Share

Di Luar Prediksi

Abigail sangat terkejut, ia ingin bertanya lebih lanjut tapi kafe tiba-tiba penuh pengunjung yang membuat Calvin menjadi sangat sibuk. Abigail menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat bahu. Ia telah mengambil keputusan, ia akan membalas dendam tidak peduli berapa pun harga yang harus ia bayar. Awalnya, ia ingin menunggu sampai Calvin selesai dengan pekerjaannya, tetapi ia ingat bahwa ia harus berbelanja pakaian bagus untuk bekerja besok. Ia harus membuat Noah Zimmerman terkesan dan yang lebih penting adalah membuat pria itu jatuh cinta padanya!

"Cal! Calvin!" Abigail memanggil Calvin sambil melambaikan tangannya. "Ya?" Calvin berbalik sambil tangannya sibuk menekan mesin espresso. "Aku harus pergi! Aku akan bicara lagi denganmu nanti! Selamat bersenang-senang!" ucap Abigail enteng seakan pengakuan Calvin tentang adiknya yang dilecehkan oleh Noah Zimmerman sama sekali tidak mengganggunya. Calvin mengerutkan kening, dia hendak mengatakan sesuatu pada Abigail namun tiba-tiba seorang pelanggan memanggilnya dari arah lain.

Abigail memutuskan untuk langsung menuju Fifth Avenue dengan naik taksi. Sambil menatap jalan-jalan sibuk di New York, pikirannya melayang ke saat pertama kali dia datang ke kota itu setelah sekian lama jauh dari peradaban. Setelah ayahnya meninggal karena pelecehan oleh tangan kanan ayah Noah Zimmerman dan ibunya dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi berat, Abigail dikirim ke panti asuhan hingga akhirnya sebuah keluarga di Washington mengadopsinya. Ia duduk di bangku kelas satu SMA ketika bertemu kembali dengan keluarga Zimmerman, saat itu mereka berkunjung ke sekolahnya dan menyumbangkan sejumlah uang sebagai sumbangan rutin mereka.

Melihat keluarga bahagia yang indah itu memicu kebencian di hati Abigail. Ia masih bisa mengingatnya dengan jelas ketika ia melihat ayahnya dipukuli dan disiksa tanpa ampun seolah-olah ayahnya melakukan sesuatu yang tidak termaafkan. Namun kemudian dia mengetahui bahwa mereka melakukan itu pada ayahnya karena ayahnya mengetahui sesuatu yang 'kotor' antara perusahaan dan beberapa pejabat pemerintah yang korup. Ayah Abigail memutuskan untuk membocorkan informasi tersebut ke media. Tapi dia meninggal di tangan kotor mereka 60 menit sebelum wawancaranya dengan BBC.

"Di mana Anda ingin berhenti?" tanya sopir ketika mereka tiba di Fifth Avenue. "Permisi? Bu? Di mana Anda ingin saya menurunkan Anda?" tanyanya dengan suara lebih keras karena penumpang di belakangnya sibuk melamun.

"Banana Republic, please!" jawab Abigail begitu dia kembali ke kehidupan nyata.

Setelah membayar ongkos, dia melompat keluar dari taksi dan berjalan ke toko untuk membeli beberapa pakaian. "Aku ingin yang itu, dan yang itu dan yang itu," dia menunjuk ke arah pakaian secara acak membuat asisten belanja itu mengerutkan kening karena terkejut.

"Apakah kau ingin mencobanya terlebih dahulu?" tanya si asisten belanja dengan sopan. Abigail menggelengkan kepalanya, "Tidak, terima kasih," dia tahu dia akan terlihat bagus di setiap pakaian yang dikenakannya, dia sepenuhnya sadar bahwa dia memiliki tubuh yang sempurna.

Tepat ketika dia hendak masuk ke Toko Armani tiba-tiba dia menabrak orang yang tidak terduga. "Abigail? Abigail? Apakah itu kau?" seorang wanita seusianya menunjuk jarinya ke arahnya. Abigail berdeham, "Maaf aku bukan orang yang anda maksud," katanya gugup, "Permisi," dia berjalan cepat di trotoar, meninggalkan wanita yang berbisik, "Aneh, aku seratus persen yakin itu dia..."

