Share

MIRA ANDINI
MIRA ANDINI
Author: Triwahyuni Triwahyuni

Part 1 awal mula

"Dik, Mas mau ke kedai cabang yang di Kota Cirebon ya selama seminggu. Kamu baik-baik di rumah sama calon debay," pamit Mas Ridho seminggu yang lalu.

 

Kami memang mempunyai kedai makanan dan alhamdulilah sudah memunyai satu cabang di Kota Cirebon,  kotanya Mas Ridho waktu kecil, Aku pun menganguk.

 

Aku yang sedang hamil muda tidak diizinkan bepergian jauh oleh dokter. Biasanya aku selalu ikut. Sudah hampir dua bulan Mas Ridho tidak ke sana biasanya rutin satu bulan sekali.

 

Terdengar deru mobil memasuki pekarangan rumah itu pasti Mas Ridho.

 

Aku pun langsung berlari kecil menuju pintu utama "Assalamualaikum Dik Mas kangen." Mas Ridho pun langsung memelukku dan mengusap perut ini yang masih rata.

 

"Aku juga kangen mas, masuk dulu ya malu mas sama tetangga." ucapku sambil menarik tangan Mas Ridho untuk duduk di sofa.

 

"Pasti capek banget ya Mas, Aku buatkan minum dulu ya." Aku pun langsung berdiri saat kaki ini akan melangkah ke dapur namun terhenti kala mendengar pintu mobil di buka.

 

Aku pun berbalik melihat ke arah mobil seorang perempuan cantik turun dari pintu bagian depan. Berjalan dengan anggun memasuki rumah ini.

 

"Mbaak Mira!" panggilnya dengan suara serak, siapa perempuan ini kenapa dia tau namaku.

 

"Ya, kamu siapa ?" tanyaku dengan nada tegas perempuan yang belum ku ketahui namanya pun menunduk.

 

"Dik." panggil Mas Ridho.

 

"Biarkan Sarah duduk dulu." ucapnya oh jadi perempuan ini Sarah, siapa dia sejak menikah dengan Mas Ridho perasaan tidak memiliki sodara bernama Sarah.

 

"Siapa dia mas?" tanyaku Mas Ridho pun menunduk.

 

"Maaf dik!" ucapnya dengan suara lirih. Kenapa perasaan ini tiba-tiba jadi tidak enak kala mendengar Mas Ridho meminta maaf.

 

"Dia madumu dik, Dia istri mas."

 

Door...

Bagai di sambar petir badan ini pun langsung lemas.

 

"Kamu bohong kan Mas, kemarin kamu bilang mau ke kedai Mas bukan nikah lagi bukan, apa salahku Mas?" lirihku ke Mas Ridho dengan suara yang sangat lirih, bahkan mungkin tak terdengar. 

 

"Kamu ngga salah Dik, Mas yang salah maaf." jawabnya dengan nada yang cukup lirih namun bisa ku dengar dengan jelas,  tangan Mas Ridho ingin meraih tanganku namun kutepis.

 

Baiklah Mas Kamu yang  pertama menyalakan api di keluarga kecil kita, Aku akan ladeni, sampai mana kamu akan kuat. Dan buat perempuan jalang beraninya membuat masalah dengan Mira Andini.

 

"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" setelah cukup lama terdiam dengan pikiran masing-masing. Aku pun bertanya masih ada isakan kecil karena terlalu lama menangis.

 

"Maaf Dik sebenarnya Mas dan Sarah sudah kenal sebelum menikah denganmu. tapi bertemu kembali dua bulan yang lalu maaf!" jelas mas Ridho,

sudah selama itu dan Aku tidak menyadarinya betapa bodohnya dirimu Mira.

 

"Ternyata waktu Mas meninggalkan Sarah untuk menikah dengan mu saat itu ternyata dia Sedang hamil anak Mas Dik!" lanjut mas Ridho dengan suara menahan tangis.

 

Kenyataan apa lagi ini dengan Kamu membawa madu pulang saja sudah seperti mimpi dan ini lebih buruk lagi Dia sudah melahirkan benihmu Mas. Laki-laki macam apa yang Aku pilih menjadi suami.

 

Tiba - tiba seperti ada yang mengaduk aduk perutku Aku pun berlari ke kamar mandi dan memutahkan semua isi perut.

 

Setelah puas mengeluarkan isi perut. Aku pun keluar kamar mandi dan kulihat Mas Ridho sudah pindah duduknya di samping Sarah ada yang sakit di dalam sini.

 

"Bahkan Kamu sudah tidak peduli lagi denganku Mas." batinku langsung kaki ini kulangkahkan menuju ke kamar.

 

Braaak...

Aku pun menutup pintu dengan keras dan menguncinya dari dalam dan menangis sejadi jadinya di ranjang.

 

"Bodoh Kamu Mir seharusnya Kamu mendengarkan ucapan Mama waktu itu." Aku pun meruntuki diriku sendiri. Dulu saat Aku membawa pulang Mas Ridho ke rumah Mama bilang kurang setuju Kalo aku dengan Mas Ridho namun Aku yang ngeyel tetap ingin dengan pilihanku.

