Share

Part 4 Pulang ke rumah

"Oh iya Mas di mana Siti?" tanyaku sebelum masuk ke kamar Aku ingin dia membantuku.

"Emm Siti sudah pulang kampung dik mas yang suruh!" ucapnya Aku pun berjalan ke arah Mas Ridho.

"Kenapa Mas suruh pulang hah, Kan Aku yang membayar Siti Mas?" tanyaku berapi-api, sudah berapa banyak masalah yang Mas Ridho ciptakan di rumahku ini selama Aku tidak ada. 

"Mas rasa sudah tidak memerlukan Siti lagi Dik! " jawabnya tanpa rasa bersalah.

"Oh iya benar Kita sudah tidak membutuhkan Siti Mas soal membersihkan Rumah biar itu jadi tugas istri barumu!" jawabku dapat aku lihat dari ekor mataku wanita yang sedang dibicarakan mukanya langsung memerah.

Salah siapa Dia memulangkan Siti, kemudian Aku masuk ke dalam kamar. Lelah sekali sekarang tidak ada yang perlu Aku pertahankan lagi dalam pernikahan ini.

Aku adalah salah satu wanita yang menentang poligami,  kalo seorang laki-laki sudah berani selingkuh berarti Dia sudah siap kehilangan kita. 

Sebaiknya nanti Aku bicarakan lagi dengan Papa, Papa pasti punya kenalan pengacara hebat karena Aku tidak mau harta yang Aku bawa sebelum menikah Mas Rihdo menikmatinya biarkan saja mereka memulai semuanya dari awal.

Membuka lemari mengambil beberapa lembar baju tak lupa juga semua yang Aku butuhkan Aku masukan ke dalam koper.

Setelah selesai beberes baju, ku lihat jam di dinding sudah menunjukan jam setengah tiga sore Aku pun memutuskan untuk keluar kamar. Pemandangan pertama yang Aku lihat adalah ruang makan yang berantakan dan tempat cuci piring penuh dengan piring kotor ya ampun apa saja yang mereka lalukan di rumah, tidak bisakah mencuci piring bekas mereka pakai sendiri.

"SARAH..." teriakku penuh emosi dan mengedor pintu kamar yang ditepati Sarah tak lama kemudian pintu yang tertutup sekarang terbuka menampakan wajah yang paling Aku tidak harapkan kedatangannya ini.

"Kenapa Mbak teriak-teriak Aku ngga tuli!" jawabnya.

"Kamu bisa lihat tidak hah, kamu ini numpang di sini jadi tolong lah kerja samanya Kamu yang makan jadi tolong bersihkan dapurku seperti semula sebelum kalian pergi!" ucapku kemudian berjalan ke ruang tamu, terdengar derap langkah menghampiriku ternyata itu Mas Ridho.

" Dik apa tidak bisa sampai besok Sarah di sini mau Mas bawa kemana Sarah dik, Mas tau kamu orang baik jadi ijinkan Sarah Di sini ya sampai Mas nemu kontrakan!" bujuk Mas Ridho.

Huuuff...

"Ya kamu tau itu Mas makanya kamu memanfaatkan kebaikanku, Aku tidak bisa membiarkan sampah tinggal di rumahku mas jadi silahkan bawa pergi Dia!" jawabku tanpa menoleh ke arah suamiku ini lebih tepatnya calon mantan suamiku.

Ting...

Gawai yang Aku taruh dimeja berbunyi, Aku pun langsung membuka pesan Papa yang mengirim pesan.

(Papa jemput sekarang ya Mir, Kamu siap-siap.) itulah pesan yang ditulis Papa. 

"Sekarang kalian bertiga bereskan rumahku dulu sebelum kalian pergi, bentar lagi Papaku datang Aku tidak mau kalian di hajar oleh beliau!" Aku pun memperingatkan mereka bertiga mereka pun langsung berlari ke belakang ada yang mengambil sapu Ada yang mengambil kain lap. 

"Mentang-mentang rumah Dia menyuruh Kita seenaknya sedangkan Dia sendiri tidak mau apa-apa!" Dini yang sedang mencuci piring sambil mengerutu. 

"Tidak usah membicarakanku, Aku dengar Dini ini semua juga ulah kalian, andaikan saja kalian tidak memulangkan Siti " 

"Dik!" panggil Mas Ridho saat Aku melihatnya Mas Ridho menggeleng - gelengkan kepalanya. 

