"Oh iya Mas di mana Siti?" tanyaku sebelum masuk ke kamar Aku ingin dia membantuku.
"Emm Siti sudah pulang kampung dik mas yang suruh!" ucapnya Aku pun berjalan ke arah Mas Ridho.
"Kenapa Mas suruh pulang hah, Kan Aku yang membayar Siti Mas?" tanyaku berapi-api, sudah berapa banyak masalah yang Mas Ridho ciptakan di rumahku ini selama Aku tidak ada.
"Mas rasa sudah tidak memerlukan Siti lagi Dik! " jawabnya tanpa rasa bersalah.
"Oh iya benar Kita sudah tidak membutuhkan Siti Mas soal membersihkan Rumah biar itu jadi tugas istri barumu!" jawabku dapat aku lihat dari ekor mataku wanita yang sedang dibicarakan mukanya langsung memerah.
Salah siapa Dia memulangkan Siti, kemudian Aku masuk ke dalam kamar. Lelah sekali sekarang tidak ada yang perlu Aku pertahankan lagi dalam pernikahan ini.
Aku adalah salah satu wanita yang menentang poligami, kalo seorang laki-laki sudah berani selingkuh berarti Dia sudah siap kehilangan kita.
Sebaiknya nanti Aku bicarakan lagi dengan Papa, Papa pasti punya kenalan pengacara hebat karena Aku tidak mau harta yang Aku bawa sebelum menikah Mas Rihdo menikmatinya biarkan saja mereka memulai semuanya dari awal.
Membuka lemari mengambil beberapa lembar baju tak lupa juga semua yang Aku butuhkan Aku masukan ke dalam koper.
Setelah selesai beberes baju, ku lihat jam di dinding sudah menunjukan jam setengah tiga sore Aku pun memutuskan untuk keluar kamar. Pemandangan pertama yang Aku lihat adalah ruang makan yang berantakan dan tempat cuci piring penuh dengan piring kotor ya ampun apa saja yang mereka lalukan di rumah, tidak bisakah mencuci piring bekas mereka pakai sendiri.
"SARAH..." teriakku penuh emosi dan mengedor pintu kamar yang ditepati Sarah tak lama kemudian pintu yang tertutup sekarang terbuka menampakan wajah yang paling Aku tidak harapkan kedatangannya ini.
"Kenapa Mbak teriak-teriak Aku ngga tuli!" jawabnya.
"Kamu bisa lihat tidak hah, kamu ini numpang di sini jadi tolong lah kerja samanya Kamu yang makan jadi tolong bersihkan dapurku seperti semula sebelum kalian pergi!" ucapku kemudian berjalan ke ruang tamu, terdengar derap langkah menghampiriku ternyata itu Mas Ridho.
" Dik apa tidak bisa sampai besok Sarah di sini mau Mas bawa kemana Sarah dik, Mas tau kamu orang baik jadi ijinkan Sarah Di sini ya sampai Mas nemu kontrakan!" bujuk Mas Ridho.
Huuuff...
"Ya kamu tau itu Mas makanya kamu memanfaatkan kebaikanku, Aku tidak bisa membiarkan sampah tinggal di rumahku mas jadi silahkan bawa pergi Dia!" jawabku tanpa menoleh ke arah suamiku ini lebih tepatnya calon mantan suamiku.
Ting...
Gawai yang Aku taruh dimeja berbunyi, Aku pun langsung membuka pesan Papa yang mengirim pesan.
(Papa jemput sekarang ya Mir, Kamu siap-siap.) itulah pesan yang ditulis Papa.
"Sekarang kalian bertiga bereskan rumahku dulu sebelum kalian pergi, bentar lagi Papaku datang Aku tidak mau kalian di hajar oleh beliau!" Aku pun memperingatkan mereka bertiga mereka pun langsung berlari ke belakang ada yang mengambil sapu Ada yang mengambil kain lap.
"Mentang-mentang rumah Dia menyuruh Kita seenaknya sedangkan Dia sendiri tidak mau apa-apa!" Dini yang sedang mencuci piring sambil mengerutu.
"Tidak usah membicarakanku, Aku dengar Dini ini semua juga ulah kalian, andaikan saja kalian tidak memulangkan Siti "
"Dik!" panggil Mas Ridho saat Aku melihatnya Mas Ridho menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Wah... Wah... Wah... Sedang kau apakan mereka Mir?" terdengar seseorang masuk dari pintu depan dan langsung duduk di sampingku."Loh kok kamu yang datang, katanya Papa yang mau jemput!" tanyaku berbisik ya yang datang adalah Romi di mana Papa.