Dia berjalan sangat cepat sehingga dia hampir menabrak tiang. Dia ingat betul siapa wanita itu, dia adalah Kimberly, dan dia adalah teman duduknya di sekolah menengah. Tentu saja, Kim dapat mengingat wajahnya dengan jelas, mereka menghabiskan banyak waktu bersama sebelum dia menghilang setelah kejadian mengerikan itu. Tapi bertemu dengan seseorang yang mengetahui masa lalunya yang kelam bukanlah hal yang dia inginkan sama sekali.

*****

Dia bangun keesokan paginya dengan perasaan yang tak terlukiskan. Ada campuran antara kegembiraan dan kemarahan. Setelah bertahun-tahun mempersiapkan misi itu, akhirnya dia mendapatkan kesempatannya. Dia mengenakan rok hitam dan blus bergaris hitam putih untuk pakaiannya hari itu. Rambut panjangnya sedikit ikal dan jatuh indah di pundaknya. Dia berjalan dengan stiletto ke ruang rahasianya dan menandai label 'hari pertama' di papan misi. "Ayo kita lakukan ini Aby..."

"Hei! Kau tetap pada keputusanmu?!" teriak Calvin dari depan Coffee Shop miliknya saat melihat Abigail melintas di depannya. Abigail hanya mengangkat bahu, "Bagaimana lagi, aku butuh uang," katanya sambil meringis. "Sampai jumpa nanti!" dia melambai pada Calvin dan bergegas pergi sebelum Calvin berbicara lebih jauh. "Hati-hati di jalan!" teriak Calvin, menatap pasrah ke punggung Abigail. Ia tahu New York begitu kejam hingga isu pelecehan seksual di lingkungan kantor tak lagi menjadi pertimbangan para pekerja perempuan untuk menerima tawaran dari perusahaan besar.

Sementara itu, Abigail Scott berjalan dengan percaya diri memasuki lobi gedung Z-Inc dengan dagu terangkat tinggi. Stiletto-nya bergema di lantai marmer mengkilap yang mahal, mengungkapkan selera pemilik yang luar biasa. Tepat ketika dia akan menekan tombol lift, tiba-tiba sebuah tangan terulur di depannya. Dia berbalik dan tubuhnya menegang sejenak, "Tuan Zimmerman?"

Noah Zimmerman tersenyum, "Kau datang? Kupikir kau akan berubah pikiran," gumamnya sambil memandang Abigail dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Tentu saja, saya datang, suatu kehormatan bekerja untuk Anda, Tuan Zimmerman," kata Abigail, segera mengubah cara bicaranya, dia harus terdengar polos dan naif di depannya. Cantik, cerdas, lugu, dan naif, dia tahu Noah akan sangat tertarik dan ingin tahu tentangnya.

Lift berdenting terbuka, "Lady first," kata Noah tanpa mengalihkan pandangan dari Abigail. "Terima kasih," kata Abigail, dia tidak akan tergoda dengan kesopanan 'playboy' khas yang ditunjukkan oleh Noah. Abigail berdiri di sudut lift dan sangat yakin bahwa Noah pasti akan menggodanya dan mendaratkan tangannya di kulitnya seperti yang ia biasa ia lakukan pada seketarisnya yang lain, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Noah hanya menunduk menatap ponselnya dan mengabaikan kehadirannya.

Abigail mengernyit bingung, menurut cerita para mantan sekretaris Noah, dia selalu melecehkan mereka ketika mereka sendirian di dalam lift. Abigail mulai meragukan kemampuannya sendiri, apakah dia tidak cukup menarik baginya?

"Nona Scott?"

Abigail mendongak kaget, "Ya?" katanya cepat. Noah Zimmerman mengarahkan jarinya ke pintu lift yang terbuka lebar. Abigail mengangguk, merasa sedikit malu dan gagal. Dia melangkah keluar diikuti oleh Noah di belakangnya. Sejak saat itu Noah menunjukkan sikap gentleman, sangat berbeda dengan apa yang dia tunjukkan kemarin saat wawancara dan itu sangat mengganggunya.

'Apa yang terjadi padanya?' Abigail bergumam di dalam kepalanya.

Dan jawabannya datang beberapa detik kemudian, tiba-tiba,

"Noah!" seorang wanita muncul, meletakkan kopernya, dan menabrak Noah Zimmerman, memeluknya dengan erat. "Aku tahu kau akan kembali, Bea..." kata Noah sambil memeluk erat wanita yang dipanggilnya 'Bea' itu.

Abigail membeku di tempatnya berdiri, 'Apa-apaan ini?' Dia merasa gagal bahkan sebelum memulai apa-apa!

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status