Home / Urban / MIRA ANDINI / Part 3 kehilangan

Share

Part 3 kehilangan

last update Last Updated: 2021-08-20 13:08:41

"Mbaa..ma..maaf tadi..!" His ini Sarah mau ngomong apa sih sebenarnya dari tadi cuma Mba Mba aja ngga jelas. Aku pun terus melangkahkan kaki dan sekarang Aku tepat berada di depan Sarah dapat Aku melihat dari tatapan matanya Dia takut. Apa yang Sarah takutkan apa Sarah takut padaku.

 

"Kenapa kamu ke sini lagi?" hardikku kepada Sarah dan Aku lihat Dia memberanikan diri melihat ke arahku.

 

"Ini kan rumah Mas Ridho Mba dan Aku istrinya Mas Ridho jadi ya Aku ikut di mana suamiku tinggal!" Waw dengan percaya dirinya Sarah bilang ini Rumah Mas Ridho apa Aku tidak salah dengar.

 

Aku pun mengalihkan pandangan ke arah Mas Ridho yang sedang duduk dan salah tingkah di sofa sana.

 

"Mas pergilah bawa gudikmu ini pergi dari rumahku!" perintahku ke Mas Ridho kulihat Mas Ridho terkejut.

 

"Dik apa tak bisa kita hidup rukun bertiga di rumah ini?" tanya mas Ridho. Hah apa lagi ini suamiku ini sedang melawak atau gimana hidup bertiga dan hidup rukun.

 

"Hahahaha jangan mimpi kamu mas!" jawabku dengan tegas Mas Ridho langsung berdiri dan menghampiriku. Tangannya bersiap ingin menamparku.

 

"Jangan sentuh anakku!" terdengar teriakan dari arah depan dan itu Papa yang datang. Papa pun langsung menghampiri mas Ridho dan.

 

Plaakk...

Papa menampar mas Ridho.

 

"Jadi di mana wanita yang sudah merubah sifatmu yang dulu baik dan selalu menjaga Mira dan sekarang beraninya kamu ingin menampar putriku?" tanya Papa dengan murka. Kemana Sarah tadi masih berdiri di depan pintu. 

 

Dan tak lama terdengar derap langkah dari arah dapur ternyata itu Sarah lancang sekali Dia, yang punya rumah saja diruang tamu dia nyelonong masuk.

 

"Pak Angga Bu Nia!" ucap Sarah terkejut. Aku lihat Papa dan Mama pun sama terkejutnya. Siapa sebenarnya Sarah kenapa mengenal Papa dan Mama.

 

"Mbak Sarah kok di sini!" Tiba-tiba terdengar suara Dini Adik Mas Ridho dari depan, sejak kapan Dia di sini. 

 

"Ohh Aku tau jadi Mba Mira sudah tau ya hihi bagus lah, makanya Mba jadi perempuan itu pengertian sama suami jadi ngga direbut sama perempuan lain!" ucapnya tanpa ada raut bersalah. Padahal Dia juga perempuan apa Dia tidak bisa mengerti perasaanku sedikit saja. Dini memang terkenal bermulut pedas sama seperti Ibu Mertua. 

 

Plaaakkk...

"jaga bicaramu ya Din Aku ini Mbakmu kamu juga seorang perempuan seharusnya bisa mengerti perasaan Mbak saat ini" tanpa Aku sadari tangan ini mendarat manis di pipi Dini, Dini pun langsung mengusap pipinya dan memandangku dengan tatapan ingin menelanku hidup-hidup.

 

Mama mengusap - usap punggungku dan berbicara agar Aku tenang kasian calon bayiku benar juga yang Mama bilang. 

 

Aduhh...

"kamu apa-apa an Dini ahh sakit!" Dini tiba-tiba mendorong ku karena Aku yang tidak tahu apa-apa jadi jatuh terduduk di lantai Perutku sakit sekali, Mama yang posisinya paling dekat denganku langsung menghampiriku. 

 

"Ya allah Mira ayo Pah bawa Mira ke rumah sakit lihat ada darah yang keluar takut terjadi apa-apa sama Mira Pah, Awas kamu yaa kalau sampai Mira dan calon anaknya kenapa - napa!" masih sempat kudengar Mama berbicara, karena rasa sakit yang luar biasa Aku pun tak sadarkan diri. 

 

Samar terdengar seperti ada orang yang sedang menangis dan mengusap tanganku Aku pun membuka mata indra penciumanku langsung mencium bau obat-obat an. 

 

"Mama." panggilku dengan suara lirih. 

 

"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang,  Mama panggilkan dokter dulu ya," tak lama kemudian datang dokter dan satu perawat menanyakan apa saja yang Aku rasakan. Selesai pemeriksaan dokter dan perawat itu pun pergi. 

 

"Ma anakku tidak kenapa - napa kan?" Aku pun bertanya kepada Mama. Mama malah menunduk membuat perasaanku tak enak. 

