Satu minggu berlalu sejak hari di mana Samudra ditangkap polisi atas tuduhan pencurian, Samudra tak sama sekali diizinkan keluar dari sel tahanan meski dia sudah berkali-kali memohon, menghiba hingga membuat onar dengan menjerit-jerit seperti orang gila, tetap saja, tak ada yang memperdulikannya.
Frustasi, Samudra sampai tega melukai salah satu teman satu selnya dan menjadikannya tawanan, sebagai alat ancaman agar para polisi itu bersedia melepaskannya. Sebuah tali yang dia dapatkan dari tempat sampah, dia gunakan untuk mencekik leher salah satu napi itu, meski pada akhirnya, Samudra justru harus menerima hukuman di ruangan isolasi yang pengap dan berbau.Di dalam ruangan isolasi itu, Samudra yang sudah putus asa hanya bisa menangis. Bahkan dia sempat menyalahkan Tuhan atas takdir dan penderitaan yang harus dia lalui saat ini.Samudra sama sekali tak memperdulikan dirinya, karena sejauh ini, yang ada dalam pikiran Samudra hanyalah, bagaimana kondisi Aisha sekarang.Itu saja."Ya Allah... Jika memang Engkau benar-benar ada, tunjukkan kuasamu pada hamba! Selamatkan Aisha Ya Allah... Selamatkan Aisha... Lindungi dia..." Ucap Samudra yang terus larut dalam keputusasaan.Merasa lelah menangis, bahkan setelah dia menjadikan dinding pengap itu sasaran emosinya, hingga membuat buku-buku jemarinya memerah dan luka, Samudra kini tertidur meringkuk di atas lantai tanpa alas, tanpa bantal, tanpa selimut, ditemani beberapa serangga melata yang sedang mencari sarang dan makanan.Air mata yang tadinya sudah mengering, kini kembali membasahi pelipisnya.Lelaki itu menangis dalam diam.Tanpa adanya isakan.*****"Napi atas nama Samudra? Ada yang mau bertemu," panggil seorang laki-laki berkumis tipis, berseragam kepolisian yang terlihat mulai membuka sebuah pintu sel di mana Samudra ditahan.Seorang laki-laki bertubuh tinggi berkulit putih terlihat berdiri saat mendengar namanya disebut.Dia berjalan keluar sel diikuti oleh dua orang penjaga lapas yang mengawalnya di belakang. Dia berjalan ke arah sebuah ruangan khusus untuk membesuk napi di lapas tersebut.Ini kali pertama semenjak dirinya ditahan ada orang yang datang untuk membesuknya. Bahkan, pihak keluarganya sendiri pun seolah sudah membuangnya. Tak ada yang perduli. Tak ada!Kedua bola mata Samudra seketika berbinar mendapati siapa orang yang datang membesuknya hari ini.Dia, Santi.Langkah pemuda itu pun terlihat lebih cepat. Meski hatinya semakin dilanda kekhawatiran berlebih."Sam..." ucap Santi lirih yang langsung berdiri menyambut kedatangan Samudra. Satu bulir air mata wanita itu menetes di pipi saat sepasang netranya melihat keadaan Samudra yang bisa dibilang cukup kacau."Mbak Santi? Bagaimana keadaan Aisha, Mbak?" tanya Samudra dengan suara yang terdengar serak. Lelaki itu menyentuh kedua bahu Santi, sedikit mengguncang.Sementara Samudra menunggu jawabannya, tangisan Santi justru semakin merebak, dan hal itu justru membuat Samudra semakin panik."Mbak! Jawab pertanyaan saya, Mbak! Aisha baik-baik sajakan?" Guncangan tangan Samudra di kedua bahu Santi semakin mengencang, seiring dengan hawa panas yang menyerbu kelopak matanya.Santi menyeka air matanya sebelum akhirnya dia pun bicara."A-Aisha... Aisha meninggal, Sam... Maaf..."Kedua tangan Samudra yang tadinya memegang bahu Santi seketika luruh, terjatuh di kedua sisi tubuhnya.Tatapan lelaki itu kosong tak tentu arah.Ya Allah... Istriku...Bisik batin Samudra, pilu.Tak ada isakan, namun buliran kristal bening dari kelopak mata lelaki itu pun terlihat mengalir keluar. Merembes, membasahi kedua pipinya.Seolah tak memiliki tenaga untuk menopang berat tubuhnya, Samudra jatuh