Share

Part 4

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2022-09-27 06:01:44

Deru suara mobil terdengar, Nilam mengurungkan niatnya untuk menemui Bi Jum. Langkahnya ia gerakan menemui tamu yang datang, suara mobilnya tak asing bagi Nilam.

 

Benar saja dugaannya, Nilam bersiap menyambut kedatangan ibu mertuanya itu. Senyum siap ditebar, meski dia tahu selalu tak ada balasan baik darinya, tapi Nilam tak pernah peduli yang penting dia selalu berbuat baik pada siapapun ya sekalipun dia itu bukan ibu kandung Aksan, dia hanya ibu asuh Aksan setidaknya itu yang dia tahu tentang perempuan itu.

 

"Hay, ma." 

 

Nilam menyapa Mama Indri dan Mama Indri hanya menyunggingkan bibirnya saja. 

 

"Ngapain kamu senyum-senyum kayak gitu? Emangnya ada yang lucu?" sinis Mama Indri.

 

"Nggak kok, kan seneng ada Mama ke sini."

 

Nilam menyalmi Mama Indri dan mengikutinya dari belakang, kadang Nilam aneh aja ada manusia semacam Mama Indri yang hanya ibu asuh aja belagunya mentang-mentang Papa Aksan itu percaya banget sama dia, ah entahlah kadang Nilam merasa gak ngerti sama keadaan keluarga suaminya yang berantakan gak jelas. 

 

"Tumben ma, ada apa?" tanya Nilam.

 

"Emangnya kenapa kalau mama ke sini?" tanya Mama Indri kembali.

 

"Ya nggak kenapa-kenapa cuma tumben aja hari kerja mama ke sini biasanya weekend." 

 

"Nilam, kamu masih belum ada tanda-tanda hamil? Sudah enam bulan lho nikah masih belum hamil."

 

Nilam terdiam, dia paling tak suka jika sudah disinggung soal hal itu. Padahal banyak yang bertahun-tahun belum punya anak tapi mereka happy aja, Aksan pun suaminya masih tenang saja bahkan Mbak Tami-kakak Aksan pun gak pernah bawel soal itu, tapi Mama Indri yang gak ada hubungannya apa-apa hanya sebatas ibu asuh bawelnya gak ketulungan.

 

"Doakan saja ma, baru enam bulan ma. Lagian Mas Aksan masih sibuk di kantor kita belum ambil jatah bulan madu yang full sebulan kayak Mbak Tami waktu itu." 

 

"Kamu mana bisa bulan madu selama itu."

 

"Lho kenapa ma?" tanya Nilam heran.

 

"Coba aja kamu ajak Aksan, dia pasti nolak."

 

Nilam termenung, Mama Indri memang benar sempat beberapa waktu lalu Nilam meminta bulan madu dua minggu di Bali saja dia enggan melakukannya, akhirnya kita hanya pergi ke pantai dan menginap di sana menghabiskan akhir pekan, alasannya pekerjaan ya selalu itu. 

 

Selama di pantai pun Aksan selalu menghubungi Bi Jum katanya khawatir dengan kondisi Bi Jum yang sendirian di rumah. Tapi sekarang Nilam rasanya mulai paham dengan apa yang menjadi alasan suaminya itu.

 

"Malah diem," ucap Mama Indri sambil menyenggol bahu Nilam.

 

Nilam terkejut, senggolan Mama Indri membuyarkan semua lamunannya tentang sesuatu yang sedang ia curigai akhir-akhir ini. 

 

"Bi Jum mana?" tanya Mama.

 

"Di belakang ma," jawab Nilam singkat.

 

"Oke, mama ke belakang dulu." 

 

Nilam hanya menganggukan kepalanya, dia menatap kepergian Mama Indri dari hadapannya. Entah kenapa hatinya menuntun langkah Nilam untuk mengikuti Mama Indri, kecurigaan dalam dirinya semakin bertambah seiring kedatangan Mama Indri dan ucapannya tadi. 

 

Bi Jum terlihat ketakutan melihat Mama Indri datang menghampirinya, ia seakan tak berani mengangkat wajahnya, tangannya terus mengepal.

 

"Aksan masih menyimpan perempuan itu?" tanya Mama Indri mengangkat wajah Bi Jum.

 

"Ma-masih nyonya," jawab Bi Jum gugup.

 

"Dia masih hidup?" 

 

Bi Jum menganggukan kepalanya, terlihat Mama Indri kesal dengan jawaban Bi Jum.

