Tak terasa sudah dua hari lamanya Aku di rumah Mama dan selama dua hari Mas Ridho tidak datang kesini pergi kemana ya Mas Ridho aah apa peduliku hari ini Aku berencana ingin pergi ke kedai cabang.
"pagi Pah Mah!" sapaku ketika Aku sampai dimeja makan.
"Pagi juga Kamu mau kemana Mir sudah rapih aja?" tanya Mama.
"Mau ke kedai cabang Mah sudah lama Aku tidak kesana emm minggu ini juga belum ada laporan keuangan!" jawabku.
"Mama ikut ya hari ini Papamu juga lumayan padat kerjaannya pasti pulang malam dari pada Mqma di rumah kesepian sendiri mending ikut Kamu!" akhirnya Aku pun mengiyakan.
Setelah selesai sarapan kami pun langsung menuju ke kedai jam sebelas siang kami baru sampai di kedai namun betapa terkejutnya Aku sesampainya di sini. Bagaimana tidak ternyata selama ini Mas Ridho dan gudiknya tinggal di kedai cabang, pantas saja uang minggu ini belum dilaporkan karena sudah dapat di pastikan Mas Ridho melarangnya dengan perasaan campur aduk Aku pun langsung menghampiri Sarah yang sedang duduk sambil tertawa dengan beberapa teman-temannya.
"Oh ternyata Kamu di sini, di mana kau sembunyikan suamiku hah sampai dua hari ini tidak pulang!" tanyaku ke Sarah mukanya langsung memerah dan temannya pun langsung memandang ke arah sarah dengan tatapan bingung.
"Mangsud Mba apa yah tanya suami Mbak kok ke Saya ya mana Saya tau." jawab Sarah oh jadi para teman Sarah ini belum mengetahui kalo dia ini pelakor eemm mungkin memberi sedikit senam jantungnya menyenangkan.
Aku pun langsung mengeluarkan gawaiku.
"Ini Kamu kan dan ini suamiku jangan pura-pura tidak tahu Kamu!" ucapku sambil melihatkan gawaiku tepat di depan wajah Sarah dan sedikit Aku miringkan agar teman yang di sebelahnya juga dapat melihat.
"Loh iyaa ini kan si Ridho katanya suami kamu kan Dia pernah bilang waktu ketemu kita sudah cerai dari istri pertamanya kan Rah kamu ingat waktu itu kan?" ucap teman yang duduk tepat disamping.
"Ada apa ini kenapa ribut-ribut di sini?" suara bariton datang dari arah belakangku karena Aku membelakanginya pasti dia tidak tau kalo Aku ke sini ya Da Mas Ridho bisa tepat sekali dia datang ke sini sekarang.
"Nah ini orangnya tanya saja langsung!" ucap teman yang duduk di depan Sarah.
"Ehh kok jadi Saya sebenarnya ada masalah apa ini yank?" tanya Mas Ridho ke Sarah. Sarah pun langsung melotot, ini sepertinya waktu yang tepat Aku pun langsung berbalik dan Aku melihat wajah Mas Ridho memucat sepertinya suamiku ini sangat terkejut.
"Dii..Dik Ka..Kamu di sini se..sejak kapan?" tanyanya.
"Sejak kapan kamu jadi gagap seperti ini Mas Aku baru sampai tadi ada yang ingin Aku tanyakan Mas Apa benar kamu mengaku sudah cerai denganku kepada mereka huu... huu..hu..!" Sepertinya aktingku kali ini berhasil Aku melihat dari ekor mata para sahabat Sarah mulai berbisik.
"Masa iya sih teman kita pelakor!"
"Ihh jangan dekat-dekat lah nanti suami kita diambil lagi iih amit-amit "
"Masa sih dia selama ini sangat menjaga harga dirinya kan setelah ditinggal suami pertamanya!"
Begitulah bisik-bisik yang dapat Aku dengar dari para sahabat Sarah ini.
"Dik akan Mas jelaskan tapi tidak di sini, sudah jangan nangis malu Dik para pelangan sudah pada lihatin Kita!" bisik Mas Ridho sambil menuntunku masuk keruangan yang ada di dalam semacam kamar.
"Lepas Mas!" ucapku kemudian menepis tangan Mas Ridho yang masih di pundakku.
"Sekarang Aku tanya apa benar yang di ucapkan tadi di luar kalo kamu bilang sudah cerai dari istrimu?" Aku pun langsung mencecarnya dengan banyak pertanyaan Huuff menyebalkan yang ditanya hanya diam saja.