terduduk, bersimpuh di lantai.Masih dengan tatapannya yang kosong.Ini semua salahnya.Sebagai seorang suami Samudra tak bisa memenuhi kebutuhan hidup istrinya selama ini.Kehidupan mereka yang serba berkekurangan membuat Aisha hidup dalam kesengsaraan. Bahkan kini Samudra tak mampu menyelamatkan Aisha dari penyakitnya itu. Bukan hanya Aisha yang pergi, tapi janin yang dikandung Aisha pun ikut pergi dengan sang Ibu.Meninggalkan Samudra seorang diri di dunia yang kejam ini.Seandainya saja, hari itu dia bisa lebih cepat tiba di rumah sakit sebelum kedatangan para polisi itu, mungkin saat ini Aisha sudah dioperasi dan selamat.Sayangnya, semua itu kini tinggalah harapan yang pupus.Aisha sudah meninggal.Dan Samudra kehilangan semua hal indah dalam hidupnya saat ini.Selama ini, hanya Aisha satu-satunya alasan yang menjadikan seorang Samudra yang dingin bisa tersenyum, tapi kini, Aisha sudah tidak ada.Lantas, tak ada lagi alasan bagi Samudra untuk bisa tersenyum.Seandainya pun Samudra bisa tersenyum suatu hari nanti, pasti saat itu dirinya sudah gila!*****Sejak hari di mana Santi memberitahukan mengenai berita meninggalnya Aisha pada Samudra, sejak itu pula Samudra menolak siapa pun yang datang menemuinya ke lapas terlebih jika itu adalah keluarganya.Bahkan saat Gara datang untuk menebus dirinya dan mencabut laporan Adipati atas diri Samudra, lelaki itu tak sama sekali bereaksi di dalam penjara."Saya sudah mengatakan pada Samudra bahwa dia bebas hari ini, tapi dia hanya diam di tempatnya, Pak Gara. Tidak sama sekali bereaksi. Di dalam sel tahanan itu, tak ada satu pun napi yang berani mengusik Samudra karena keterdiamannya itu. Samudra hanya akan bergerak saat waktu Shalat dan waktu makan tiba. Selebihnya, dia akan kembali ke pojok sel tahanannya dan berdiam diri di sana. Seperti itu saja setiap harinya," jelas sang sipir penjara pada Gara."Yasudah, baiklah kalau begitu. Saya akan beritahukan hal ini pada Tuan Adipati. Ini ada uang, tolong berikan Samudra fasilitas yang lebih baik di sini jika dia memang menginginkannya," ucap Gara seraya memberikan segepok uang pada Sipir penjara tersebut."Baik, Pak. Sampaikan terima kasih saya pada Tuan Adipati atas uang yang dia berikan sebelum ini.""Baik, tidak masalah. Terpenting, keadaan Samudra di sini baik-baik saja,"Gara pun pergi dari lapas setelah menyelesaikan tugasnya.Merasa begitu prihatin atas apa yang dialami Samudra sejauh ini, meski dia tak sama sekali memiliki nyali untuk melakukan sesuatu karena memang Gara bekerja untuk Adipati selama ini.Jadilah, apa pun perintah Adipati, Gara akan melaksanakannya, sebagai bentuk pengabdian dan kesetiaannya pada sang majikan.Hanya saja, satu hal yang tak bisa Gara lakukan setelahnya adalah untuk benar-benar membunuh Aisha seperti halnya yang telah diperintahkan Adipati padanya.*****Jangan lupa like dan koment kalau suka ❤️🙏🥰LIMA TAHUN KEMUDIAN...Hari ini keadaan pasar ikan di Penjaringan, Muara Baru, terlihat agak sepi.Semenjak pihak Pemerintah DKI melakukan survei tempat dan lokasi untuk perencanaan pembangunan Pasar Ikan Modern, mau tidak mau semua nelayan dan para penjual ikan terpaksa diungsikan ke tempat baru.Sayangnya, di tempat baru ini mereka banyak kehilangan para pelanggan karena akses jalan yang sempit, serta kesan kumuh dan jorok yang menjadikan pasar ikan dadakan itu kini sepi pengunjung.Para konsumen lebih memilih untuk pergi ke supermarket yang higienis dan nyaman, ketimbang bersusah payah datang ke tempat berbau amis yang dipenuhi lalat-lalat menjijikan seperti di pasar ikan dadakan ini.Banyak para pedagang yang mengeluh karena ikan-ikan mereka pada akhirnya busuk karena tidak segera di konsumsi."Ya mau gimana lagi, harus sabar-sabarlah, nanti kalau pasar ikan modern udah jadi, kita-kita juga yang enakkan?" ujar Pak Slamet salah satu nelayan ikan yang biasa menjajakan hasil tangkapa
