yang lain mau ke rumah Risma buat ambil semua barangku dan berpamitan kepada orang tuanya Risma," ujarku."Aku ikut, aku juga mau menginap di sini, boleh kan?" tanyanya."Ya bolehlah, aku malah senang ditemanin."Kini kami menikmati makan siang yang sudah kesorean setelah selesai salat Asar terlebih dahulu.Nina juga membawakan makanan dan cemilan untukku. Lumayanlah untuk mengisi kulkas, hehehe."Berangkat sekarang?" tanya Mas Arif menoleh ke arahku."Boleh, biar beresnya nggak kemalaman nanti," kataku.Selesai menghabiskan makanan gegas kami bersiap untuk ke rumah Risma untuk mengambil barang-barangku.****"Tante, Om, aku izin pamit ya. Terima kasih sudah dikasih izin menumpang di sini beberapa hari, maaf kalau Ara merepotkan." Kucium takzim punggung tangan mereka bergantian."Sama-sama, Ara.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status