Home / Romansa / MISTERI CINTA CEO TAMPAN / BAB. 2 Siasat Untuk Melarikan Diri

Share

BAB. 2 Siasat Untuk Melarikan Diri

last update Last Updated: 2025-05-30 21:58:07

Paula dan Mikha, mulai ke luar dari rumah itu melalui pintu belakang. Beruntungnya mereka, tidak ada seorang pun yang berada di dalam sana. Sehingga dengan leluasa keduanya dapat ke luar dengan cepat.

Kedua gadis itu lalu berlari-lari kecil menyusuri jalan setapak di belakang rumah itu. Paula yang tidak biasa berlari kencang mulai merasakan kelelahan.

"Mikha, aku capek. Bisakah kita berhenti sejenak?" keluhnya kepada temannya.

"Paula, kamu kok cepat banget kelelahannya? Padahal kita baru juga jalan sebentar." Lalu Mikha mencoba memberi semangat kepada Paula untuk lebih cepat berjalan.

"Ayo ... kita harus cepat Paula. Nanti pencurinya bisa saja menyusul dan mengejar kita." seru Mikha sambil menggandeng tangan Paula dan membantunya untuk berjalan.

Namun Mikha menjadi tidak tega melihat Paula yang terlihat sangat lelah.

"Baiklah kita istirahat sebentar," ucap Mikha. Lalu mulai memapah tubuh Paula di bawah sebuah pohon yang rindang, untuk berteduh di sana.

"Terima kasih, Mikha. Kamu sangat baik kepadaku. Haus ... aku sangat haus," lirihnya lemah.

Mikha menjadi semakin kasihan melihat kondisi Paula yang sedang kehausan. Dia pun mulai melirik ke kiri dan ke kanan untuk mencari sumber air. Namun tidak ada.

Dengan sangat menyesal Mikha berkata,

"Paula ... maafkan aku. Di sini tidak ada air. Bagaimana kalau kita berjalan kembali." serunya lagi.

"Tapi aku sangat capek. Aku tidak sanggup untuk melangkah. Pergilah sendiri." ucap Paula, pasrah.

"Tidak Paula! Aku tidak mungkin meninggalkanmu!" serunya kepada gadis itu.

Lalu dengan cepat, Mikha kembali memapah tubuh Paula, dan mengajaknya untuk kembali melangkah.

Sementara sang pencuri. Terpaksa kembali ke rumah kosong itu karena dia tidak mendapatkan mangsa baru. Pria itu berniat menjual keduanya dulu untuk mendapatkan uang yang banyak.

Namun alangkah terkejutnya dia saat sampai di rumah itu. Kedua gadis tadi telah hilang.

"Sial! Mereka ke mana!" geramnya sendiri.

Lalu pria tersebut pun mulai mencari di sekeliling rumah itu. Dia pun akhirnya menyadari jika kedua gadis kecil itu melarikan diri melalui pintu belakang.

Dengan segera dia berlari dan mulai mengejar keduanya. Karena langkahnya yang panjang, sang pencuri dapat menemukan mereka dengan cepat. Dari kejauhan pria itu dapat melihat kedua gadis cilik itu sedang berlari.

"Hei! Berhenti! Kalian mau ke mana!" teriak orang itu.

Suara sang pencuri yang menginginkan mereka untuk berhenti berlari, juga ikut didengar oleh Mikha dan Paula.

"Paula, ayo ... kita harus lebih cepat larinya!" seru Mikha kepada sahabatnya.

Namun Paula yang sangat kelelahan sudah tidak dapat berlari lagi. Dia pun berkata kepada Mikha.

"Mikha ... sepertinya aku sudah tidak kuat lagi. Berlarilah sendiri. Segera cari bantuan!" Jangan pedulikan aku." seru Paula cepat.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri di sini, Paula! Nanti kamu bisa ditangkap olehnya." Mikha tetap saja khawatir. Dia tidak tega meninggalkan Paula.

