แชร์

9. NAPI ATAS NAMA SAMUDRA

ผู้เขียน: Herofah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-25 00:13:41

Satu minggu berlalu sejak hari di mana Samudra ditangkap polisi atas tuduhan pencurian, Samudra tak sama sekali diizinkan keluar dari sel tahanan meski dia sudah berkali-kali memohon, menghiba hingga membuat onar dengan menjerit-jerit seperti orang gila, tetap saja, tak ada yang memperdulikannya.

Frustasi, Samudra sampai tega melukai salah satu teman satu selnya dan menjadikannya tawanan, sebagai alat ancaman agar para polisi itu bersedia melepaskannya. Sebuah tali yang dia dapatkan dari tempat sampah, dia gunakan untuk mencekik leher salah satu napi itu, meski pada akhirnya, Samudra justru harus menerima hukuman di ruangan isolasi yang pengap dan berbau.

Di dalam ruangan isolasi itu, Samudra yang sudah putus asa hanya bisa menangis. Bahkan dia sempat menyalahkan Tuhan atas takdir dan penderitaan yang harus dia lalui saat ini.

Samudra sama sekali tak memperdulikan dirinya, karena sejauh ini, yang ada dalam pikiran Samudra hanyalah, bagaimana kondisi Aisha sekarang.

Itu saja.

"Ya Allah... Jika memang Engkau benar-benar ada, tunjukkan kuasamu pada hamba! Selamatkan Aisha Ya Allah... Selamatkan Aisha... Lindungi dia..." Ucap Samudra yang terus larut dalam keputusasaan.

Merasa lelah menangis, bahkan setelah dia menjadikan dinding pengap itu sasaran emosinya, hingga membuat buku-buku jemarinya memerah dan luka, Samudra kini tertidur meringkuk di atas lantai tanpa alas, tanpa bantal, tanpa selimut, ditemani beberapa serangga melata yang sedang mencari sarang dan makanan.

Air mata yang tadinya sudah mengering, kini kembali membasahi pelipisnya.

Lelaki itu menangis dalam diam.

Tanpa adanya isakan.

*****

"Napi atas nama Samudra? Ada yang mau bertemu," panggil seorang laki-laki berkumis tipis, berseragam kepolisian yang terlihat mulai membuka sebuah pintu sel di mana Samudra ditahan.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi berkulit putih terlihat berdiri saat mendengar namanya disebut.

Dia berjalan keluar sel diikuti oleh dua orang penjaga lapas yang mengawalnya di belakang. Dia berjalan ke arah sebuah ruangan khusus untuk membesuk napi di lapas tersebut.

Ini kali pertama semenjak dirinya ditahan ada orang yang datang untuk membesuknya. Bahkan, pihak keluarganya sendiri pun seolah sudah membuangnya. Tak ada yang perduli. Tak ada!

Kedua bola mata Samudra seketika berbinar mendapati siapa orang yang datang membesuknya hari ini.

Dia, Santi.

Langkah pemuda itu pun terlihat lebih cepat. Meski hatinya semakin dilanda kekhawatiran berlebih.

"Sam..." ucap Santi lirih yang langsung berdiri menyambut kedatangan Samudra. Satu bulir air mata wanita itu menetes di pipi saat sepasang netranya melihat keadaan Samudra yang bisa dibilang cukup kacau.

"Mbak Santi? Bagaimana keadaan Aisha, Mbak?" tanya Samudra dengan suara yang terdengar serak. Lelaki itu menyentuh kedua bahu Santi, sedikit mengguncang.

Sementara Samudra menunggu jawabannya, tangisan Santi justru semakin merebak, dan hal itu justru membuat Samudra semakin panik.

"Mbak! Jawab pertanyaan saya, Mbak! Aisha baik-baik sajakan?" Guncangan tangan Samudra di kedua bahu Santi semakin mengencang, seiring dengan hawa panas yang menyerbu kelopak matanya.

Santi menyeka air matanya sebelum akhirnya dia pun bicara.

"A-Aisha... Aisha meninggal, Sam... Maaf..."

Kedua tangan Samudra yang tadinya memegang bahu Santi seketika luruh, terjatuh di kedua sisi tubuhnya.

Tatapan lelaki itu kosong tak tentu arah.

Ya Allah... Istriku...

