"Ya sudah Papa sama Mama mau keluar sebentar ya mau cari makan malam!" Pamit papa Aku pun mengiyakan.
Krieeett..
Tak lama setelah Papa dan Mama keluar terdengar ada seseorang yang membuka pintu, Aku pun melirik ke arah pintu. Ouhh ternyata yang datang Mas Ridho kemana saja suamiku ini kenapa sekarang baru datang.
"Dik bangun lah Mas ingin bicara, Mas tahu kamu sudah sadar!" ucap Mas Ridho dengan suara serak Hmmm apakah Mas Ridho habis menangis batinku.
"Mau apa kamu kesini?" tanyaku kemudian kasian juga jika Aku diamkan dia.
"Dik apa yang kamu ucapkan, sadar lah Aku suamimu Mas kesini ya mau jenguk kamu." sentak Mas Ridho sepertinya dari raut wajahnya dia tidak suka Aku bertanya begitu.
"Mas kesini mau minta maaf atas kesalahan Dini kemarin!" ucap Mas Ridho dengan menunduk kemudian ingin menarik tanganku namun tak jadi kala Aku menarik tanganku.
"Kenapa Mas baru datang sekarang, tau kah Mas betapa hancurnya diriku setelah tahu bahwa anakku tidak bisa di selamatkan, itu semua karena adikmu dan sekarang apa dia bahkan tidak berani untuk datang kesini!" jawabku berapi - api.
"Pergilah Mas Aku hanya ingin sendiri dulu!" ucapku lagi sakit sekali hatiku jika melihat wajah Mqs Ridho yang hanya bisa menunduk setelah mengetahui calon anaknya tidak bisa di selamatkan kemudian mengalihkan pandangan, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Mas Ridho langsung keluar dari ruang rawatku.
"Apakah dia bisa disebut dengan calon ayah!" batinku sambil memandang pungung Mas Ridho.
"Apa yang dia lakukan di sini Mir?" tak lama setelah Mas Ridho keluar Papa masuk.
"Tidak ada Pah katanya hanya ingin mengjengukku saja," jawabku.
"Ya sudah makan lah dulu Mir Kamu harus cepat sehat ya!" perintah Mama penuh kasih sayang.
Aku pun makan disuapi oleh Mama, beruntung sekali diriku mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang padaku yang selalu ada di semua keadaan anaknya yang selalu siap membantu.
Setelah tiga hari dirawat Aku pun Sudah di perbolehkan untuk pulang, Aku berencana ingin pulang ke rumah Mama tapi ke rumahku dulu untuk mengambil beberapa baju.
Kurang lebih setengah jam kemudian kami pun sampai di rumahku, rumahnya sepi sepertinya tidak ada orang. Namun Aku salah saat kaki ini memasuki ruang tamu terdengar tawa seseorang diruang makan. Siapa di rumahku kenapa ramai sekali.
"Enak ya bisa senang-senang di rumah orang!" ucapku langsung menghentikan tawa ketiga orang yang berada dimeja makan.
"Eh mbak sudah pulang, sini duduk di sini ada yang ingin Aku bicarakan." perintah Sarah kenapa wanita ini masih di sini Apa dia betah di rumahku.
"Kenapa mereka masih di sini Mas?" tanyaku ke Mas Ridho.
"Dik beri waktu semalam lagi kami di sini ya Mas janji besok pagi-pagi sekali Mas akan bawa pergi Sarah Dan Dini!"
" Tidak Aku beri kalian waktu sampai jam tiga sore kalo kalian belum pergi juga Aku akan telfon polisi." ancamku dan dapat Aku pastikan kalo ancamanku berhasil kemudian Aku pun berjalan menuju ke kamar.
"Oh iya Mas di mana Siti?" tanyaku sebelum masuk ke kamar Aku ingin dia membantuku."Emm Siti sudah pulang kampung dik mas yang suruh!" ucapnya Aku pun berjalan ke arah Mas Ridho."Kenapa Mas suruh pulang hah, Kan Aku yang membayar Siti Mas?" tanyaku berapi-api, sudah berapa banyak masalah yang Mas Ridho ciptakan di rumahku ini selama Aku tidak ada."Mas rasa sudah tidak memerlukan Siti lagi Dik! " jawabnya tanpa rasa bersalah."Oh iya benar Kita sudah tidak membutuhkan Siti Mas soal membersihkan Rumah biar itu jadi tugas istri barumu!" jawabku dapat aku lihat dari ekor mataku wanita yang sedang dibicarakan mukanya langsung memerah.Salah siapa Dia memulangkan Siti, kemudian Aku masuk ke dalam kamar. Lelah sekali sekarang tidak ada yang perlu Aku pertahankan lagi dalam pernikahan ini.Aku adalah salah satu wanita yang menentang poligami, kalo seorang laki-laki sudah berani selingkuh berarti Dia sudah siap kehilangan kita.