"Mikha, segeralah pergi. Cari bantuan secepatnya. Aku akan mengalihkan perhatiannya. Selagi masih ada waktu!" Paula tetap mendesak Mikha untuk secepatnya meninggalkan tempat itu.

Pencuri itu semakin dekat kepada mereka. Mau tidak mau, Mikha terpaksa mengikuti apa yang dikatakan oleh Paula.

"Baiklah, aku akan segera pergi dari sini. Tapi kamu tetaplah bertahan. Aku akan mencari bantuan secepatnya, dan akan segera menjemputmu di sini." Mereka pun kembali saling menautkan jari kelingking dan berjanji untuk selalu bersama-sama dan saling terhubung di mana pun mereka berada nantinya.

Secara spontan, Paula memeluk Mikha dengan erat sebagai tanda perpisahan. Entah kenapa dia merasakan jika dirinya pasti akan sangat merindukan Mikha.

"Hei! Jangan lari kalian!" Pencuri itu, ternyata sudah benar-benar berada di belakang mereka.

Kedua gadis itu saling menganggukkan kepala pertanda mereka akan memulai rencana yang telah disusun.

Keduanya berlari berlawanan arah. Paula berlari di daerah yang sedikit terjal. Semetara Mikha yang energik memilih berlari ke jalan raya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan!" teriak pencuri itu lagi.

Dia seketika Menjadi bingung. Hendak mengejar siapa terlebih dahulu. Kemudian pencuri itu menganalisa dan mengamati cara berlari kedua gadis itu. Akhirnya dirinya memutuskan untuk mengejar gadis yang berlari di daerah terjal. Karena sepertinya gadis itu mulai kelelahan.

"Tunggu! Mau ke mana kamu!" Teriakan pencuri itu, mengagetkan Paula yang kelelahan. Dia pun terjatuh berguling-guling dari bukit terjal berumput itu sampai ke tepi danau.

Darah segar seketika mengucur dari kepala dan wajah anak itu.

Bersamaan dengan itu, beberapa orang yang sedang duduk santai di pinggir danau buatan itu, mulai mengerumuni sang gadis dan mencoba untuk membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pertolongan pertama.

Anak lelaki yang tadi bersama Paula dan menjanjikan akan memberinya coklat, juga ikut menyaksikan tubuh gadis itu yang penuh dengan darah.

Dia seakan tak percaya melihatnya. Anak laki-laki itu mencoba menjauh dari kerumunan orang dan berlari sekencang mungkin saat melihat tubuh Paula mulai diangkat dan dimasukkan ke sebuah mobil untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Sementara sang pencuri terlihat mengepalkan tangannya saat melihat tubuh gadis itu penuh dengan darah.

Dia beberapa kali terlihat mengumpat.

"Sial! Sial! Sial! Gagal sudah aku mendapatkan uang yang banyak!" kesalnya lalu mencoba mencari jejak gadis yang tadi berlari ke jalan raya namun tidak dia temukan juga.

Mikha terus saja berlari, mencari bantuan untuk menyelamatkan Paula. Namun disaat dirinya berlari saat ini, tiba-tiba saja Mikha merasakan kesedihan yang mendalam. Sampai-sampai dia menitikkan air matanya.

"Kenapa aku menjadi menangis begini?" tanyanya dalam hati.

Mikha seorang anak yang periang. Dia sangat jarang menangis dan bersedih. Mikha tiba-tiba mengingat Paula.

"Semoga Paula baik-baik saja dan bisa bertahan lebih lama lagi." Doa Mikha dalam hati.

Dia pun memutuskan untuk lebih cepat berlari saat ini.

"Aku harus cepat! Aku tidak mau terjadi sesuatu kepada Paula!" Sambil berlari, Mikha melirik ke kiri dan ke kanan namun tidak ada seorang pun yang bisa dia mintai tolong.

Lalu tanpa di duga sebuah motor melintas kencang dari arah depan. Mikha yang berlinang air mata, tidak menyadarinya sama sekali. Dia pun terlempar jatuh ke tepi jalan. Kepalanya terbentur batu di pinggir jalan.

