Beranda / Urban / MIRA ANDINI / Part 2 Pernikahan kedua

Share

Part 2 Pernikahan kedua

last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 20:29:23

"Dia Tomi Mir anaknya teman Papa!" jawab Papa mungkin beliau tau kebingungan yang sedang melanda putrinya Aku pun menganguk.

 

Tomi sepertinya nama itu tak asing di pikiranku "Tomi Anaknya Om Risman Pa?" tanyaku. 

 

"Iya benar Mir!" jawab Papa.

 

Ting..ting...

bunyi suara ponsel tandanya ada yang mengirim pesan di aplikasi bergambar telefon Aku pun membukanya nomor baru mengirim sebuah foto karena harus diinstal dulu.

Setelah berhasil diinstal

 

Ya allah ponsel ku pun terjatuh Papa langsung mengambil ponselku.

 

"Gila ini orang!" ucap papa dengan rahang mengeras. Itu adalah foto mas Ridho dengan tubuh setengah telanjang dan ada seorang wanita tidur di dadanya.

 

Di bawahnya ada pesan lagi yang menyusul,(siapkan mentalmu jangan hancur sekarang karena suamimu akan meninggalkanmu segera.) Itulah bunyi pesan dari nomor tidak di kenal tadi. Sudah dapat dipastikan ini pasti wanita jalang itu yang mengirimnya.

 

Tak lama kemudian orang yang Aku telefon datang Dia orang kepercayaan Papa namanya Anton.

 

"Tolong kamu cari asal usul wanita ini!" perintahku sembari memberi satu lembar foto.

 

"Baik." jawabnya kemudian Dia pergi mengunakan sepeda motornya.

 

"Sabar ya Mir saya turut prihatin dengan masalahmu, Aku akan mencoba membantu sebisaku," ucap Tomi.

 

"Pelakor macam ini mah mudah disingkirkan Mir!" lanjutnya lagi dengan tersenyum jail.

 

"Terus wanita ini sekarang di mana?" tanya Tomi.

 

"Dia di rumahku!" jawabku singkat.

 

"Aku punya ide sini deh Aku bisikin." ucap Tomi Aku pun mendekat.

 

"Baiklah boleh dicoba juga idemu itu Tom!" entah dari mana si Tomi ini punya ide gila ini.

 

"Okeh kita coba nanti malam!" jawabnya Aku pun mengacungkan jempol. Tunggu keseruan nanti malam Mas Ridho dan wanita jalang.

 

"Aku tunggu di rumah ya sekarang Aku mau pulang dulu terlalu lama meninggalkan mereka di rumah, nanti keenakan mereka haha." ucapku .

 

"Pa Ma nanti malam kerumah ya!" ucapku kemudian menyalami tangan mereka.

 

"Pasti Mir tangan Mama sudah gatal ini " jawab mama aku pun tersenyum mendengar jawaban mama.

 

"Hati-hati di jalan." ucap papa Aku pun menganguk.

 

Perjalanan pulang tidak semacet tadi waktu berangkat hanya membutuhkan 30 menit, Aku pun membelokkan mobil ke arah supermarket dekat rumah dan berbelanja kebutuhan dapur  agar Mas Ridho tidak curiga.

 

15 menit kemudian Aku sudah sampai di rumah, Rumah yang tiga tahun terakhir terasa begitu nyaman walau cuma tinggal berdua dengan Mas Ridho, namun sekarang saat buah hati yang di nanti selama tiga tahun akan hadir bukanya di sambut dengan bahagia, Malah bapaknya membawa wanita lain.

Aku pun masuk kedalam rumah sepi sekali, kemana Mas Ridho dan wanita itu.

 

"Siti tolong ambil belanjaan di mobil ya ini kuncinya!" panggilku ke Siti yang sedang didapur.

 

"Iya Bu." kemudian Siti pun berjalan keluar.

 

Ting...

Ponselku pun berbunyi tanda ada yang mengirim pesan Aku pun membukanya.

 

( Maaf Dik, Mas pergi tidak pamit ke Kamu Mas nganter Sarah mau ngambil anak Kita ) itulah bunyi pesan yang dikirim Mas Ridho.

 

Apa tadi dia bilang Anak kita maaf Mas dia bukan anakku. Kasian sekali Kamu Mira suami yang selama ini kamu bangga banggakan malah menorehkan luka yang begitu dalam.

 

Ting..Ting..

Ponselku kembali berbunyi dari layar depan terlihat Anton mengirim foto disusul dengan pesan, Aku pun langsung membuka fotonya, disana terlihat Ada Sarah dan seorang pria.

 

(Siapa pria ini?) balasku ke Anton.

 

(Dia Doni suami Sarah yang meninggalkannya setelah toga bulan menikahinya, Karena merasa di bohongi oleh Sarah. )

 

(Apa mereka sudah bercerai?)

 

(Belum Doni hanya meninggalkan begitu saja tanpa kata talak dan tidak adanya surat cerai, sekarang Doni sudah memiliki keluarga baru!)

 

Itulah bebrapa percakapanku dan Anton. Jadi bagaimana cara Mas Ridho menikahi Sarah sedangkan statusnya saja janda bukan dia masih istri orang hanya saja sudah ditinggalkan.

 

"Ibu ngga apa apa kan ?" Aku yang sedang melamun pun kaget mendengar Siti bertanya.

 

"Ngga apa-apa ko Sit!" jawabku.

 

Setalah bertanya begitu Siti pun berjalan ke dapur lagi, Terdengar deru mobil memasukki pekarangan rumah.

Aku pun berdiri dari kursi meja makan dan berjalan ke ruang tamu duduk disofa yang berhadapan dengan pintu.