"Wah... Wah... Wah... Sedang kau apakan mereka Mir?" terdengar seseorang masuk dari pintu depan dan langsung duduk di sampingku. 

"Loh kok kamu yang datang, katanya Papa yang mau jemput!" tanyaku berbisik ya yang datang adalah Romi di mana Papa. 

"Papa di sini Mir." Papa masuk dari pintu belakang. 

"Kenapa dari belakang pah?" tanyaku karena bingung.

"Ngga apa-apa Mir hanya ingin melihat mereka benar tidak mereka kerjanya!" jawaban Papa membuat Aku Tertawa. 

Setelah selesai beberes kami semua pun keluar termasuk tiga orang yang mukanya terlihat sangat lelah Aku pun memasukan koper ke bagasi mobil Papa, Aku melihat Mas Ridho memasuki mobil Kami.

"Kau tidak boleh memakai mobil ini lagi, sekarang berikan kuncinya!" Papa pun langsung merampas kunci yang di pengang Mas Ridho. 

"Om lalu gimana dengan kami, apa kami akan di ajak satu mobil dengan kalian?" tanpa rasa malunya wanita itu bicara seenaknya saja mana mungkin Papa mau berbaik hati pada orang yang sudah menyakiti anaknya.

"Pergilah naik taksi masih banyak taksi dan jangan pernah temui anakku lagi!" kemudian papa masuk ke dalam mobil dan perlahan mobil yang ku tumpangi meninggalkan pekarangan rumah.

Kruuukk...

di tengah perjalanan perutku malah berbunyi  ini memalukan Aku rasa pipiku sudah merah karena dari tadi Romi melihatku dengan senyum-senyum sendiri.

"Kamu lapar Mir?" tanya Papa Aku hanya bisa mengangguk ya saking sibuknya tadi sampai tidak sempat untuk makan siang, Papa pun langsung membelokkan mobilnya ke tempat makan.

Aku pun langsung memesan nasi dan lauk pauknya memakannya dengan lahap tanpa Aku sadari ada dua pasang mata yang melihatku dengan tatapan aneh Dia adalah Romi kenapa dengan Dia kenapa suka sekali melihatku diam-diam. 

khemm..

"Kenapa kamu melihatku seperti itu Rom apa ada yang aneh denganku?" Romi pun seperti terkejut mendengar ucapanku Romi langsung salah tingkah dan mengambil minumnya.

"Apa sudah selesai kalian makannya kalo sudah ayo pulang Mama pasti sudah menunggumu Mir!" Aku pun langsung berdiri dan berjalan ke arah mobil. 

Kurang lebih lima belas menit dalam perjalanan kami pun sampai di rumah Mama tapi seperti sedang ada tamu karena pintu depan terbuka Aku, papa Dan Romi langsung masuk dan betapa terkejutnya Aku orang yang duduk di sofa adalah Ibunya Mas Ridho sedang apa Ibu di sini apa dia membuat masalah baru.

"Akhirnya kalian sampai juga di mana anakku hah?" tanya ibu mertua.

"Coba kau telfon anakmu kenapa juga tanyakan padaku Bu! " jawabku,  bukan Aku tak menghormati mertuaku tapi sifat Dia yang membuatku jadi seperti ini.

Kemudian ibu mertua pun mengeluarkan gawainya dan sepertinya menelfon Mas Ridho tidak lama setelah Dia menelfon langsung keluar dari rumah Mama tanpa pamit.

"Begitukah yang diajarkan pada anak-anaknya kalo mau pergi setelah bertamu tidak usah pamit kepada tuan rumah, huuuff ya ampun!" Aku pun menggeleng kan kepala melihat tingkah Ibu dari suamiku itu.

"Lebih baik sekarang Kita masuk tolong tutup pintunya Mir takut orang tadi kembali lagi hehe!" ucapan Papa membuat yang berada diruang tamu tertawa.

"Om Romi pamit pulang ya kalo ada perlu lagi jangan sungkan untuk hubungin Aku ya Om." Pamit Romi.

" Oh iya pasti Om akan butuh bantuanmu lagi Rom hati-hati di jalan ya!" jawab papa. 

Setelah kepulangan Romi Aku pun masuk ke kamar, kamar yang tetap bersih dan tetap sama tempat ternyamanku. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status