"Bro! Kita menabrak anak itu!" seru orang yang membawa motor kepada temannya.

"Iya, Bro. Ayo kita segera membawanya ke rumah sakit."

Orang yang menabrak Mikha segera turun dari motornya. Dengan dibantu oleh temannya, mereka pun membawa Mikha ke rumah sakit.

Tanpa pikir panjang lagi keduanya segera melajukan motor mereka ke sebuah rumah sakit.

"Bertahanlah gadis kecil! Bro! Lebih cepat lagi bawa motornya." seru pria itu. Sementara Mikha telah pingsan dan tidak sadarkan diri saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 70 Bahagia Bersama Keluarga

    Langit biru di luar jendela tampak membentang luas, awan putih menggumpal bagai kapas, mengiringi perjalanan udara keluarga kecil Samuel dan Mikha menuju Jepang. Di dalam jet pribadi yang elegan dan nyaman milik ayah Samuel, suasana penuh kehangatan dan canda tawa anak-anak terdengar meramaikan kabin utama.Jeremias yang kini berusia lima tahun tampak antusias melihat pemandangan dari balik jendela. Dia duduk di kursi kulit yang empuk, mengenakan jaket hoodie bergambar dinosaurus dan memegang mainan robot favoritnya."Papi, kita sudah sampai Jepang belum?" tanyanya sambil menempelkan wajah ke jendela bulat itu.Samuel tersenyum dan duduk di sebelah putranya."Belum, Nak. Kita masih terbang, mungkin satu jam lagi kita akan mendarat di Osaka.""Aku mau naik roller coaster! Dan lihat dinosaurus kayak di film!" seru Jeremias penuh semangat.Sementara itu, Carol yang baru berusia dua tahun sedang duduk di pangkuan Mikha. Gadis kecil itu mengenakan dress bunga-bunga berwarna pastel dan seda

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 69 Kelahiran Baby Carol

    Mikha merasakan kebahagiaan yang luar biasa mendengar semua ucapan penuh kasih sayang dari orang-orang yang sangat berarti baginya. Dia tersenyum bahagia, merasa sangat diberkati memiliki keluarga yang begitu mendukung.Acara dilanjutkan dengan makan bersama dan permainan baby shower yang menyenangkan. Tamu-tamu menikmati hidangan lezat yang disediakan, dan Mikha merasa sangat puas melihat semua orang tertawa dan bahagia. Dia sungguh tak sabar untuk segera menyambut kehadiran Jeremias, bayinya yang sudah sangat mereka nantikan.Selama acara, Mikha merasa begitu penuh cinta. Tidak hanya dari Samuel, tapi juga dari keluarganya dan keluarga Samuel yang begitu mendukung. Dia tahu jika perjalanan mereka sebagai orang tua baru akan penuh tantangan, namun dengan dukungan dan kasih sayang yang diterima keduanya, yakin jika mereka akan melewati semuanya bersama.Setelah acara selesai, Mikha dan Samuel duduk di teras rumah, menikmati malam yang tenang. Mikha bersandar pada Samuel, menatap langi

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 68 Kehamilan Mikha

    Setelah satu bulan kembali dari bulan madu mereka di Mauritius, kehidupan Mikha dan Samuel terasa kembali normal. Namun, hari-hari terakhir ini Mikha merasa ada yang berbeda. Pagi-pagi, dia mulai merasakan mual dan kadang muntah tanpa sebab yang jelas. Awalnya, Mikha mengira itu hanya karena kelelahan atau pola makan yang tidak teratur setelah perjalanan panjang mereka. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa mual itu semakin intens dan tak kunjung hilang.Pada suatu pagi, setelah terbangun dan merasakan mual yang cukup parah, Mikha memutuskan untuk memberi tahu Samuel. Dia duduk di tepi tempat tidur, menggenggam perutnya yang terasa tidak nyaman. Samuel yang baru saja selesai mandi keluar dari kamar mandi, terkejut melihat istrinya tampak begitu pucat.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Samuel dengan cemas, menghampiri Mikha.“Aku ... aku merasa sangat mual,” jawab Mikha lemah, mencoba tersenyum meski wajahnya tampak jelas tidak nyaman.Samuel duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 67 Kembali Ke Jakarta