Seorang Laki-laki bersetelan jas casual dengan gayanya yang terlihat maskulin, berjalan menuju sebuah kawasan kumuh di pinggir pelabuhan.Dia sangat hati-hati dalam melangkah, seolah takut sepatu hitam mengkilatnya kotor terkena lumpur. Sebab sepatu ini dia beli dengan harga yang cukup mahal dan baru dia pakai satu minggu belakangan ini.Langkah kaki laki-laki itu terhenti tepat di sebuah pemukiman yang menurutnya sama sekali tak layak dihuni oleh manusia. Selain tempatnya yang kotor, pemukiman itu seolah kelebihan muatan.Penghuninya banyak, sedang lahan yang mereka huni sangat pas-pasan. Jadilah mereka terlihat seperti hewan ternak yang hidup dalam satu kandang. Pasti tidur pun mereka harus terpaksa saling berdesak-desakan.Laki-laki itu menghela napas berat. Dia jadi tak bisa membayangkan jika dirinya berada di posisi Samudra sekarang, sudah pasti dia tidak akan sanggup."Permisi Bang, saya ada perlu dengan Samudra, orangnya ada?" tanya laki-laki itu pada salah satu penghuni yang s
Hidup adalah sebuah proses.Proses belajar bertahan pada sesuatu setelah saling mengenal, berinteraksi, beradaptasi dan menerima kondisi.Itulah yang telah Samudra lalui selama kurun waktu 5 tahun terakhir.Sebuah proses panjang yang penuh drama dan spionase. Sebuah perjalanan menemukan jati diri dan arti kehidupan secara bersamaan. Perjuangan dan pengorbanan yang tak bisa diukur oleh apapun yang ada di dunia ini.Dulu, Samudra tidak tahu apapun tentang agamanya sendiri. Dia terlalu sibuk dengan urusan dunia.Sibuk berfoya-foya, mabuk-mabukkan, balapan liar, bermain perempuan, bahkan sampai pernah menjadi seorang pengkonsumsi barang haram, jenis ganja.Segala jenis dosa itu melekat kuat dalam diri seorang Samudra Atlanta, hingga membuatnya lupa daratan.Uang dan kekuasaan membuatnya khilaf dan tenggelam dalam jurang kesesatan.Semua orang tunduk padanya. Menghormatinya. Tak ada yang berani melawannya karena kekuasaan yang dimiliki keluarganya.Hingga suatu hari, Allah mempertemukannya
"CUKUP AIRISH!"Gelegar amarah seseorang terdengar dari arah ruang keluarga.Beberapa asisten rumah tangga yang mendengar suara itu pun mendadak kepo. Mereka merapatkan telinga ke dinding dari arah dapur untuk menguping.Semua terasa seperti mimpi bagi Airish ketika sang Papa yang begitu menyayanginya selama ini membentaknya untuk pertama kali.Airish tidak terima."Airish sayang sama Delon Pa! Pokoknya Airish nggak mau dijodoh-jodohin lagi! Kalau emang Papa nggak setuju sama hubungan Airish, Airish bakal pergi dari rumah ini! Airish akan tinggal sama Delon!" sentak Airish dengan wajah sembab. Dia baru saja keluar dari kamar dengan sebuah koper di tangannya."Papa sudah peringatkan kamu, laki-laki macam apa Delon itu! Tapi kalau kamu tetap nggak percaya omongan Papa, SILAHKAN PERGI! Temui pangeran kodok kamu itu! Tapi ingat Airish, kalau sampai omongan Papa ini terbukti, kamu nggak bisa mengelak dari perjodohan yang sudah Papa rencanakan!" ancam Sudirman pada anak semata wayangnya, Ai
