Share

Part 5

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2022-09-27 06:02:23

Aksan mempercepat langkahnya, ia segera memburu ruangan Bi Jum. Hatinya khawatir ketika menerima telepon dari Nilam mengabarkan Bu Jum pingsan. Nilam yang sejak tadi menemani Bi Jum yang sudah sadarkan diri tapi masih lemas.

 

"Mas ...."

 

"Gimana keadaannya dek? Bi, bibi gak apa-apa kan?"

 

Nilam terkejut, ia seolah dibuat terperangah oleh sikap suaminya yang begitu perhatian pada Bi Jum. Mengetahui terjadi sesuatu pada Bi Jum langsung datang bahkan perhatiannya sangat luar biasa.

 

"Tadi Mama Indri datang, aku gak tahu awalnya yang jelas ku dengar Mama seperti marah dan mengancam gitu sama Bi Jum," jelas Nilam.

 

"Dasar ... Dia lagi dia lagi, selalu saja menyakiti hati orang. Shit ...." 

 

Aksan emosi mendengar hal itu, ia terus memijat kaki Bi Jum sambil terus mencoba berkomunikasi dengan Bi Jum.

 

Nilam pamit pada suaminya, dia merasa keberadaannya hanya mengganggu saja. Melihat perhatian Aksan pada Bi Jum seperti melihat perhatian seorang anak pada ibunya, sebegitu dalam kah perasaan Aksan pada Bi Jum.

 

"Bi, bibi gak apa-apa kan?" 

 

"Nggak den, bibi gak apa-apa."

 

Nilam yang masih berdiri di depan pintu dan mengamati dengan celah pintu yang terbuka sedikit berharap ada titik terang soal perempuan yang dibahas Mama Indri tadi.

 

"Mama ngomong apa aja sama Bi Jum?" 

 

"Nggak den, hanya mengancam seperti biasa saja." 

 

"Perempuan itu memang bisanya cuma mengancam sejak dulu, aku heran kenapa Papa dulu bisa terjerat dengan perempuan itu hingga membiarkan mama pergi." 

 

Nada suara Aksan sangat mengkhawatirkan, Nilam mendengar hal itu terasa iba meski tak mengerti maksudnya apa, yang jelas yang dia tahu mama kandung Aksan menurut ceritanya pergi setelah Papa Aksan membawa pulang Mama Indri ke rumah. 

 

"Den, yang membuat bibi pingsan bukan perempuan itu." 

 

Aksan mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti dengan ucapan Bi Jum.

 

"Lantas siapa bi?" 

 

"Non Nilam memaksa bibi bercerita tentang perempuan yang di maksud oleh perempuan itu, perempuan yang Den Aksan simpan di ruang kerja. Non Nilam memaksa bibi hingga bibi berpura-pura terjatuh pingsan." 

 

Nilam mendengar hal itu langsung menutup mulutnya, ia tak percaya pembantu kesayangan suaminya itu telah mengelabuinya bahkan tega membongkar kelakuan Nilam pada Aksan. 

 

Nilam memutuskan meninggalkan ruangan itu, lalu bergegas menuju kamarnya. Ia tak percaya kalau pembantu itu akan berbicara apa adanya, itu sih hal yang bagus, yang membuatnya terkejut adalah dia berpura-pura pingsan untuk menghindari pertanyaan Nilam soal perempuan yang dibahas oleh Mama Indri.

 

"Non Nilam sepertinya mulai curiga den," ucap Bi Jum.

 

Aksan terdiam, dia pun merasakan hal yang sama jika Nilam sudah mulai mencurigai semuanya. Bola mata Aksan berputar mencari cara untuk membuat Nilam tak mencurigainya lagi.

 

"Bibi istirahat dulu ya, aku mau menemui dulu Nilam."

 

"Jangan dimarahin den, Non Nilam wajar melakukan itu." 

 

Aksan tersenyum dan mengelus tangan Bi Jum dengan penuh kelembutan, memberika ketenangan pada Bi Jum.