"Papa di sini Mir." Papa masuk dari pintu belakang.
"Kenapa dari belakang pah?" tanyaku karena bingung.
"Ngga apa-apa Mir hanya ingin melihat mereka benar tidak mereka kerjanya!" jawaban Papa membuat Aku Tertawa.
Setelah selesai beberes kami semua pun keluar termasuk tiga orang yang mukanya terlihat sangat lelah Aku pun memasukan koper ke bagasi mobil Papa, Aku melihat Mas Ridho memasuki mobil Kami.
"Kau tidak boleh memakai mobil ini lagi, sekarang berikan kuncinya!" Papa pun langsung merampas kunci yang di pengang Mas Ridho.
"Om lalu gimana dengan kami, apa kami akan di ajak satu mobil dengan kalian?" tanpa rasa malunya wanita itu bicara seenaknya saja mana mungkin Papa mau berbaik hati pada orang yang sudah menyakiti anaknya.
"Pergilah naik taksi masih banyak taksi dan jangan pernah temui anakku lagi!" kemudian papa masuk ke dalam mobil dan perlahan mobil yang ku tumpangi meninggalkan pekarangan rumah.
Kruuukk...
di tengah perjalanan perutku malah berbunyi ini memalukan Aku rasa pipiku sudah merah karena dari tadi Romi melihatku dengan senyum-senyum sendiri.
"Kamu lapar Mir?" tanya Papa Aku hanya bisa mengangguk ya saking sibuknya tadi sampai tidak sempat untuk makan siang, Papa pun langsung membelokkan mobilnya ke tempat makan.
Aku pun langsung memesan nasi dan lauk pauknya memakannya dengan lahap tanpa Aku sadari ada dua pasang mata yang melihatku dengan tatapan aneh Dia adalah Romi kenapa dengan Dia kenapa suka sekali melihatku diam-diam.
khemm..
"Kenapa kamu melihatku seperti itu Rom apa ada yang aneh denganku?" Romi pun seperti terkejut mendengar ucapanku Romi langsung salah tingkah dan mengambil minumnya.
"Apa sudah selesai kalian makannya kalo sudah ayo pulang Mama pasti sudah menunggumu Mir!" Aku pun langsung berdiri dan berjalan ke arah mobil.
Kurang lebih lima belas menit dalam perjalanan kami pun sampai di rumah Mama tapi seperti sedang ada tamu karena pintu depan terbuka Aku, papa Dan Romi langsung masuk dan betapa terkejutnya Aku orang yang duduk di sofa adalah Ibunya Mas Ridho sedang apa Ibu di sini apa dia membuat masalah baru.
"Akhirnya kalian sampai juga di mana anakku hah?" tanya ibu mertua.
"Coba kau telfon anakmu kenapa juga tanyakan padaku Bu! " jawabku, bukan Aku tak menghormati mertuaku tapi sifat Dia yang membuatku jadi seperti ini.
Kemudian ibu mertua pun mengeluarkan gawainya dan sepertinya menelfon Mas Ridho tidak lama setelah Dia menelfon langsung keluar dari rumah Mama tanpa pamit.
"Begitukah yang diajarkan pada anak-anaknya kalo mau pergi setelah bertamu tidak usah pamit kepada tuan rumah, huuuff ya ampun!" Aku pun menggeleng kan kepala melihat tingkah Ibu dari suamiku itu.
"Lebih baik sekarang Kita masuk tolong tutup pintunya Mir takut orang tadi kembali lagi hehe!" ucapan Papa membuat yang berada diruang tamu tertawa.
"Om Romi pamit pulang ya kalo ada perlu lagi jangan sungkan untuk hubungin Aku ya Om." Pamit Romi.
" Oh iya pasti Om akan butuh bantuanmu lagi Rom hati-hati di jalan ya!" jawab papa.
Setelah kepulangan Romi Aku pun masuk ke kamar, kamar yang tetap bersih dan tetap sama tempat ternyamanku.