Tak terasa sudah dua hari lamanya Aku di rumah Mama dan selama dua hari Mas Ridho tidak datang kesini pergi kemana ya Mas Ridho aah apa peduliku hari ini Aku berencana ingin pergi ke kedai cabang. "pagi Pah Mah!" sapaku ketika Aku sampai dimeja makan. "Pagi juga Kamu mau kemana Mir sudah rapih aja?" tanya Mama. "Mau ke kedai cabang Mah sudah lama Aku tidak kesana emm minggu ini juga belum ada laporan keuangan!" jawabku. "Mama ikut ya hari ini Papamu juga lumayan padat kerjaannya pasti pulang malam dari pada Mqma di rumah kesepian sendiri mending ikut Kamu!" akhirnya Aku pun mengiyakan. Setelah selesai sarapan kami pun langsung menuju ke kedai jam sebelas siang kami baru sampai di kedai namun betapa terkejutnya Aku sesampainya di sini. Bagaimana tidak ternyata selama ini Mas Ridho dan gudiknya tinggal di kedai cabang, pantas saja uang minggu ini belum dilaporkan karena sudah dapat di pastikan Mas Ridho melarang
"Mas Ridho sedang apa di sini?" tanyaku sedikit ada rasa bersalah walau pertemuan dengan Romi tidak di sengaja. "Aku tadi curiga sama Kamu kenapa keluar sendiri jadi ya Mas ngikuti Kamu ternyata ini yang kamu lakukan di belakang Mas!" ucapnya dengan pandangan menyelidik. "Hemmm jangan samakan Aku denganmu Mas Aku ketemu Romi tidak sengaja tadi di sini sedangkan Romi ada pekerjaan di daerah sini!" jawabku setenang mungkin. "Benarkah yang kamu ucapkan itu Dik atau jangan-jangan Kamu ada main dengan Dia. haha iyaa Kamu minta pisah dari Mas karena laki-laki tadi kan dik?" Plaaakk.. Tanganku mendarat manis dipipi Mas Ridho maaf Mas bukan Aku tak menghormatimu lagi tapi hatiku terlalu sakit harga diriku kau injak-injak sekali. "Jangan mengkambing hitamkan orang dalam masalah kita Mas Aku minta pisah dari kamu ya murni itu karena ke salahanmu Aku terlalu sakit jika untuk bertahan lagi pula sekarang sudah ada peng
"Mira!" panggilan Mama mengejutkan ku yang sedang melamun melihat kendaraan lalu lalang. "Ehh Mama bikin kaget saja sudah ma?" Aku pun bertanya ke Mama. "Sudah apa Kita akan pulang sekarang?" tanya Mama. "Belum Ma Aku harus memastikan Mas Ridho keluar dari kedai ini Ma!" jawabku Mama pun mengerti yang Aku mangsud. "Oh iyaa biar Mama yang ngecek mereka sudah selesai belum bere-beresnya Kamu tunggu di sini saja ya Mir!" ucap Mama Aku pun mengangguk. Tak lama kemudian Mama kembali dengam dua orang di belakangnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun Mas Ridho langsung pergi mengendarai sepeda motornya. "Sudah sekarang pulang udah sore juga takut kemalaman sampai rumahnya Mir!" saran Mama Aku pun mengiyakan dan langsung berdiri. "Sudah mau pulang ya tante?" seseorang yang baru masuk ke kedai bertanya. "Eh iya Rom takut ke malaman sampai rumahnya Kamu sedang apa di sini?" tanya Mama
