Share

Part 3 kehilangan

"Mbaa..ma..maaf tadi..!" His ini Sarah mau ngomong apa sih sebenarnya dari tadi cuma Mba Mba aja ngga jelas. Aku pun terus melangkahkan kaki dan sekarang Aku tepat berada di depan Sarah dapat Aku melihat dari tatapan matanya Dia takut. Apa yang Sarah takutkan apa Sarah takut padaku.

 

"Kenapa kamu ke sini lagi?" hardikku kepada Sarah dan Aku lihat Dia memberanikan diri melihat ke arahku.

 

"Ini kan rumah Mas Ridho Mba dan Aku istrinya Mas Ridho jadi ya Aku ikut di mana suamiku tinggal!" Waw dengan percaya dirinya Sarah bilang ini Rumah Mas Ridho apa Aku tidak salah dengar.

 

Aku pun mengalihkan pandangan ke arah Mas Ridho yang sedang duduk dan salah tingkah di sofa sana.

 

"Mas pergilah bawa gudikmu ini pergi dari rumahku!" perintahku ke Mas Ridho kulihat Mas Ridho terkejut.

 

"Dik apa tak bisa kita hidup rukun bertiga di rumah ini?" tanya mas Ridho. Hah apa lagi ini suamiku ini sedang melawak atau gimana hidup bertiga dan hidup rukun.

 

"Hahahaha jangan mimpi kamu mas!" jawabku dengan tegas Mas Ridho langsung berdiri dan menghampiriku. Tangannya bersiap ingin menamparku.

 

"Jangan sentuh anakku!" terdengar teriakan dari arah depan dan itu Papa yang datang. Papa pun langsung menghampiri mas Ridho dan.

 

Plaakk...

Papa menampar mas Ridho.

 

"Jadi di mana wanita yang sudah merubah sifatmu yang dulu baik dan selalu menjaga Mira dan sekarang beraninya kamu ingin menampar putriku?" tanya Papa dengan murka. Kemana Sarah tadi masih berdiri di depan pintu. 

 

Dan tak lama terdengar derap langkah dari arah dapur ternyata itu Sarah lancang sekali Dia, yang punya rumah saja diruang tamu dia nyelonong masuk.

 

"Pak Angga Bu Nia!" ucap Sarah terkejut. Aku lihat Papa dan Mama pun sama terkejutnya. Siapa sebenarnya Sarah kenapa mengenal Papa dan Mama.

 

"Mbak Sarah kok di sini!" Tiba-tiba terdengar suara Dini Adik Mas Ridho dari depan, sejak kapan Dia di sini. 

 

"Ohh Aku tau jadi Mba Mira sudah tau ya hihi bagus lah, makanya Mba jadi perempuan itu pengertian sama suami jadi ngga direbut sama perempuan lain!" ucapnya tanpa ada raut bersalah. Padahal Dia juga perempuan apa Dia tidak bisa mengerti perasaanku sedikit saja. Dini memang terkenal bermulut pedas sama seperti Ibu Mertua. 

 

Plaaakkk...

"jaga bicaramu ya Din Aku ini Mbakmu kamu juga seorang perempuan seharusnya bisa mengerti perasaan Mbak saat ini" tanpa Aku sadari tangan ini mendarat manis di pipi Dini, Dini pun langsung mengusap pipinya dan memandangku dengan tatapan ingin menelanku hidup-hidup.

 

Mama mengusap - usap punggungku dan berbicara agar Aku tenang kasian calon bayiku benar juga yang Mama bilang. 

 

Aduhh...

"kamu apa-apa an Dini ahh sakit!" Dini tiba-tiba mendorong ku karena Aku yang tidak tahu apa-apa jadi jatuh terduduk di lantai Perutku sakit sekali, Mama yang posisinya paling dekat denganku langsung menghampiriku. 

 

"Ya allah Mira ayo Pah bawa Mira ke rumah sakit lihat ada darah yang keluar takut terjadi apa-apa sama Mira Pah, Awas kamu yaa kalau sampai Mira dan calon anaknya kenapa - napa!" masih sempat kudengar Mama berbicara, karena rasa sakit yang luar biasa Aku pun tak sadarkan diri. 

 

Samar terdengar seperti ada orang yang sedang menangis dan mengusap tanganku Aku pun membuka mata indra penciumanku langsung mencium bau obat-obat an. 

 

"Mama." panggilku dengan suara lirih. 

 

"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang,  Mama panggilkan dokter dulu ya," tak lama kemudian datang dokter dan satu perawat menanyakan apa saja yang Aku rasakan. Selesai pemeriksaan dokter dan perawat itu pun pergi. 

 

"Ma anakku tidak kenapa - napa kan?" Aku pun bertanya kepada Mama. Mama malah menunduk membuat perasaanku tak enak. 

