Share

CHAPTER 1

Pada tahun 1998 di sebuah kampung kecil terdapat satu keluarga kecil yang mengalami kesengsaraan. Ditambah lagi keluarga tersebut memiliki hutang yang menumpuk pada rentenir. Keluarga itu tak lain adalah keluarga pak ilham.

Sore itu, dikala gerimis mendatang dan diiringi oleh lantunan lagu lama yang terdengar dari radio rumah keluarga pak ilham. Terdengar suara ocehan dari seorang wanita yang merupakan istri dari pak ilham.

“pak, ini gimana toh, hutang-hutang kita sudah menumpuk, penghasilan pas-pasan, gak lama lagi juga para rentenir dateng”. Ucap istri pak ilham dengan nada agak tinggi.

            Pak ilham yang hanya diam saja mendengar ocehan dari istrinya yang hampir tiap hari mengatakan kalimat serupa. Pak ilham hanyalah seorang buruh bangunan dan juga hansip disaat malam hari. Sementara istrinya, berjualan kue keliling kampung untuk menghidupi anaknya yang masih kecil. Mereka berdua berusaha dan bekerja keras untuk bertahan hidup dan melunasi hutang-hutangnya, ditambah lagi untuk biaya sekolah anaknya.

            Tak lama kemudian, benar seperti apa yang dikatakan oleh istri pak ilham. Para rentenir penagih hutang itu datang kerumah pak ilham.

“heyy pak tua, mana janji lu, lu bilang mau bayar semua hutang-hutang lu hari ini!!!”. Ucap rentenir dengan nada kasar.

            Rentenir itu masuk kerumah pak ilham tanpa sopan santun dan langsung mengobrak abrik barang milik pak ilham untuk mencari uang.

“mas, beri kami sedikit waktu lagi, tolongg...” rintih istri pak ilham memohon kepada rentenir.

            Istri pak ilham sampai mengemis bahkan bersujud pada rentenir itu agar mendapat waktu untuk melunasi hutangnya.

“mau berapa lama lagii?? Haah??!! Gua udah kasi banyak waktu buat kalian, tapi mana, janji-janji kalian ga bisa ditepatin!!!”. Ucap rentenir itu dengan kasarnya lalu menendang istri pak ilham.

            Pak ilham yang tidak berdaya hanya bisa menolong istrinya tanpa melawan rentenir itu. Pak ilham, istri dan anaknya menangis.

“okeeee,, gua kasih kalian waktu 4 hari dari sekarang, kalo gua kesini lagi tuh duit belum ada, gua bakal ambil seluruh isi rumah kalian, dasar orang tua tidak tahu diri!!!”. Ucap rentenir itu

            Rentenir tersebut langsung pergi meninggalkan rumah pak ilham dengan jalan seperti preman. Rumah pak ilham pun jadi berantakan dan banyak barang yang pecah akibat rentenir tersebut. Hanya gemuruh petir dan suara radio klasik yang terdengar saat itu. Sungguh keadaan yang sangat berat. Pak ilham sebagai kepala keluarga sangat pusing memikirkan hal ini, terkadang pak ilham terbesit untuk meminta pertolongan pada makhluk-makhluk ghaib seperti yang dibicarakan oleh penduduk setempat.

            Suara adzan magrib pun terdengar dari mushola yang terletak tak jauh dari rumah. Pak ilham mengajak keluarganya untuk sholat berjama’ah.

“Lidya, sholat dulu yuk nak”. Ajak pak ilham kepada anak perempuannya

“iya pak, lidya wudhu dulu”. Jawab lidya

            Usai sholat magrib, istri dari pak ilham pun menyiapkan makan malam untuk keluarganya dan mengajak pak ilham dan anaknya untuk makan malam meski dengan lauk seadanya.

