Share

Gayanya

Author: El Baarish
last update Last Updated: 2025-06-07 11:55:56

Setelah makan dan salat isya, aku dan suami rebahan di kamar. Suamiku bekerja sebagai OB di sebuah kantor di kota. Gajinya memang tak seberapa, tapi usahanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat luar biasa.

Suami tak hanya mengandalkan gaji di kantor, tapi di sela waktu, ia juga menanam sayur di lahan belakang rumah.

"Fahri itu emang kek bapaknya, suka banget bercocok tanam." Ibu waktu itu pernah bilang, saat kutanyai ke mana Bang Fahri pergi, sudah lelah aku mencarinya di rumah, tapi tak ada.

Aku dan Bang Fahri baru menikah, belum pun sebulan. Kami hanya akad secara sederhana, belum mengadakan resepsi pernikahan. Perkenalan yang sat set, tapi kami merasa sama-sama cocok.

Jadi, memang belum lama aku di sini. Sebab itu, belum tahu bahwa di belakang rumah ada ladang.

Di kebun Bang Fahri, ada beberapa jenis sayuran seperti bayam, sawi, kangkung dan kacang panjang. Kadang juga nanam terong katanya, nanti semua hasilnya akan dibawa ke pasar untuk dijual atau ditukar dengan bahan dapur yang diperlukan.

Hanya Bang Fahri yang rajin seperti itu, kadang dibantu Ozan, adiknya yang laki-laki jika tak kuliah. Kalau Adel dan Mayra, memang sama sekali tak berniat bantu.

Kelas beda. Seleb katanya.

Apalagi Mayra sudah tak tinggal di sini lagi, dia sudah punya rumah sendiri tak berapa jauh dari rumah Ibu.

Aku rebahan sambil scroll scroll hape, tadi siang aku sudah mendaftar akun kloningan buat ngepoin Adelia dan K

Mayra. Entah mengapa, jiwa kepoku meronta-ronta melihat mereka yang doyan banget pamer sok seleb ke aku atau orang lain.

Aku manggut-manggut sambil senyum-senyum sendiri. Pengikut Adelia sudah 20K. Rata-rata kontennya tayang antara seribu sampai dua ribu. Ada satu postingan yang disematkan yang mencapai view ratusan ribu, sepertinya itu satu video yang fyp di Toktok.

"Kenapa, Dek? Kok senyum-senyum?" tanya suami melihat aku yang senyum senyum sendiri.

"Adelia tuh seleb ya, Bang?" tanyaku.

"Seleb apa pula?" tanya Bang Fahri lagi.

"Ya seleb, orang yang terkenal di media sosial semacam I*******m, Tiktok gitu."

"Elah. Nggak terlalu ngerti Abang, Dek. Tapi banyak sih sekarang cewek-cewek pada sok seleb." Sepertinya Bang Fahri tidak terlalu memantau media sosial.

"Abang punya Tiktok?" tanyaku.

"Gak. Ngabisin kuota aja," jawabnya.

Aku nyengir. Sebenarnya iya, tapi aku kadang kepo dan butuh hiburan aja.

"Eh, Bang, Bang," panggilku.

"Apa?"

"Liat nih Adel," kataku seraya memperlihatkan ponsel pada Bang Fahri.

Ponsel kini berada di tangan suamiku. Ia melihat video yang kutampilkan. Aku masih di beranda Adel dan ngepoin kontennya, dan tiba-tiba ia mengunggah konten baru yang menurutku tidak patut dipamer di sana.

Adel memposting video tanpa jilbab, memamerkan rambut barunya. Video dengan beberapa gerakan yang kuakui menggemaskan, ditambah sound jedag jedug.

Pantas saja tadi sore aku lihat rambut Adel udah seperti bule bule gitu. Bule kampung. Sepertinya dia baru saja cat rambut.

"Kenapa rambut kau?" tanya Ibu saat ia melihat Adel tadi.

"Blonde, Mak," jawabnya tanpa rasa berdosa.

"Jangan macam-macam pula kau ya, udah bagus itu rambut malah dicat gini gitu," protes Ibu. Adel malah berlalu tak peduli.

Ya, rambut Adel memang bagus. Lurus hitam dan berkilau. Kini malah dicat warna bule dan dibuat agak ikal ngembang, mungkin dia ke salon.

"Video kapan ini?" tanya Bang Fahri padaku.

"Baru aja, Bang. Keknya habis dari salon tadi sore. Udah ditegur sama Mamak, tadi dianya tak acuh."

Bang Fahri mengembalikan ponsel padaku, lalu ia keluar dari kamar. Aku mengikutinya dari belakang dan ternyata ia berdiri di depan pintu kamar Adel, dan mengetuknya.

"Adel," panggil suamiku.

"Dek,"

Beberapa kali dipanggil, hanya sahutan yang terdengar dari dalam. Mungkin lagi sibuk apa hingga Adel tak langsung buka pintu.