 

"Sabar ya sayang kamu harus ikhlas,  anakmu tidak selamat nak!" ucap Mama sambil terisak,  Aku pun menangis sejadi - jadinya, kenapa allah memberiku cobaan yang begitu berat belum selesai masalah Mas Ridho sekarang Aku harus kehilangan calon anakku. 

 

"Ma Mira sudah sadar?" terdengar suara Papa menanyakan kemudian terdengar derap langkah mendekati ranjang. Sebuah tangan mengusap kepalaku Aku pun mendongakkan kepala.

 

"Cepat sembuh sayang kita harus membalaskan dendam kepada keluarga yang tidak tahu diri itu!" ucap papa dengan nada tertahan Aku tahu beliau pasti sangat marah mengetahui putri satu-satunya disakiti. 

 

Aku pun menganguk semangat kemudian tersenyum. Benar apa yang dikatakan Papa Aku harus cepat sembuh akan Aku buat keluarga mereka menangis darah. 

 

"Ya sudah Papa sama Mama mau keluar sebentar ya mau cari makan malam!" Pamit papa Aku pun mengiyakan. 

Krieeett..

Tak lama setelah Papa dan Mama keluar terdengar ada seseorang yang membuka pintu,  Aku pun melirik ke arah pintu. Ouhh ternyata yang datang Mas Ridho kemana saja suamiku ini kenapa sekarang baru datang. 

"Dik bangun lah Mas ingin bicara,  Mas tahu kamu sudah sadar!" ucap Mas Ridho dengan suara serak Hmmm apakah Mas Ridho habis menangis batinku.  

"Mau apa kamu kesini?" tanyaku kemudian kasian juga jika Aku diamkan dia.

"Dik apa yang kamu ucapkan, sadar lah Aku suamimu Mas kesini ya mau jenguk kamu." sentak Mas Ridho sepertinya dari raut wajahnya dia tidak suka Aku bertanya begitu. 

"Mas kesini mau minta maaf atas kesalahan Dini kemarin!" ucap Mas Ridho dengan menunduk kemudian ingin menarik tanganku namun tak jadi kala Aku menarik tanganku. 

"Kenapa Mas baru datang sekarang,  tau kah Mas betapa hancurnya diriku setelah tahu bahwa anakku tidak bisa di selamatkan, itu semua karena adikmu dan sekarang apa dia bahkan tidak berani untuk datang kesini!" jawabku berapi - api. 

"Pergilah Mas Aku hanya ingin sendiri dulu!" ucapku lagi sakit sekali hatiku jika melihat wajah Mqs Ridho yang hanya bisa menunduk setelah mengetahui calon anaknya tidak bisa di selamatkan kemudian mengalihkan pandangan, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Mas Ridho langsung keluar dari ruang rawatku. 

"Apakah dia bisa disebut dengan calon ayah!" batinku sambil memandang pungung Mas Ridho. 

"Apa yang dia lakukan di sini Mir?" tak lama setelah Mas Ridho keluar Papa masuk.

"Tidak ada Pah katanya hanya ingin mengjengukku saja," jawabku. 

"Ya sudah makan lah dulu Mir Kamu harus cepat sehat ya!" perintah Mama penuh kasih sayang. 

Aku pun makan disuapi oleh Mama, beruntung sekali diriku mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang padaku yang selalu ada di semua keadaan anaknya yang selalu siap membantu.

Setelah tiga hari  dirawat Aku pun Sudah di perbolehkan untuk pulang, Aku berencana ingin pulang ke rumah Mama tapi ke rumahku dulu untuk mengambil beberapa baju. 

Kurang lebih setengah jam kemudian kami pun sampai di rumahku, rumahnya sepi sepertinya tidak ada orang.  Namun Aku salah saat kaki ini memasuki ruang tamu terdengar tawa seseorang diruang makan.  Siapa di rumahku kenapa ramai sekali.

"Enak ya bisa senang-senang di rumah orang!" ucapku langsung menghentikan tawa ketiga orang yang berada dimeja makan.

"Eh mbak sudah pulang, sini duduk di sini ada yang ingin Aku bicarakan." perintah Sarah kenapa wanita ini masih di sini Apa dia betah di rumahku. 

"Kenapa mereka masih di sini Mas?" tanyaku ke Mas Ridho. 

"Dik beri waktu semalam lagi kami di sini ya Mas janji besok pagi-pagi  sekali Mas akan bawa pergi Sarah Dan Dini!"

" Tidak Aku beri kalian waktu sampai jam tiga sore kalo kalian belum pergi juga Aku akan telfon polisi." ancamku dan dapat Aku pastikan kalo ancamanku berhasil kemudian Aku pun berjalan menuju ke kamar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status