Bisik batin Samudra, pilu.

Tak ada isakan, namun buliran kristal bening dari kelopak mata lelaki itu pun terlihat mengalir keluar. Merembes, membasahi kedua pipinya.

Seolah tak memiliki tenaga untuk menopang berat tubuhnya, Samudra jatuh terduduk, bersimpuh di lantai.

Masih dengan tatapannya yang kosong.

Ini semua salahnya.

Sebagai seorang suami Samudra tak bisa memenuhi kebutuhan hidup istrinya selama ini.

Kehidupan mereka yang serba berkekurangan membuat Aisha hidup dalam kesengsaraan. Bahkan kini Samudra tak mampu menyelamatkan Aisha dari penyakitnya itu. Bukan hanya Aisha yang pergi, tapi janin yang dikandung Aisha pun ikut pergi dengan sang Ibu.

Meninggalkan Samudra seorang diri di dunia yang kejam ini.

Seandainya saja, hari itu dia bisa lebih cepat tiba di rumah sakit sebelum kedatangan para polisi itu, mungkin saat ini Aisha sudah dioperasi dan selamat.

Sayangnya, semua itu kini tinggalah harapan yang pupus.

Aisha sudah meninggal.

Dan Samudra kehilangan semua hal indah dalam hidupnya saat ini.

Selama ini, hanya Aisha satu-satunya alasan yang menjadikan seorang Samudra yang dingin bisa tersenyum, tapi kini, Aisha sudah tidak ada.

Lantas, tak ada lagi alasan bagi Samudra untuk bisa tersenyum.

Seandainya pun Samudra bisa tersenyum suatu hari nanti, pasti saat itu dirinya sudah gila!

*****

Sejak hari di mana Santi memberitahukan mengenai berita meninggalnya Aisha pada Samudra, sejak itu pula Samudra menolak siapa pun yang datang menemuinya ke lapas terlebih jika itu adalah keluarganya.

Bahkan saat Gara datang untuk menebus dirinya dan mencabut laporan Adipati atas diri Samudra, lelaki itu tak sama sekali bereaksi di dalam penjara.

"Saya sudah mengatakan pada Samudra bahwa dia bebas hari ini, tapi dia hanya diam di tempatnya, Pak Gara. Tidak sama sekali bereaksi. Di dalam sel tahanan itu, tak ada satu pun napi yang berani mengusik Samudra karena keterdiamannya itu. Samudra hanya akan bergerak saat waktu Shalat dan waktu makan tiba. Selebihnya, dia akan kembali ke pojok sel tahanannya dan berdiam diri di sana. Seperti itu saja setiap harinya," jelas sang sipir penjara pada Gara.

"Yasudah, baiklah kalau begitu. Saya akan beritahukan hal ini pada Tuan Adipati. Ini ada uang, tolong berikan Samudra fasilitas yang lebih baik di sini jika dia memang menginginkannya," ucap Gara seraya memberikan segepok uang pada Sipir penjara tersebut.

"Baik, Pak. Sampaikan terima kasih saya pada Tuan Adipati atas uang yang dia berikan sebelum ini."

"Baik, tidak masalah. Terpenting, keadaan Samudra di sini baik-baik saja,"

Gara pun pergi dari lapas setelah menyelesaikan tugasnya.

Merasa begitu prihatin atas apa yang dialami Samudra sejauh ini, meski dia tak sama sekali memiliki nyali untuk melakukan sesuatu karena memang Gara bekerja untuk Adipati selama ini.

Jadilah, apa pun perintah Adipati, Gara akan melaksanakannya, sebagai bentuk pengabdian dan kesetiaannya pada sang majikan.

Hanya saja, satu hal yang tak bisa Gara lakukan setelahnya adalah untuk benar-benar membunuh Aisha seperti halnya yang telah diperintahkan Adipati padanya.

*****

Jangan lupa like dan koment kalau suka ❤️🙏🥰

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
kmu buang kmna aisha, gara?
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   68. EPILOG

    Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   67. SESEORANG BERINISIAL "N"

    Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   66. GEBETAN BARU

    Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   65. MAAF, KARENA TELAH MENCINTAIMU

    Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   64. PELURU YANG MENEMBUS TUBUH

    Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   63. KESALAHAN TERBESAR

    "Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status