Tak terasa sudah dua hari lamanya Aku di rumah Mama dan selama dua hari Mas Ridho tidak datang kesini pergi kemana ya Mas Ridho aah apa peduliku hari ini Aku berencana ingin pergi ke kedai cabang. "pagi Pah Mah!" sapaku ketika Aku sampai dimeja makan. "Pagi juga Kamu mau kemana Mir sudah rapih aja?" tanya Mama. "Mau ke kedai cabang Mah sudah lama Aku tidak kesana emm minggu ini juga belum ada laporan keuangan!" jawabku. "Mama ikut ya hari ini Papamu juga lumayan padat kerjaannya pasti pulang malam dari pada Mqma di rumah kesepian sendiri mending ikut Kamu!" akhirnya Aku pun mengiyakan. Setelah selesai sarapan kami pun langsung menuju ke kedai jam sebelas siang kami baru sampai di kedai namun betapa terkejutnya Aku sesampainya di sini. Bagaimana tidak ternyata selama ini Mas Ridho dan gudiknya tinggal di kedai cabang, pantas saja uang minggu ini belum dilaporkan karena sudah dapat di pastikan Mas Ridho melarang
"Mas Ridho sedang apa di sini?" tanyaku sedikit ada rasa bersalah walau pertemuan dengan Romi tidak di sengaja. "Aku tadi curiga sama Kamu kenapa keluar sendiri jadi ya Mas ngikuti Kamu ternyata ini yang kamu lakukan di belakang Mas!" ucapnya dengan pandangan menyelidik. "Hemmm jangan samakan Aku denganmu Mas Aku ketemu Romi tidak sengaja tadi di sini sedangkan Romi ada pekerjaan di daerah sini!" jawabku setenang mungkin. "Benarkah yang kamu ucapkan itu Dik atau jangan-jangan Kamu ada main dengan Dia. haha iyaa Kamu minta pisah dari Mas karena laki-laki tadi kan dik?" Plaaakk.. Tanganku mendarat manis dipipi Mas Ridho maaf Mas bukan Aku tak menghormatimu lagi tapi hatiku terlalu sakit harga diriku kau injak-injak sekali. "Jangan mengkambing hitamkan orang dalam masalah kita Mas Aku minta pisah dari kamu ya murni itu karena ke salahanmu Aku terlalu sakit jika untuk bertahan lagi pula sekarang sudah ada peng
"Mira!" panggilan Mama mengejutkan ku yang sedang melamun melihat kendaraan lalu lalang. "Ehh Mama bikin kaget saja sudah ma?" Aku pun bertanya ke Mama. "Sudah apa Kita akan pulang sekarang?" tanya Mama. "Belum Ma Aku harus memastikan Mas Ridho keluar dari kedai ini Ma!" jawabku Mama pun mengerti yang Aku mangsud. "Oh iyaa biar Mama yang ngecek mereka sudah selesai belum bere-beresnya Kamu tunggu di sini saja ya Mir!" ucap Mama Aku pun mengangguk. Tak lama kemudian Mama kembali dengam dua orang di belakangnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun Mas Ridho langsung pergi mengendarai sepeda motornya. "Sudah sekarang pulang udah sore juga takut kemalaman sampai rumahnya Mir!" saran Mama Aku pun mengiyakan dan langsung berdiri. "Sudah mau pulang ya tante?" seseorang yang baru masuk ke kedai bertanya. "Eh iya Rom takut ke malaman sampai rumahnya Kamu sedang apa di sini?" tanya Mama
"Mir Papa tadi sudah hubungi Om Hendra kalo besok Dia tidak ada waktu kalo bisa malam ini kita ketemunya gimana menurut kamu?" tanya Papa ketika sudah selesai makan malam. "Boleh Pa sekarang Mira ganti baju dulu ya Pa!" pamitku kemudian meninggalakan meja makan. Tiga puluh menit kemudian aku dan papa sudah sampai di kedai kopi yang cukup terkenal di sini Papa katanya ingin ke kamar mandi jadi aku pesan kopi dulu dan mencari meja sepertinya Om Hendra belum sampai. "Loh Mira kok di sini apa kabar?" saat baru saja duduk dikursi ada seseorang yang bertanya ternyata itu Rion teman Mas Ridho ya aku tau karena dulu pernah bertemu dengannya dan istrinya waktu makan malam bersamaMas Ridho. "Eh Rion baik, iya mau ketemu sama teman Papa Kamu di sini juga mana istrimu?" tanyaku berbasa-basi. "Dia tidak ikut kebetulan Aku mau ketemu Ridho di sini!" jawabnya kok bisa kebetulan ketemuannya di sini. "Eh Aku samperin Ridho dulu ya