"Dik sebenarnya waktu itu Mas terpaksa bilang seperti itu Mas hanya dipaksa untuk bilang sudah cerai darimu oleh Sarah karena dia tidak mau teman - temannya menjauh darinya!" jelasnya.
"Mas Kamu tahu dengan sikapmu yang sekarang Aku tidak suka Kamu berbohong ke semua orang apa Kamu pernah dengar istilah sepandai-pandainya tupai melompat pasti terjatuh juga?" tanyaku.
"Aku kecewa padamu Mas " lanjutku lagi kemudian meninggalkan Mas Ridho di ruangan tadi.
"Iya Mas tahu kalo ini salah mas minta maaf Mir, Mas akan lakukan apa pun untuk menebus kesalahan Mas""Apa pun itu Mas?" tanyaku memastikan dan Mas Ridho mengangguk.
"Ceraikan Aku Mas sudah tidak ada lagi yang perlu di pertahankan di pernikahan kita ini!" ucapku lantang.
"Apa yang Kamu bilang tadi Dik, kalau itu Mas tidak mau dan tidak akan pernah aaahhh Miraaa!" jawabnya dengan muka memerah kemudian meremas rambutnya.
"Dan Aku minta tolong juga tinggalkan kedaiku hari ini juga Mas jangan jadikan tempat ini sebagai tempat persembuyianmu!"
Aku pun keluar di tempat tadi sudah tidak ada lagi Sarah dan teman-temannya mungkin sudah pulang. Aku pun berjalan menuju ke kasir di sana sudah ada Mama yang sedang mengintrogasi pegawai kasir jadi Aku tidak perlu lagi biar nanti Aku tanyakan saja ke Mama.
Aku pun berjalan menuju ke dapur dan para pekerja langsung menunduk saat Aku sampai.
"Tolong buatkan Saya makan siang ya dua porsi dan antarkan ke meja di pojok jika sudah jadi terimakasih!" ucapku kemudian Aku pun berjalan ke meja yang tadi aku tunjuk setelah kurang lebih lima belas menit Mama berjalan ke arahku.
"bagaimana Mir urusanmu dengan Ridho?" tanya mama.
"Huff belum selesai Ma Dia belum setuju kalo Aku minta pisah!" jawabku ke Mama, dari raut wajah mama beliau terkejut ya memang rencana ini Aku belum memberi tahu siapa pun termasuk Mama.
"Mama hanya bisa mendukung jika itu yang terbaik untukmu Mir!" jawab Mama sambil tersenyum.
Tak lama kemudian pegawai pun mengantarkan kami makan siang Aku pun mengehentikan percakapanku dengan Mama kemudian makan.
Setelah selesai makan siang Aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman karena kebetulan kedai ku dekat dengan taman kanak-kanak. Mama tidak mau ikut katanya ingin bertemu dengan seseorang.
Aku pun duduk di bangku taman melihat anak-anak berlarian kesana kemari mereka telihat bahagia sekali.
"Jangan melamun sendiri nanti ada setan bagaimana?" suara itu lagi.
"Kamu kok bisa di sini apa kamu ngiikuti Aku yaa?" tanyaku.
"Jangan salah paham Aku ada kerjaan di daerah sini dan tadi Aku habis makan siang melihat kamu berjalan sendiri, jadi Aku ikutin!" pipiku kurasa sudah memerah Aku salah.
"kenapa pipimu merah?" tanyanya.
"Hah kamu bilang apa benarkah pipiku merah haha mungkin ini make up!" jawabku sekenanya.
"Ah sudah lah tidak udah dibahas mending sekarang kita makan cilok sepertinya enak lihat itu anak-anak sedang berkumpul di tempat cilok!" sarannya ya benar dari pada berada diposisi seperti ini mending kita makan saja.
"Boleh!" jawabku
"Oke tunggu sini ya biar Aku yang pesankan!" setelah berucap begitu Romi pun langsung berjalan menuju ke penjual cilok.
"Bagus ya Dik, Suami Kamu biarkan kebingungan dalam masalah sedangkan kamu enak-enakkan berduaan dengan pria lain!"
Deg...
Itu suara Mas Ridho.