“makan tempe lagi bu?”. Tanya lidya dengan polosnya

“iyaa nak, tempe kan banyak proteinnya loh, kalo kita banyak makan tempe nanti tubuh kita jadi kuat”. Jawab pak ilham untuk menghibur anaknya

            Lidya dan istri pak ilham hanya tersenyum. Sebenarnya dibalik senyuman istri pak ilham, dia merasa sangat sedih karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.

            Makan malam pun selesai lalu tak lama kemudian terdengar suara adzan sholat isya. Keluarga pak ilham pun segera menunaikan ibadah sholat isya berjama’ah.

Usai sholat isya, pak ilham bersiap untuk menjalankan pekerjaan rutinnya sebagai hansip di kampung.

“bu, bapak pamit dulu ya, mau ngeronda”. Ujar pak ilham kepada istrinya

            Pak ilham berjalan menuju pos ronda di kampungnya. Biasanya terdapat 4-5 orang yang sering meronda bersama pak ilham, terkadang juga mereka hanya menemani pak ilham dengan bermain kartu atau gaplek atau sekedar mengobrol dan minum kopi di pos ronda hingga tengah malam.

            Sesampainya di pos ronda, ternyata sudah ada teman-temannya pak ilham yaitu pak hendra dan pak yanto. Keduanya sudah menunggu di pos menggunakan pakaian santai dan sarung sambil meminum kopi. Sebenarnya masih ada dua orang lagi yang sering meronda yaitu pak herman dan pak dadang. Namun, mereka belum datang, mungkin saja masih makan malam.

“gimana bos? Aman?”. Tanya pak yanto kepada pak ilham

“yaa aman gak aman, biasaa ada tukang duit tuh dateng, pusing saya”. Jawab pak ilham

“yahhhh itumah biasaa, mending ngopi dulu ngopi”. Ajak pak hendra sambil tertawa dan merangkul pak ilham

            Malam ini sangat indah terlebih lagi bulan purnama yang begitu bulat sempurna dan terang. Namun, hati pak ilham dan keluarganya tidak seterang rembulan dimalam ini.

“heeee, jangan melamun terus ah, nanti kesambet baru tau rasa lo”. Senggol pak yanto kepada pak ilham

“halahhh, mana ada yang begituan sekarang”. Jawab pak ilham seolah tidak percaya.

“yaudah aku keliling dulu ya”. Ujar pak ilham kepada teman-temannya

“awass, ada.........”. canda pak hendra sambil tertawa

            Pak ilham pun berjalan meninggalkan pos rondanya ditemani dengan senternya. Biasanya pak ilham ngeronda mengelilingi kampung itu untuk mengecek keadaan kampung setiap 4 jam sekali.

            Sunyi. Tak ada satu orang pun yang keluar rumah atau bahkan orang berjalan kaki. Kampung ini memang sangat sepi jika sudah diatas pukul 20.00 WIB. Karena penduduk setempat masih percaya dengan hal-hal yang menurut pak ilham takhayul.

            Saat sedang berjalan menyusuri kampung dengan diselimuti asap yang lumayan tebal tiba-tiba saja pak ilham dikejutkan oleh seekor kucing hitam yang membuat kakinya tersandung.

“duh apaan ini”. Celoteh pak ilham

            Pak ilham yang tidak menghiraukannya langsung kembali berjalan menuju pos ronda.  Dari kejauhan pak ilham sudah melihat bahwa semua teman-temannya sudah berkumpul di pos ronda. Susasana di pos ronda sangat ramai hingga malam yang dingin terselimuti oleh keramaian disini.

“eehh pak bos udah pulang ngeronda nih”. Canda pak dadang

“iyaaa ngapain lama-lama wee keliling kampung ga ada orang juga”. Jawab pak ilham

            Pak ilham pun langsung duduk di pos ronda yang sudah ber alaskan tikar.

“geh diminum kopinya, ntar keburu dingin tuh”. Ucap pak herman sambil menyodorkan secangkir kopi kepada pak ilham

            Pak ilham langsung mengambil cangkir berisi kopi tersebut lalu meminumnya dengan perlahan.