 

Begitu pintu dibuka menampakan seorang pria sedang mengendong anak perempuan umurnya sekitar tiga tahunan dan disampingnya seorang perempuan mereka tertawa bahagia, Namun senyumnya hilang saat mereka melihatku.

 

"Kamu sudah pulang dik?" Mas Ridho pun langsung memberikan anak itu ke Sarah Dan berjalan ke arahku lalu duduk disampingku.

 

Bukannya menjawab pertanyaan mas Ridho Aku malah berdiri dan berjalan ke arah Sarah, memandangnya seperti ingin memangsanya.

 

Sarah pun menunduk tanpa berani memandang kearahku "Mbaa..ma..maaf ta..tadi..!" ucapnya dengan nada bergetar.

 

Bagian Ridho

 

Namaku Ridho kurniawan umurku sudah memasuki kepala tiga, Aku sudah menikah dengan gadis pilihanku sendiri dia Mira Andini seorang anak pengusaha yang mau di nikahi olehku yang hanya bekerja di kebun sawit dulunya.  Setelah menikah dengan Mira yang sudah mempunyai kedai makan Aku pun memutuskan untuk tidak bekerja lagi dan kami mengurus kedai sama-sama.

 

Suatu hari saat Aku sedang makan di luar Aku bertemu dengan gadis yang dulu Aku tinggalkan setelah merusak masa depannya  dia adalah Sarah. Setelah sekian lama tidak bertemu sekarang dipertemukan lagi di waktu yang tidak tepat dan lebih parahnya anak yang dia bawa katanya darah dagingku, Aku pun mengelak tidak mungkin dia anakku, memang dulu Aku yang merusak masa depan Sarah masa cuma sekali langsung jadi pikirku. Aku pun mengusap wajah dengan kasar.

 

Setelah pertemuan itu kami pun sering berkirim kabar tanpa sepengetahuan Mira tentunya. Hingga suatu hari Dia datang dan mengatakan perasaannya Dia meminta agar Aku menikahinya, setelah Aku berfikir cukup lama mungkin tidak ada salahnya Aku menikahi Sarah. Aku yakin Mira akan menerima Sarah dan akan hidup rukun bertiga.

 

"Dik mas mau ke kedai cabang yang di Kota Cirebon ya, selama seminggu kamu baik baik di rumah sama calon debay!" Pamitku kepada Mira saat itu. 

 

Ya Mira memang sedang hamil muda, inilah kesempatanku untuk menikahi Sarah. Karena Mira selalu ikut kalau Aku mau ke kedai yang di Kota Cirebon, sebenarnya Aku tidak ke kedai melainkan ke rumah Sarah yang kebetulan masih satu kota dengan kota di mana Aku dan Mira tinggal, tidak membutuhkan waktu lama Aku pun sudah sampai.

 

"Mas masuk yuk tuh lihat Anna sudah menunggu." ajak Sarah dan bergelayut manja dilenganku sambil membawaku menuju ke sofa.

 

"Eh Nak Ridho kapan sampainya?" Tanya Ibu Sarah yang baru datang dari arah dapur.

 

"Baru sampai Bu." ucapku sambil menyalami Ibu Sarah.

 

Lalu Ibu Sarah pun menyuruhku untuk istirahat karena besok pagi Aku akan menikah dengan Sarah .

 

"Saya terima nikahnya Sarah Setiayani binti bapak Tarjo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" 

 

"Gimana para saksi sah?" tanya pak kyai dan para saksi pun menganguk, lega sekali rasanya sekarang Aku sudah menikah dengah Sarah tinggal bagaimana caranya bicara dengan Mira dan kedua orang Tuanya. Biar lah Aku pikirkan saja nanti sekarang waktunya bersenang - senang dengan Sarah.

 

Waktu berlalu begitu cepat sudah seminggu Aku di rumah Sarah itu artinya hari ini Aku harus pulang.

 

"Dek kamu mau ikut mas sekarang?" tanyaku kepada Sarah Dia pun menganguk cepat.

 

"Tapi Mas mohon nanti kalau sudah sampai biar Mas turun dulu!" ucapku memperingatkan Sarah Dia pun memajukan bibirnya.

 

Setelah berkendara cukup lama kami pun sampai di rumah yang lumayan besar ini, Aku pun turun dan masuk seperti biasa Aku pun langsung memeluk Mira dan mengatakan kalimat mesra Mira pun langsung menarik tanganku masuk malu katanya sama tetangga. Saat Mira ingin membuatkan ku minum Sarah malah turun dari mobil.

 

"Aduh kenapa sekarang sih turunnya, bukanya nunggu Aku kasih aba-aba dulu" batinku Mira pun tidak jadi membuatkan minum malah berbalik melihat kearah pintu. Apakah akan terjadi perang ketiga, Ah kenapa melihat tatapan Mira ke Sarah Aku jadi tidak yakin dengan perasaanku sendiri.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MIRA ANDINI   Part 147. HAPY ENDING

    "Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara

  • MIRA ANDINI   Part 146. Ada apa dengan istriku hari ini

    Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir

  • MIRA ANDINI   Part 145. Bermain

    "Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p

  • MIRA ANDINI   Part 144. Kedatangan Mama

    Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n

  • MIRA ANDINI   Part 143. Permintaan maaf tulus Mami

    "Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s

  • MIRA ANDINI   Part 142. Berbadan dua

    Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar

  • MIRA ANDINI   Part 141. Ini semua karena kamu

    Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d

  • MIRA ANDINI   Part 140. Jalan-jalan

    Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting

  • MIRA ANDINI   Part 139. Kekacauan di dapur

    kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status