 

"Sudah Mir Kamu ngga boleh seperti ini terus, nanti tambah bahagia mereka di atas penderitaanmu, Kamu juga ngga boleh stres kasian janin di dalam perutmu." Aku pun menyemangati diri sendiri, mengusap perut yang masih rata karena kandunganku baru memasuki umur dua bulan.

 

Aku pun mengusap air mata dengan kasar lalu mengambil handphone untuk menelfon seseorang. Berbahagia lah dulu Mas sebelum nanti Kamu dan gudikmu itu kuberi kejutan yang lebih menyakitkan.

 

"Hallo..nanti siang tolong ke rumah Papa Aku mau ketemu !" ucapku ketika panggilanku sudah di angkat.

 

"Baik." hanya itu jawaban pria di seberang sana kemudian.

Tut..

dia pun mematikan telfon begitu saja.

 

Huh dasar Aku pun bersiap siap ke rumah Papa, tadi Aku sudah mandi jadi tinggal mengganti baju saja.

Dres berwarna biru muda menjadi pilihanku kali ini.

 

Duduk di depan meja rias memadangi wajahku, menginjak usia 24 tahun mukaku tidak terlalu jelek, jika di banding Sarah jauh Aku di atasnya tapi kenapa Mas Ridho. Ahh namanya juga cinta bisa membutakan segalanya, Apakah Aku harus sudah menjadi janda di umur yang masih muda ini.

 

Tok..tok.. tok..

Ada yang mengetuk pintu Aku pun berjalan mengambil tas di meja dan keluar.

 

"Ada apa mbak ?" tanyaku ketika kulihat Siti ART di rumah ini berdiri di depan pintu.

 

"Ibu di tunggu sama Bapak di meja makan bu." ucap Siti Aku pun mengangguk dan berjalan menuju meja makan.

 

"Kamu mau kemana dik, Mas antar ya," ucap Mas Ridho, kemana perempuan jalang itu kulihat sekeliling ruang makan dan ruang tamu tidak ada, mungkin sedang istirahat di kamar tamu Aku pun tersenyum getir.

 

"Mau keluar ngga perlu Mira bisa sendiri." jawabku kalau Aku lagi marah tak ada lagi embel embel panggilan Mas.

 

"Nanti malam Mama sama Papa mau ke rumah tolong kamu jelaskan ke mereka!" ucapku kemudian Aku berlalu dari meja makan AKu melihat Mas Ridho mengusap wajahnya dengan kasar.

 

"Dik tunggu tolong bantu Mas jelaskan ke orang tuamu yaa Dik!" masih aku dengar Mas Ridho minta tolong namun tak ku hiraukan, Dia yang membuat masalah kenapa Aku yang repot.

 

Jalanan di Kota Bandung hari ini cukup padat jadi Aku membutuhkan waktu hampir satu jam ke rumah Mama yang biasanya hanya dua puluh menit.

 

Aku pun membunyikan telakson mobilku seorang satpam pun membuka gerbang rumah, Aku pun keluar dari mobil memasuki rumah yang lumayan besar ini terasa begitu sepi.

 

Kulihat Mama sedang duduk disofa ruang tv.

 

"Ma" panggilku dan langsung menghambur kepelukan Mama.

 

"Eh Mir kamu kenapa, Pah sini ini si Mira kenapa ?" teriak Mama.

 

Terdengar langkah kaki dari arah tangga Aku masih menangis dipangkuan Mama, Mama pun mengusap punggungku.

 

"Mira kenapa mah ?" tanya Papa.

 

"Ngga tau pah tiba tiba dia datang langsung nangis." jawab Mama.

 

Setelah cukup lama menumpahkan tangis Aku pun duduk disamping Mama.

 

"Maafkan Mira Ma Pa." ucapku Mama dan Papa pun berpandangan.

 

"Kamu kenapa ada masalah sama Ridho ?" tanya Bapak,Aku pun menganguk.

 

"Coba jelaskan pelan pelan ada masalah apa, Kamu ini sudah besar bisakan menyeselaikan masalah sendiri." jawab Papa tegas.

 

Aku mengeleng "Kali ini Aku tidak bisa menyelesaikan sendiri Pa, kesalahan Mas Ridho sudah fatal." jelasku.

 

"Mas Rihdo nikah lagi Pa! Bahkan sekarang istri barunya masih di rumah Mira." lanjutku kulihat muka Papa merah padam dan Mama mencoba menenangkan. 

 

" Keterlaluan si Ridho sudah menyakiti putriku. " ucap Papa dengan gigi gemertak.

 

"Lalu bagaimana rencana Kamu selanjutnya sedangkan kamu sedang hamil muda jangan banyak pikiran, Papa tidak mau terjadi yang tidak-tidak pada Cucu Papa." ucap papa.

 

"Biar Aku yang bantu Mira menyelesaikan Masalahnya om," Aku pun langung berbalik badan mendengar suara lain di rumah ini. Seorang pria berbadan tegak dengan pakaian formal berdiri di sana. Siapa pria ini sebelumnya belum pernah Aku melihatnya, kenapa mengenal Papa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status