"Mas Ridho sedang apa di sini?" tanyaku sedikit ada rasa bersalah walau pertemuan dengan Romi tidak di sengaja. "Aku tadi curiga sama Kamu kenapa keluar sendiri jadi ya Mas ngikuti Kamu ternyata ini yang kamu lakukan di belakang Mas!" ucapnya dengan pandangan menyelidik. "Hemmm jangan samakan Aku denganmu Mas Aku ketemu Romi tidak sengaja tadi di sini sedangkan Romi ada pekerjaan di daerah sini!" jawabku setenang mungkin. "Benarkah yang kamu ucapkan itu Dik atau jangan-jangan Kamu ada main dengan Dia. haha iyaa Kamu minta pisah dari Mas karena laki-laki tadi kan dik?" Plaaakk.. Tanganku mendarat manis dipipi Mas Ridho maaf Mas bukan Aku tak menghormatimu lagi tapi hatiku terlalu sakit harga diriku kau injak-injak sekali. "Jangan mengkambing hitamkan orang dalam masalah kita Mas Aku minta pisah dari kamu ya murni itu karena ke salahanmu Aku terlalu sakit jika untuk bertahan lagi pula sekarang sudah ada peng
"Mira!" panggilan Mama mengejutkan ku yang sedang melamun melihat kendaraan lalu lalang. "Ehh Mama bikin kaget saja sudah ma?" Aku pun bertanya ke Mama. "Sudah apa Kita akan pulang sekarang?" tanya Mama. "Belum Ma Aku harus memastikan Mas Ridho keluar dari kedai ini Ma!" jawabku Mama pun mengerti yang Aku mangsud. "Oh iyaa biar Mama yang ngecek mereka sudah selesai belum bere-beresnya Kamu tunggu di sini saja ya Mir!" ucap Mama Aku pun mengangguk. Tak lama kemudian Mama kembali dengam dua orang di belakangnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun Mas Ridho langsung pergi mengendarai sepeda motornya. "Sudah sekarang pulang udah sore juga takut kemalaman sampai rumahnya Mir!" saran Mama Aku pun mengiyakan dan langsung berdiri. "Sudah mau pulang ya tante?" seseorang yang baru masuk ke kedai bertanya. "Eh iya Rom takut ke malaman sampai rumahnya Kamu sedang apa di sini?" tanya Mama
"Mir Papa tadi sudah hubungi Om Hendra kalo besok Dia tidak ada waktu kalo bisa malam ini kita ketemunya gimana menurut kamu?" tanya Papa ketika sudah selesai makan malam. "Boleh Pa sekarang Mira ganti baju dulu ya Pa!" pamitku kemudian meninggalakan meja makan. Tiga puluh menit kemudian aku dan papa sudah sampai di kedai kopi yang cukup terkenal di sini Papa katanya ingin ke kamar mandi jadi aku pesan kopi dulu dan mencari meja sepertinya Om Hendra belum sampai. "Loh Mira kok di sini apa kabar?" saat baru saja duduk dikursi ada seseorang yang bertanya ternyata itu Rion teman Mas Ridho ya aku tau karena dulu pernah bertemu dengannya dan istrinya waktu makan malam bersamaMas Ridho. "Eh Rion baik, iya mau ketemu sama teman Papa Kamu di sini juga mana istrimu?" tanyaku berbasa-basi. "Dia tidak ikut kebetulan Aku mau ketemu Ridho di sini!" jawabnya kok bisa kebetulan ketemuannya di sini. "Eh Aku samperin Ridho dulu ya
Pagi ini sama seperti hari-hari yang lalu Aku berencana ingin ke rumah sudah lama tidak di tempati pasti sangat kotor dengan membawa satu ART dari rumah Mama untuk bantu-bantu beberes nanti karena recananya besok yang ingin membeli rumah ingin melihat-lihat dulu.Kurang lebih setengah jam Aku sudah sampai di rumah setelah membereskan barang-barang yang tertinggal di rumah ini dan melepas foto di dinding Aku pun pulang.Ting...Gawai yang ada di dalam tas berbunyi Aku pun mengeluarkan di layar terpapang nama Om Hendra.(Hari ini Om mendaftarkan perceraianmu mungkin besok atau lusa sudah sidang pertama!) itu pesan yang di kirim Om Hendra Hmm cepat juga Om Hendra menyelesaikannya."Baik Om terimakasih!" balasku.(Itu sudah menjadi tugas Saya Mira ) tulis Om Hendra Aku pun tak membalasnya lagi."Mbak tolong barangnya langsung masukan ke kamarku ya!" perintahku ke ART."Mira kalo urusanmu dengan p
"Baiklah jika Kamu memang tidak ada acara!" jawabku kemudian melanjutkan makan siang yang tertunda."Aku turut prihatin dengan masalah keluargamu ya Mir!" ucapnya dengan menepuk pundakku."Nanti malam ke rumahku ya!" ucap Sinta."Aku ngga janji ya Sin!" jawabku."Pokoknya kamu harus datang Kakakku sedang pulang sekarang jadi Mama mengundang keluargamu untuk makan malam!" ucapnya dengan tersenyum."Iyaa nanti Aku datang!" jawabku kemudian, sudah lama juga tidak ketemu tante Ela."Nah gitu dong, kalo gitu Aku pulang dulu ya udah sore juga, taku dimarahi Mama anak gadis pulang malam!" pamit Sinta Aku pun mengantarnya sampai depan pintu."Oke-oke hati-hati ya Sin bay!" ucapku melambaikan tangan setelah kepergian Sinta Aku pun masuk ke dalam kamar.Malam ini pukul setengah tujuh kami berangkat ke rumah Sinta tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut hangat oleh keluarga Sinta.