"Mir Papa tadi sudah hubungi Om Hendra kalo besok Dia tidak ada waktu kalo bisa malam ini kita ketemunya gimana menurut kamu?" tanya Papa ketika sudah selesai makan malam. "Boleh Pa sekarang Mira ganti baju dulu ya Pa!" pamitku kemudian meninggalakan meja makan. Tiga puluh menit kemudian aku dan papa sudah sampai di kedai kopi yang cukup terkenal di sini Papa katanya ingin ke kamar mandi jadi aku pesan kopi dulu dan mencari meja sepertinya Om Hendra belum sampai. "Loh Mira kok di sini apa kabar?" saat baru saja duduk dikursi ada seseorang yang bertanya ternyata itu Rion teman Mas Ridho ya aku tau karena dulu pernah bertemu dengannya dan istrinya waktu makan malam bersamaMas Ridho. "Eh Rion baik, iya mau ketemu sama teman Papa Kamu di sini juga mana istrimu?" tanyaku berbasa-basi. "Dia tidak ikut kebetulan Aku mau ketemu Ridho di sini!" jawabnya kok bisa kebetulan ketemuannya di sini. "Eh Aku samperin Ridho dulu ya
Pagi ini sama seperti hari-hari yang lalu Aku berencana ingin ke rumah sudah lama tidak di tempati pasti sangat kotor dengan membawa satu ART dari rumah Mama untuk bantu-bantu beberes nanti karena recananya besok yang ingin membeli rumah ingin melihat-lihat dulu.Kurang lebih setengah jam Aku sudah sampai di rumah setelah membereskan barang-barang yang tertinggal di rumah ini dan melepas foto di dinding Aku pun pulang.Ting...Gawai yang ada di dalam tas berbunyi Aku pun mengeluarkan di layar terpapang nama Om Hendra.(Hari ini Om mendaftarkan perceraianmu mungkin besok atau lusa sudah sidang pertama!) itu pesan yang di kirim Om Hendra Hmm cepat juga Om Hendra menyelesaikannya."Baik Om terimakasih!" balasku.(Itu sudah menjadi tugas Saya Mira ) tulis Om Hendra Aku pun tak membalasnya lagi."Mbak tolong barangnya langsung masukan ke kamarku ya!" perintahku ke ART."Mira kalo urusanmu dengan p
"Baiklah jika Kamu memang tidak ada acara!" jawabku kemudian melanjutkan makan siang yang tertunda."Aku turut prihatin dengan masalah keluargamu ya Mir!" ucapnya dengan menepuk pundakku."Nanti malam ke rumahku ya!" ucap Sinta."Aku ngga janji ya Sin!" jawabku."Pokoknya kamu harus datang Kakakku sedang pulang sekarang jadi Mama mengundang keluargamu untuk makan malam!" ucapnya dengan tersenyum."Iyaa nanti Aku datang!" jawabku kemudian, sudah lama juga tidak ketemu tante Ela."Nah gitu dong, kalo gitu Aku pulang dulu ya udah sore juga, taku dimarahi Mama anak gadis pulang malam!" pamit Sinta Aku pun mengantarnya sampai depan pintu."Oke-oke hati-hati ya Sin bay!" ucapku melambaikan tangan setelah kepergian Sinta Aku pun masuk ke dalam kamar.Malam ini pukul setengah tujuh kami berangkat ke rumah Sinta tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut hangat oleh keluarga Sinta.
Jam sepuluh pagi Aku dan Papa masuk ke ruang meeting di sana sudah ada beberapa rekan kerja Papa saat kami datang semuanya langsung berdiri.Papa pun mengenalkanku sebagai pewaris perusahaan ini dan semua menyambut dengan baik kedatanganku.Dreett... Dreee...Ponsel yang Aku taruh di dalam tas berbunyi setelah keluar dari ruang meeting Aku pun langsung mengakatnya."Hallo ada apa, hah kok bisa?" yang menelfon adalah Anton Dia mengabarkan kabar yang sangat buruk kalo kedai cabang terbakar.Aku pun langsung lari ke ruangan Papa bilang kalo Aku harus ke kedai Papa pun membolehkan tapi Papa tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan."Bagaimana bisa begini apa tidak ada yang jaga malam tadi?" tanyaku saat baru sampai di kedai meski yang terbakar tidak semua namun kerugian cukup besar."Pak Yusuf di temukan pingsan Bu di depan pintu masuk! " jawab Anton sambil menunjuk ke arah yang digaris polisi."A