"Bentar, Bang."

Bang Fahri menunggu. Aku berada di dekat kamar sendiri. 

"Kenapa, Bang?" tanya Adel saat membuka pintu. Suaminya sedang tidak di rumah, belum pulang karena lembur katanya.

Bang Fahri menatap dengan seksama rambut adiknya, membuat Adel menunduk.

"Apa ini, Dek?" tanya Bang Fahri memegang rambut Adel.

"Halah … Abang ini norak lah. Cat rambut udah jadi hal yang biasa jaman sekarang." Adel membantah.

"Biasa di orang lain, bukan berarti biasa di kita. Terus ngapain sampe posting gak berhijab di Tiktok?" tanya Bang Fahri.

Adel mengerutkan kening. "Abang punya akun Tiktok?" 

Bang Fahri diam sejenak. Semua orang di rumah ini tahu kalau ia tak terlalu main sosmed.

Aku pun ikut terdiam, takut pula Bang Fahri bilang kalau ia melihat video Adel dari hapeku.

"Ada, baru aja beberapa hari."

Ah, lega mendengar jawab suamiku. Bukan apa, aku tahu persis gimana sifat Adel. Bisa habis diomeli jika ia tahu aku ngadu ke suami tentang video itu.

Sebenarnya bukan ngadu, tapi kasian aja sama Adel. Cantik cantik masa dipamerin ke yang gak halal. Belum lagi dosa jariyah tetap akan berlaku karena videonya itu.

"Ingat bapak, Dek. Bapak udah tenang di sana. Jangan sampai kita di dunia ini menjadi petaka untuknya di sana." Bang Fahri mengingatkan.

"Hapus ya," pintanya. Ah, suamiku itu lembut sekali. Ia gak langsung bar bar dengan Adel.

"Tapi kan sayang, Bang. Viewnya dah banyak, keknya mau fyp." Adel bela diri.

"View banyak gak bisa nolong kau di akhirat. Semakin banyak yang nonton, semakin menumpuk dosa kau nanti," kata

Bang Fahri.

Aku hanya tersenyum.

Sementara Adel cemberut, "iya deh, iya. Dosa terus, akhirat terus!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 12

    Seleb 12."Adek masih hutang penjelasan kan sama Abang?" Bang Fahri sejak tadi menatapku penuh selidik, dia masih sangat penasaran denganku.Setelah aku puas ditertawakan oleh Mayra dan Adel, aku dan suami pun masuk kamar. Ibu tampak percaya saja saat kukatakan itu uang tabungan dan hasil tunjuangan, bukan bermaksud membohonginya, tapi aku juga ingin melihat orang-orang bersikap alami denganku.Aku tak mau ada drama membandingkan antara menantu satu dan yang lainnya, ipar satu dan yang lainnya.Aku tak mau saat orang tahu aku banyak uang, mereka akan berpura-pura baik seperti pen jil at yang hanya ingin dekat denganku karena uang.Muak aku dengan keadaan seperti itu."Iya," kataku pada Bang Fahri sambil tersenyum.Kemudian aku menuntun Bang Fahri untuk duduk di sampingku. Malam ini aku akan menjelaskan semuanya tentang siapa aku ini. Tentang semua hal yang tidak diketahui suamiku selama ini."Apa yang mau Abang tanyakan? Apa yang Abang pengen tau?" tanyaku."Semuanya, Dek! Uang Adek

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 11

    Seleb 11."Kenapa pula ini, Bang? Kok narik narik tangan, masih jam 10 ini, masih banyak orang di luar, Bang!" kataku pada Bang Fahri seraya menggodanya."Sakit lah, Bang." Sengaja mengeluh sakit agar suami segera melepas tanganku. Padahal dia nariknya biasa aja, gak nyeret juga."Eh, maafin Abang, Dek." Bang Fahri memeriksa tanganku yang memang gak kenapa-napa."Lagian kenapa sih, Bang. Kita kan lagi ngomong sama Mamak!" kataku yang sedikit tak terima karena Bang Fahri seperti memotong pembicaranku dan Ibu tadi.Bang Fahri menatapku dengan serius, kemudian ia menepuk kasur dengan tangannya."Masih jam 10, Bang. Adek juga capek banget malam ini,""Bukan itu, Dek.""Jadi, apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.Kembali Bang Fahri menatapku sangat serius."Dek …," panggilnya.Aku menatapnya bertanya ada apa"Abang tau, Mamak pengen banget naik haji, tapi jangan pula kasih harapan untuk Mamak dengan menjanjikan haji untuknya." Bang Fahri berkata dengan lembut, mungkin takut aku tersinggung.