Pagi ini sama seperti hari-hari yang lalu Aku berencana ingin ke rumah sudah lama tidak di tempati pasti sangat kotor dengan membawa satu ART dari rumah Mama untuk bantu-bantu beberes nanti karena recananya besok yang ingin membeli rumah ingin melihat-lihat dulu.Kurang lebih setengah jam Aku sudah sampai di rumah setelah membereskan barang-barang yang tertinggal di rumah ini dan melepas foto di dinding Aku pun pulang.Ting...Gawai yang ada di dalam tas berbunyi Aku pun mengeluarkan di layar terpapang nama Om Hendra.(Hari ini Om mendaftarkan perceraianmu mungkin besok atau lusa sudah sidang pertama!) itu pesan yang di kirim Om Hendra Hmm cepat juga Om Hendra menyelesaikannya."Baik Om terimakasih!" balasku.(Itu sudah menjadi tugas Saya Mira ) tulis Om Hendra Aku pun tak membalasnya lagi."Mbak tolong barangnya langsung masukan ke kamarku ya!" perintahku ke ART."Mira kalo urusanmu dengan p
"Baiklah jika Kamu memang tidak ada acara!" jawabku kemudian melanjutkan makan siang yang tertunda."Aku turut prihatin dengan masalah keluargamu ya Mir!" ucapnya dengan menepuk pundakku."Nanti malam ke rumahku ya!" ucap Sinta."Aku ngga janji ya Sin!" jawabku."Pokoknya kamu harus datang Kakakku sedang pulang sekarang jadi Mama mengundang keluargamu untuk makan malam!" ucapnya dengan tersenyum."Iyaa nanti Aku datang!" jawabku kemudian, sudah lama juga tidak ketemu tante Ela."Nah gitu dong, kalo gitu Aku pulang dulu ya udah sore juga, taku dimarahi Mama anak gadis pulang malam!" pamit Sinta Aku pun mengantarnya sampai depan pintu."Oke-oke hati-hati ya Sin bay!" ucapku melambaikan tangan setelah kepergian Sinta Aku pun masuk ke dalam kamar.Malam ini pukul setengah tujuh kami berangkat ke rumah Sinta tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut hangat oleh keluarga Sinta.
Jam sepuluh pagi Aku dan Papa masuk ke ruang meeting di sana sudah ada beberapa rekan kerja Papa saat kami datang semuanya langsung berdiri.Papa pun mengenalkanku sebagai pewaris perusahaan ini dan semua menyambut dengan baik kedatanganku.Dreett... Dreee...Ponsel yang Aku taruh di dalam tas berbunyi setelah keluar dari ruang meeting Aku pun langsung mengakatnya."Hallo ada apa, hah kok bisa?" yang menelfon adalah Anton Dia mengabarkan kabar yang sangat buruk kalo kedai cabang terbakar.Aku pun langsung lari ke ruangan Papa bilang kalo Aku harus ke kedai Papa pun membolehkan tapi Papa tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan."Bagaimana bisa begini apa tidak ada yang jaga malam tadi?" tanyaku saat baru sampai di kedai meski yang terbakar tidak semua namun kerugian cukup besar."Pak Yusuf di temukan pingsan Bu di depan pintu masuk! " jawab Anton sambil menunjuk ke arah yang digaris polisi."A
"Ayo lah Mas taruh Ibu di panti jompo saja Aku tidak mau mengurus Ibumu!" ucap Sarah pagi ini."Ayo lah Yang, Mas mohon kasian Ibu kalau nanti di taruh panti!" jawabku kenapa susah sekali menasehati Sarah ini.Ibuku memang terkena struk saat mengetahui usahaku bangkrut, sedangkan dini dia pergi ntah kemana katanya ingin bekerja untuk pengobatan ibu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya."Kamu kan istri mas untuk kali ini saja Mas minta Kamu rawat Ibu ya setelah Mas punya banyak uang Mas janji akan mencari perawat untuk Ibu," bujukku."Aku ngga mau Mas nanti apa kata tetangga kalo Aku ngurus Ibumu yang sakit-sakitan itu!" jawab Sarah dengan nada jijik."Kamu ngga perlu dengerin kata tetangga Sarah cukup dengerin kataku!" bentakku lama-lama Aku tidak kuat dengan sikap istriku ini dulu meski Mira punya segalanya tapi selalu menuruti SSemua kataku."Ya sudah Mas urus aja sendiri Aku ada janji sama teman jadi tidak