    Hari terakhir di Mauritius terasa seperti lembaran terakhir dalam buku cerita penuh warna. Mikha dan Samuel bangun lebih awal dari biasanya, menikmati kopi hangat sambil duduk berdua di teras vila, menatap matahari terbit yang perlahan mengintip dari balik horizon timur.“Gila sih, waktu di sini cepet banget berlalu ya,” ujar Mikha pelan sambil menyandarkan kepala di bahu suaminya.Samuel membalas dengan mengecup pelan kening istrinya. “Tapi semua momen yang tercipta di sini bakal abadi di ingatan kita. Dan hari ini, kita simpan yang paling manis untuk penutup.”Mikha menoleh dengan senyum penasaran. “Jadi kita ke mana?”Samuel hanya tersenyum penuh rahasia. “Pulau kecil. Di lepas pantai timur. Ada kejutan buat kamu.”Beberapa jam kemudian, mereka tiba di dermaga kecil, naik perahu motor yang membawa keduanya ke destinasi terakhir bulan madu mereka yaitu Île aux Cerfs, pulau eksotis yang seolah tercipta untuk cinta dan ketenangan.Begitu perahu merapat, Mikha terpukau. Pasir putih se

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 66 Mendaki Gunung Cinta

    Hari masih pagi cahaya matahari menyelinap masuk melalui celah tirai besar vila yang menghadap langsung ke hamparan danau tenang. Udara masih sejuk, aroma pohon pinus dan embun pagi merasuk hingga ke dalam kamar. Pasangan suami istri itu tadinya memutuskan melanjutkan tidur mereka. Tapi beberapa saat kemudian,Mikha membuka matanya perlahan dan mendapati Samuel masih tertidur di sebelahnya, tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya dengan lembut. Dia pun tersenyum tipis, menatap wajah suaminya yang tampak damai.“Sayang,” bisiknya pelan, membelai rambut Samuel.Samuel mengerjap pelan, lalu tersenyum melihat Mikha di hadapannya. “Pagi, Cinta,” ucapnya serak karena baru bangun. Dia menarik Mikha mendekat, mencium keningnya perlahan.“Pagi juga,” jawab Mikha sambil menyandarkan kepalanya di dada Samuel. “Aku suka bangun seperti ini, dengan suasana yang tenang dan bersamamu.”“He-he-he.”Samuel tertawa pelan. “Aku juga. Rasanya seperti dunia hanya milik kita berdua di sini.”Mereka

  • MISTERI CINTA CEO TAMPAN    BAB. 65 Sebuah Kehangatan

    Pagi berikutnya,Mentari pagi menyambut hangat di vila yang tinggali selama bulan madu di Mauritius, oleh Samuel dan Mikha. Aroma laut masih tercium samar, bercampur dengan harum teh hangat yang diseduh Mikha di dapur kecil vila. Hari ini mereka mengenakan pakaian yang sedikit lebih nyaman, Samuel dengan kemeja linen putih dan celana khaki, Mikha dalam gaun panjang pastel dan selendang tipis menutupi bahunya.“Siap ke Grand Bassin?” tanya Samuel sambil menyandarkan diri di ambang pintu, menatap Mikha yang tengah memakai anting kecil berwarna emas.Mikha mengangguk sambil tersenyum. “Aku udah penasaran sejak kamu cerita itu danau sakral.”Perjalanan menuju Grand Bassin atau Ganga Talao, danau suci di dataran tinggi Mauritius, memakan waktu sekitar satu jam. Jalannya menanjak, berkelok, dan penuh hutan hijau yang meneduhkan. Udara menjadi lebih sejuk begitu mobil mereka melewati gerbang masuk kawasan religius itu.Samuel menghentikan mobil perlahan. Di depan mereka, berdiri patung raks

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status