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 10

    Seleb 10."Ini sarungnya, Bang." Aku menyiapkan sarung beserta baju koko untuk Bang Fahri. Aku sendiri sudah siap dengan gamis dan bergo seperti yang biasa kupakai."Iya," sahut suamiku seraya memakaikan sarungnya.Malam ini, di rumah ada acara tahlilan tahunan untuk mengenang kepergian Bapak. Nanti akan ada Ustadz yang memimpin doa bersama. Kami juga sudah menyediakan nasi berkat yang dimasak siang tadi.Aku dan Bang Fahri keluar setelah siap. Beberapa orang sudah berkumpul di tikar yang kami gelar. Hanya menunggu ustad pemimpin doa yang belum datang.Aku menatap Bang Fahri saat melihat Mayra dan Adel yang pakaiannya terlihat tak sopan di acara agamis seperti ini. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka. Apa mereka memang gak terlalu memikirkan adab atau terlalu bablas stylenya.Adel mengenakan celana jeans robek robek yang ketat banget di kaki jenjangnya. Ia memadukan dengan kemeja yang dimasukin ke dalam celana. Jilbabnya dipakai, tapi gak dipentulin, cuma dipakai gitu aja d

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 9

    Seleb 9."Wah, Adel, barang baru kau ya?" seru Mayra saat baru sampai di rumah Ibu dan melihat sudut kecil tempat Adel biasa live.Saat itu aku sedang berada di kamar, tapi bisa mendengar obrolan mereka. Aku sengaja keluar keluar untuk menyapa Mayra, dan anaknya. Juga ingin mendengar apa selanjutnya yang mereka obrolkan.Terkadang bagiku, obrolan mereka bisa jadi lelucon. Tentang bagaimana mereka saling menunjukkan viewer, follower, dan konten-konten yang fyp menurut mereka.Lucu juga kalau lagi liat mereka ngonten. Saling adu keestetikan. Apalagi saat mereka saling berbagi pengalaman untuk mengambangkan konten, yang terkadang bagiku tersakiti kurang tepat dan lucu."Iya, Kak," kata Adel sambil cengengesan.Masih kuingat saat kemarin barangnya sampai. Adel berteriak kesenangan karena tripod yang kuberikan model kokoh dan punya kaki tiga. Duh, udah kek larutan penyegar aja ya, kaki tiga.Ya begitulah, aku juga memberikannya soft box biar pencahayaannya bagus, dan lebih meningkatkan ku

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 8

    Seleb 8.Aku keluar dari kamar, seperti uring-uringan bolak balik dari ruang tengah, teras, dan ke kamar. Gak biasanya sinyal seperti lumpuh total, padahal sejak lama aku sudah pakai provider yang bisa dibilang paling kuat sinyalnya. Aku berkali-kali berdecak kesal karena harus mengecek beberapa data di ponsel ini, juga harus mengirimkan beberapa keperluan lainnya untuk orang lain. Namun, karena masalah sinyal, jadi terhambat.Ah, menyebalkan sekali. Padahal sejak awal menikah, aku sudah bertanya pada Bang Fahri mengenai sinyal di rumahnya. Bagus katanya.Aku kembali ke teras, dan menarik salah satu kursi. Bahkan aku tak peduli pada Adel yang sedang sibuk mereview salah satu produk bodycare lokal yang sangat terkenal, juga sangat terkenal suka bagiin sampel dan memakai jasa endorse seleb pemula yang memerlukan dukungan.Aku menjauh dari Adel, karena gak mau ribut, masih pagi."Pasti iPhone bekas kan?" Tiba-tiba aku menoleh pada Adel. Lalu, menatap ponsel yang kini kupegang. Mungkin

  • MERTUA BAIK, IPAR NYELEKIT!   Bab 7

    Seleb 7."Ma, Adek mau es krim lah," rengek Naufal, bocah kelas satu SD itu pada ibunya. Naufal anak pertama Mayra, masih sendirian, belum nambah adek dia.Hari ini Mayra, adik pertama dari Bang Fahri berkunjung ke rumah. Ini kali kedua aku melihat wajahnya setelah waktu itu datang ke acara akad."Halah, gak usah lah. Kau lagi pilek itu," tolak Mayra.Di desa ini masih ada yang jualan es krim keliling. Sebab itu, Naufal merengek karena ada anak tetangga yang beli. Jadi, gerobak es krim khas kampung itu berhenti di dekat rumah."Gak lah, Ma. Udah sembuh Adek," bantah anak itu, tetap kekeuh pengen es krim."Sana minta sama nenek! Mama gak ada pula duit pecah," kata Mayra.Aku bahkan geleng kepala melihat Mayra. Bisa-bisanya ia pelit gitu ke anak. Palingan harga es krim cuma dua ribuan untuk anak-anak, atau lima ribu kalau pake roti.Bukannya dibeliin, malah disuruh minta sama Ibu yang sedang jualan es tebu.Aku masuk kamar dan mengambil uang lima belas ribu. Kemudian memberikannya untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status