Jam sepuluh pagi Aku dan Papa masuk ke ruang meeting di sana sudah ada beberapa rekan kerja Papa saat kami datang semuanya langsung berdiri.Papa pun mengenalkanku sebagai pewaris perusahaan ini dan semua menyambut dengan baik kedatanganku.Dreett... Dreee...Ponsel yang Aku taruh di dalam tas berbunyi setelah keluar dari ruang meeting Aku pun langsung mengakatnya."Hallo ada apa, hah kok bisa?" yang menelfon adalah Anton Dia mengabarkan kabar yang sangat buruk kalo kedai cabang terbakar.Aku pun langsung lari ke ruangan Papa bilang kalo Aku harus ke kedai Papa pun membolehkan tapi Papa tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan."Bagaimana bisa begini apa tidak ada yang jaga malam tadi?" tanyaku saat baru sampai di kedai meski yang terbakar tidak semua namun kerugian cukup besar."Pak Yusuf di temukan pingsan Bu di depan pintu masuk! " jawab Anton sambil menunjuk ke arah yang digaris polisi."A
"Ayo lah Mas taruh Ibu di panti jompo saja Aku tidak mau mengurus Ibumu!" ucap Sarah pagi ini."Ayo lah Yang, Mas mohon kasian Ibu kalau nanti di taruh panti!" jawabku kenapa susah sekali menasehati Sarah ini.Ibuku memang terkena struk saat mengetahui usahaku bangkrut, sedangkan dini dia pergi ntah kemana katanya ingin bekerja untuk pengobatan ibu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya."Kamu kan istri mas untuk kali ini saja Mas minta Kamu rawat Ibu ya setelah Mas punya banyak uang Mas janji akan mencari perawat untuk Ibu," bujukku."Aku ngga mau Mas nanti apa kata tetangga kalo Aku ngurus Ibumu yang sakit-sakitan itu!" jawab Sarah dengan nada jijik."Kamu ngga perlu dengerin kata tetangga Sarah cukup dengerin kataku!" bentakku lama-lama Aku tidak kuat dengan sikap istriku ini dulu meski Mira punya segalanya tapi selalu menuruti SSemua kataku."Ya sudah Mas urus aja sendiri Aku ada janji sama teman jadi tidak
(Sin Kamu mau ikut Aku lagi ngga ke kedai?) Aku pun mengirim pesan ke Sinta siapa tau Dia mau temani Aku ke kedai Mama dan Papa hari ini katanya ingin ke kantor jadi tidak bisa ikut denganku. ( Kamu datang ke rumahku dulu ya Mir, ) balas sinta. Aku pun bersiap - siap untuk ke rumah sinta terlebih dahulu. Tin.. Tin..Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai di rumah sinta, saptam pun membukaan gerbang . Aku melihat sinta sedang duduk di meja makan jadi aku langsung menghampirinya. "Kok rumahmu sepi sin papa sama mamamu kemana?" tanyaku ke Sinta. "Sudah ke kantor tadi pagi-pagi sekali di atas ada kok Kak Alex!" jawabnya dengan muka lesu. "Heh Sin kamu mau ikut Aku kan?" tanyaku ke Sinta. "Aduh Mir kayannya aku ngga bisa ikut tadi Lapa suruh Aku bantuin kerjaan di kantor maaf ya!" jawabnya. "Yah terus ngapain Aku di suruh ke sini dulu kalo tau kamu ngga bisa aku langsung ke kedai tadi!"