"Bapak-bapak, Ibu-ibu! Kalian ya yang jadi saksi atas apa yang terjadi sama saya di dalam metromini ini! DIA, LELAKI INI, SUDAH BERANI PEGANG-PEGANG DAN MEREMAS PANTAT SAYA DUA KALI!" teriak Airish seperti orang yang sedang berpidato."Maaf Nona, saya bukan lelaki mesum. Saya sama sekali tidak merasa sudah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap anda! Tolong tarik kata-kata anda tadi!" sahut Samudra dengan gertakan kedua rahangnya."Kamu? Cowok yang di pasar ikan waktu itukan?" Tanya Airish spontan begitu teringat akan sosok lelaki belagu yang sempat membuatnya kesal tempo hari.Samudra diam saja. Tatapan penuh hujatan yang dia peroleh dari sebagian isi penumbang metromini itu membuatnya tidak nyaman hingga dia pun akhirnya memutuskan untuk turun dari metromini tersebut.Sebelum turun, Samudra sempat menatap tajam wajah lelaki lain yang juga berdiri berdampingan dengan Airish di sisi lain. Lelaki yang diyakini Samudra sebagai tersangka yang sebenarnya telah melakukan tindak pelece
Entah apa yang dilakukan Samudra ini benar atau tidak, tapi yang pasti Samudra tak punya pilihan lain selain menunggu Airish terbangun dari pingsan.Lelaki itu membawa Airish ke area taman di sekitar apartemen dan menduduki salah satu bangku taman yang tersedia di taman tersebut.Ingin hati meninggalkan, namun tidak tega.Terlebih Airish adalah seorang wanita.Semenyebalkan apapun dia, tetap saja Samudra tidak mungkin membiarkan Airish sendirian dalam keadaan tubuh wanita itu yang penuh luka memar seperti ini.Samudra baru saja selesai mengobati luka-luka Airish saat tiba-tiba Airish pun tersadar dari pingsannya.Airish kelihatan bingung. "A-aku kenapa?" Tanyanya sambil memegangi luka di kepalanya yang sakit."Nggak usah pura-pura amnesia! Tadi lo habis jatuh dari tangga, makanya gue bawa lo ke sini, supaya gue bisa ngobatin luka-luka lo," jawab Samudra yang langsung berdiri dari duduknya.Airish berpikir cepat dengan mencoba mengingat hal apa yang tengah dialaminya tadi.Hingga setela
"Gue masuk penjara setelah memperkosa seorang gadis terus gue mutilasi dan gue kasih potongan tubuhnya buat jadi santapan anjing!"Mendengar ucapan Samudra, tubuh Airish membeku di tempat.Kaki gadis itu gemetar saking takut.Akan tetapi, bukan Airish namanya, jika dia tidak bisa mengendalikan keadaan.Menutupi semua rasa takut yang sempat hinggap, Airish justru memulas senyum tipis dan berkata, "baru mutilasi satu orang aja kan, belum sepuluh? Ayo cepetan, anter aku ketemu Delon dulu!"Melihat sikap santai Airish tersebut, pada akhirnya, Samudra hanya bisa terbengong-bengong tak percaya."Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau masuk dulu. Jagain koper aku," ucap Airish seperti menyuruh seorang pembantu, ketika dirinya dan Samudra sudah sampai di depan apartemen Delon.Samudra baru membuka mulut hendak bicara, namun tubuh Airish sudah lebih dulu menghilang dari hadapannya. Wanita itu sudah memasuki apartemen yang katanya milik kekasihnya itu.Alhasil, menahan kesal, Samudra hanya bi
"Dalam satu hari, apa Mas tahu berapa kali Mas bernapas? Berapa banyak udara yang Mas perlukan untuk bernapas? Pasti Mas nggak tahukan?" ucap Aisha disertai tawa renyah dengan suara khasnya yang serak-serak basah. Samudra diam dengan penuh keterpesonaan menatap wajah istrinya kala itu. Lalu dia menggeleng pelan."Contoh kecil mensyukuri nikmat Allah ya salah satunya saat kita bernapas, jika Allah tidak memberi oksigen secara gratis kepada semua makhluk yang ada di muka bumi, pasti semua makhluk hidup akan berlomba untuk mendapatkan oksigen sehingga menimbulkan kekacauan hebat di seluruh dunia. Padahal, itu hanya contoh kecil dari nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita, tapi efeknya sudah seluar biasa itukan? Lalu bagaimana dengan nikmat-nikmat lain? Misalnya dengan adanya air, api, angin... Aduh kalau aku harus sebutkan satu-satu kayaknya aku nggak sanggup deh," Aisha melirik genit ke arah suaminya yang terlihat asik menikmati ceramah Shubuhnya. "Jadi... Sekarang, apa ada alasan