 

Aksan menghampiri Nilam yang berada di dalam kamar, mengetahui ada langkah kaki menuju kamarnya. Nilam bergegas ke kamar mandi lalu menyalakan air keran, ia ingin berpura-pura sedang beraktifitas di dalam kamar mandi padahal ia hendak menenangkan dirinya. 

 

Cukup lama Aksan menunggu, hingga ia tak sabar lalu mengetuk pintu kamar mandi yang ada dalam kamar itu. 

 

"Sayang ... Kamu di dalam kan?" 

 

Tak ada jawaban, air keran sudah mati tak lama pintu terbuka. Nilam mengulum senyum.

 

"Ada apa mas? Aku lagi biasalah buang sesuatu."

 

Nilam cekikikan, Aksan mengusap kepala Nilam mungkin merasa gemas melihat Nilam tertawa kecil seperti itu. 

 

"Sini ...."

 

Aksan menarik tangan Nilam dan mengajaknya duduk di tepi ranjang, Nilam hanya mengikuti saja ajakan Aksan.

 

"Ada apa sih Mas? Kok kamu natap aku kayak gitu?" 

 

Nilam merasa heran dengan tatapan Aksan yang seolah akan menghakiminya. 

 

"Sayang ... Apa yang kamu lakukan pada Bi Jum?" 

 

"Aku? Bi Jum? Maksud mas?" 

 

Nilam pura-pura tak mengetahui soal itu, padahal ia tadi jelas mendengar Bi Jum mengadu pada Aksan.

 

"Kata Bi Jum setelah Mama Indri pulang, kamu menekannya untuk memberitahu soal perempuan yang Mama Indri ucapkan, iya?" 

 

Sorot mata Aksan tak lepas dari mata Nilam seolah memastikan Nilam tak akan berbohong. Nilam yang merasa terpojokan merasa ini saat yang tepat untuk menanyakan soal itu langsung pada suaminya itu.

 

"Jawab sayang, Mas gak akan marah." 

 

Nilam menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia pun kembali menatap suaminya.

 

"Bukan kah pernikahan kita di dasari cinta meski awalnya kita dijodohkan?" 

 

Aksan mengangguk tapi dia tak mengerti kenapa tiba-tiba Nilam berbicara hal itu.

 

"Dalam cinta tak boleh ada kebohongan kan Mas?" 

 

Aksan kembali mengangguk.

 

"Maka aku akan berkata jujur tentang apapun termasuk tentang sikapku pada Bi Jum."

 

"Ya memang harusnya seperti itu," sela Aksan.

 

Nilam semakin menatap mata suaminya dengan lekat.

 

"Mama Indri datang serta merta datang menemui Bi Jum, lalu berbicara berbisik-bisik meski samar tapi beruntung telingaku masih bagus untuk menguping semuanya. Mama Indri bicara soal perempuan, yang membuatku bertanya siapa itu? Selepas Mama Indri pulang aku mencoba mencari tahu siapa perempuan yang Mama Indri maksud tapi Bi Jum malah bergetar hebat lalu tak lama jatuh pingsan. Di mana letak salah aku mas?" tanya Nilam.

 

Aksan mengusap wajahnya kasar, lalu mengehla nafasnya. 

 

"Sayang ... Dengarkan Mas, jangan pernah percaya soal apapun yang keluar dari mulut Mama Indri, dia itu yang membuat keluargaku hancur." 

 

Nilam menyipitkan matanya, memandang Aksan penuh pertanyaan.

 

"Kata kamu kita harus jujur iya kan?" 

 

Nilam mengangguk.

 

"Baiklah, aku akan menceritakan sesuatu yang sebetulnya tak ingin aku ceritakan karena aku takut kamu tak bisa menerima kenyataan ini lalu memilih pergi dariku."

 

Tiba-tiba Nilam merasa denyut jantungnya berdetak lebih cepat, hatinya berdebar, ia mencoba mengumpulkan energi agar tak terlihat lemah ketika Aksan mencerita sebuah rahasia besar tentang apa yang sedang ia curigai. 

 

"Begini sayang, jadi saat itu ...."

 

Aksan menjeda ucapannya, terlihat tampak berat untuk dia bercerita. Nilam sudah menunggu dengan tak sabar penjelasan itu. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status