 

"Aku sudah bilang kasih dia racun, biarkan dia mati. Aku akan beri apapun yang kamu mau lalu kamu bisa pergi dari kehidupan Aksan selamanya, jangan perlihatkan lagi diri kamu. Mudah bukan?" 

 

"Ma-maaf nyonya, saya tidak bisa jika nyonya memaksa sa-saya akan membocorkan semua rahasia nyonya," ucap Bi Jum.

 

"Heh, kamu mengancam saya iya? Berani kamu sama saya?" 

 

Mama Indri mendengkakan wajah Bi Jum hingga Bi Jum meringis merasa kesakitan, Nilam yang sejak tadi memperhatikan dari jauh dan mendengar samar-samar apa yang mereka bicarakan sudah tak tahan dengan sikap Mama Indri pada Bi Jum.

 

Namun Nilam ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang apa yang sedang mereka bicara kan, perempuan? Perempuan mana yang sedang mereka bicarakan? Ingatannya menyambung pada ruangan di dalam ruang kerja suaminya. 

 

Nilam semakin dihimpit rasa penasaran, semua orang seakan menyembunyikan rahasia besar padanya. Tapi sikap Mama Indri pada Bi Jum semakin keterlaluan, Bi Jum semakin terpojok dan semakin ketakutan.

 

"Ada apa ini?" 

 

Akhirnya Nilam muncul di hadapan mereka yang mendadak canggung bahkan Mama Indri terlihat pucat saat melihat Nilam datang. 

 

"Kamu masih betah memperkerjakan nenek tua ini?" tanya Mama Indri. 

 

"Bi Jum sudah seperti ibu bagi kami ma, aku setuju jika Mas Aksan tetap membawa Bi Jum ke sini, aku jadi ada teman juga ma," ucap Nilam.

 

"Tapi Aksan tetap memperkerjakan dia bukan untuk kamu."

 

"Maksud mama?" heran Nilam.

 

"Tanya pembantu kesayangan kamu ini," ujar mama menunjuk pada Bi Jum.

 

Mama Indri berlalu dari hadapan Bi Jum dan juga Nilam, mereka tak ada yang berani berbicara apapun. Hening ... Hingga deru suara mobil Mama Indri terdengar semakin menjauh. 

Nilam menatap Bi Jum yang masih menunduk.

 

"Saya permisi non," ucapnya seraya membalikan badan hendak pergi.

 

"Bi ..."

 

Langkah Bi Jum terhenti, jantungnya semakin tak karuan. Bi Jum tahu pasti Nilam akan menanyakan hal yang selama ini ia simpan, ia jaga demi menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Aksan dan almarhum ayahnya. 

 

"Bi Jum, tolong jangan buat saya menyimpan curiga pada Bibi dan Mas Aksan. Sebelum Mama datang aku sudah merasakan hal aneh di rumah ini beberapa waktu lalu bahkan lebih jelas tadi pagi saat aku menyapu teras samping rumah. Saat aku memeriksa ruang kerja Mas Aksan, Bibi tahu sesuatu soal ruangan itu?" 

 

Nilam menatap wajah Bi Jum, sesekali Bi Jum menatap Nilam tapi kembali menunduk, tangannya meremas baju daster yang ia kenakan, bibirnya serasa kelu sulit untuk berucap. 

 

"Bi ... Tolong jawab bi ...."

 

Nilam menggoyangkan tubuh Bi Jum, memintanya untuk menjawab apa yang dia tanyakan.

 

"Bi ... Perempuan siapa yang Mama Indri maksud tadi? Apa perempuan yang ada di ruang kerja Mas Aksan, iya? Ada ruangan lain di dalam ruang kerja Mas Aksan yang aku tak tahu?" 

 

Nilam terus mencecar Bi jum hingga Bi Jum semakin gemetar dan tak kuasa untuk berbicara, tubuhnya terkulai, Nilam segera menahan agar tak jatuh di lantai. Nilam menahan gejeloknya untuk mengetahui semuanya, ia memilih mengurus Bi Jum yang jatuh pingsan entah dia memang pingsan atau hanya sedang bersandiwara. 

 

"Aku masih belum berhasil menguak tentang kebenaran ini. Tapi tenang lihat saja nanti Mas, aku bisa menguak semuanya." 

 

Hati Nilam bergumam sembari kedua matanya ia arahkan ke pintu ruang kerja Mas Aksan penuh dengan tatapan kecurigaan dan penasaran yang tinggi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status