 

"Sabar ya sayang kamu harus ikhlas,  anakmu tidak selamat nak!" ucap Mama sambil terisak,  Aku pun menangis sejadi - jadinya, kenapa allah memberiku cobaan yang begitu berat belum selesai masalah Mas Ridho sekarang Aku harus kehilangan calon anakku. 

 

"Ma Mira sudah sadar?" terdengar suara Papa menanyakan kemudian terdengar derap langkah mendekati ranjang. Sebuah tangan mengusap kepalaku Aku pun mendongakkan kepala.

 

"Cepat sembuh sayang kita harus membalaskan dendam kepada keluarga yang tidak tahu diri itu!" ucap papa dengan nada tertahan Aku tahu beliau pasti sangat marah mengetahui putri satu-satunya disakiti. 

 

Aku pun menganguk semangat kemudian tersenyum. Benar apa yang dikatakan Papa Aku harus cepat sembuh akan Aku buat keluarga mereka menangis darah. 

 

"Ya sudah Papa sama Mama mau keluar sebentar ya mau cari makan malam!" Pamit papa Aku pun mengiyakan. 

Krieeett..

Tak lama setelah Papa dan Mama keluar terdengar ada seseorang yang membuka pintu,  Aku pun melirik ke arah pintu. Ouhh ternyata yang datang Mas Ridho kemana saja suamiku ini kenapa sekarang baru datang. 

"Dik bangun lah Mas ingin bicara,  Mas tahu kamu sudah sadar!" ucap Mas Ridho dengan suara serak Hmmm apakah Mas Ridho habis menangis batinku.  

"Mau apa kamu kesini?" tanyaku kemudian kasian juga jika Aku diamkan dia.

"Dik apa yang kamu ucapkan, sadar lah Aku suamimu Mas kesini ya mau jenguk kamu." sentak Mas Ridho sepertinya dari raut wajahnya dia tidak suka Aku bertanya begitu. 

"Mas kesini mau minta maaf atas kesalahan Dini kemarin!" ucap Mas Ridho dengan menunduk kemudian ingin menarik tanganku namun tak jadi kala Aku menarik tanganku. 

"Kenapa Mas baru datang sekarang,  tau kah Mas betapa hancurnya diriku setelah tahu bahwa anakku tidak bisa di selamatkan, itu semua karena adikmu dan sekarang apa dia bahkan tidak berani untuk datang kesini!" jawabku berapi - api. 

"Pergilah Mas Aku hanya ingin sendiri dulu!" ucapku lagi sakit sekali hatiku jika melihat wajah Mqs Ridho yang hanya bisa menunduk setelah mengetahui calon anaknya tidak bisa di selamatkan kemudian mengalihkan pandangan, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Mas Ridho langsung keluar dari ruang rawatku. 

"Apakah dia bisa disebut dengan calon ayah!" batinku sambil memandang pungung Mas Ridho. 

"Apa yang dia lakukan di sini Mir?" tak lama setelah Mas Ridho keluar Papa masuk.

"Tidak ada Pah katanya hanya ingin mengjengukku saja," jawabku. 

"Ya sudah makan lah dulu Mir Kamu harus cepat sehat ya!" perintah Mama penuh kasih sayang. 

Aku pun makan disuapi oleh Mama, beruntung sekali diriku mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang padaku yang selalu ada di semua keadaan anaknya yang selalu siap membantu.

Setelah tiga hari  dirawat Aku pun Sudah di perbolehkan untuk pulang, Aku berencana ingin pulang ke rumah Mama tapi ke rumahku dulu untuk mengambil beberapa baju. 

Kurang lebih setengah jam kemudian kami pun sampai di rumahku, rumahnya sepi sepertinya tidak ada orang.  Namun Aku salah saat kaki ini memasuki ruang tamu terdengar tawa seseorang diruang makan.  Siapa di rumahku kenapa ramai sekali.

"Enak ya bisa senang-senang di rumah orang!" ucapku langsung menghentikan tawa ketiga orang yang berada dimeja makan.

"Eh mbak sudah pulang, sini duduk di sini ada yang ingin Aku bicarakan." perintah Sarah kenapa wanita ini masih di sini Apa dia betah di rumahku. 

"Kenapa mereka masih di sini Mas?" tanyaku ke Mas Ridho. 

"Dik beri waktu semalam lagi kami di sini ya Mas janji besok pagi-pagi  sekali Mas akan bawa pergi Sarah Dan Dini!"

" Tidak Aku beri kalian waktu sampai jam tiga sore kalo kalian belum pergi juga Aku akan telfon polisi." ancamku dan dapat Aku pastikan kalo ancamanku berhasil kemudian Aku pun berjalan menuju ke kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MIRA ANDINI   Part 147. HAPY ENDING

    "Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara

  • MIRA ANDINI   Part 146. Ada apa dengan istriku hari ini

    Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir

  • MIRA ANDINI   Part 145. Bermain

    "Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p

  • MIRA ANDINI   Part 144. Kedatangan Mama

    Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n

  • MIRA ANDINI   Part 143. Permintaan maaf tulus Mami

    "Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s

  • MIRA ANDINI   Part 142. Berbadan dua

    Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status