“eh dang, ada info kerjaan lagi gak?, butuh kerja tambahan nih , biasaa utang udah ditagih mulu”. Ucap pak ilham dengan nada rendah dan memelas

“duhh kalo sekarang-sekarang sih susah am, apalagi mepet gini waktunya”. Jawab pak dadang

            Pak ilham hanya diam dan meminum kembali kopinya. Suasana hening sejenak. Lalu pak herman mengajak untuk bermain gaplek.

“main dulu lahhh, ngilangin stresss, mikirin utang mulu, bisa mati bediri ntar, main aja dulu”. Ajak pak herman sambil tertawa bercanda

“hayukk lah yuk yuk”. ajak pak yanto dengan semangat

            Pak ilham hanya mengikuti saja, karena apa yang dia pikirkan memanglah sangat rumit dan butuh refreshing bersama teman-temannya. Pak ilham langsung mengambil posisi duduk untuk bermain gaplek bersama teman-temannya.

            Suasana sedikit ramai oleh teman-temannya yang sangat asik bermain gaplek.

“eh kalian tahu gak?”. Tanya pak yanto kepada teman-temannya

“apaan to”. Tanya pak herman

“apaan ?”. tanya pak dadang

“apaa lagi too, bikin penasaran aja”. Tanya pak ilham

“ini nih, tadi aku denger rumor tentang hantu mister gepeng”. Jawab pak yanto

“ah ada-ada aja to, mana ada yang kaya gitu”. Jawab pak hendra

            Permainan gaplek masih berlanjut namun suasana menjadi hening. Pak yanto yang menceritakan rumor mengenai mister gepeng kepada teman-temannya seolah rumor itu adalah nyata yang membuat bulu kuduk mereka merinding.

“hantu itu katanya dulu orang kaya raya, terus mati, dan katanya kalo butuh duit bisa tuh manggil hantu itu”. Ujar pak yanto.

            Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh pak yanto membuat pak ilham terdiam dan berpikir. Apa mungkin makhluk yang sudah mati bisa memberi uang. Aneh.

“eh apa beneran to? Emang udah ada yang nyoba?”. Tanya pak dadang

“yaa kalo itu mah kaga tau, lu pada kalo mau nyoba yaa silahkan aja, gua mah kaga ikut ikutan yak”. Jawab pak yanto dengan sedikit bercanda

            Mereka pun kembali lanjut bermain gaplek sampai larut. Waktu ngeronda pak ilham hampir selesai dan pak ilham bergegas pulang kerumahnya untuk segera istirahat karena besok pagi dia harus bekerja lagi untuk membayar hutang-hutangnya.

            Sesampainya dirumah, pak ilham segera berganti pakaian dan berbaring diranjang untuk beristirahat. Sembari menunggu untuk memejamkan mata, pak ilham sempat terpikir oleh apa yang dikatakan oleh pak yanto tadi.

Apakah benar mister gepeng dapat memberi kita uang?

Apakah bisa kita memanggilnya?

            Pertanyaan itu muncul dikepala pak ilham hingga pak ilham makin sulit untuk tidur. Pak ilham bingung, apa yang harus ia lakukan. Apakah mencobanya saja agar mendapatkan uang untuk membayar hutang-hutangnya. Tapi, pak ilham merupakan orang yang sulit untuk mempercayai hal yang tidak masuk akal seperti ini.

            Tak lama kemudian, pak ilham tertidur hingga subuh, dan pak ilham pun bangun untuk menunaikan sholat subuh. Setelah sholat subuh, pak ilham pergi ke kamar untuk merenungkan kembali mengenai semalam. Tak ada hentinya ia memikirkan hal itu.

“mungkin aku harus mencobanya”. Ujar pak ilham

            Saat mengatakan hal itu, tiba-tiba istri pak ilham mendengarnya dari luar kamar.

“mencoba apa pak?”. Tanya istri pak ilham

.....................................

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status