Share

Part 7

Author: Nisa Noor
last update Huling Na-update: 2022-09-27 06:03:58

Nilam benar-benar marah kali ini dia serius dengan ucapannya hingga pagi menjelang ia tak membukakan pintu kamar untuk Aksan, bahkan dia pun tak keluar kamar ketika pagi sudah datang.

 

Aksan kembali mencoba mengetuk pintu kamar dengan dalih mau mengambil baju, tapi tak ada suara atau respon apapun dari Nilam. Aksan dibuat khawatir dan dihantui rasa takut.

 

"Oke kalau kamu masih marah dan gak mau buka pintu, setidaknya kasih aku tanda kalau kamu di dalam baik-baik saja," teriak Aksan.

 

"Aku khawatir sama kamu, aku mohon kasih tanda kamu baik-baik saja." 

 

"Pergi ... Aku gak mau ketemu kamu, kamu jahat. Kamu selalu belain pembantu itu, kamu bohongi aku, kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Jadi buat apa aku ada di dekat kamu, pergi ...." 

 

Nilam berteriak, lalu terdengar suara benda yang di lempar ke arah pintu hingga membuat Aksan terperanjat. 

 

"Oke, aku akan menemui kamu jika semua masalahku selesai. Aku pergi ke kantor dulu, kamu hati-hati di rumah. Di depan pintu sudah ku simpan makanan untuk sarapan." 

 

Nilam tak menggubrisnya lagi, dia merasa perlu membuat Aksan merasa bersalah pada dirinya. Kecurigaan Nilam atas sikap Bi Jum dan dia yang baru ia rasakan itu sungguh cukup mengganggu pikirannya. 

 

Aksan turun kembali ke bawah dengan wajah lesu.

 

"Gak berhasil ya den?" tanya Bi Jum.

 

"Ya begitulah bi," ucap Aksan lesu.

 

"Apa sebaiknya Den Aksan jujur saja, bibi yakin non Nilam bisa menerima semuanya."

 

"Aku belum yakin bi, aku takut Nilam meninggalkan aku. Aku gak bisa bi, dia perempuan yang pertama kali membuat jantungku berdebar kencang, tapi aku juga gak bisa buat melepaskan dia begitu saja karena hal itu ...."

 

"Bibi paham den, terus sekarang gimana?" tanya Bi Jum yang ikut bingung.

 

Aksan terdiam sejenak, bola matanya berputar mencari cara dan memang rasanya caranya hanya itu mewujudkan apa yang diinginkan Nilam.

 

"Bi, kalau aku tinggal seminggu. Bibi bisa jaga dia dengan baik kan?" tanya Aksan serius.

 

"Seminggu? Den Aksan mau kemana?" tanya Bi Jum heran.

 

"Aku dan Nilam belum mengambil jatah bulan madu, bibi tahu sendiri seminggu sebelum menikah aku disibukan dengan urusan itu. Lalu aku mendadak jadi pengganti papa di kantor, jadi aku saat itu belum mengajaknya bulan madu. Kemarin sore dia menagihnya," tutur Aksan.

 

"Jadi Den Aksan akan pergi dengan Non Nilam?" tanya Bi Jum.

 

"Tak ada cara lain bi, selain membuat Nilam merasa tenang dan damai, caranya ya dengan mengajaknya berlibur. Siapa tahu itu bisa membuatnya lupa sama kejadian yang sudah pernah ia lewati."

 

Bi Jum mengangguk-anggukan kepalanya, membenarkan apa yang dibicarakan majikannya itu. Ya, siapa tahu saja Nilam bisa tidak memikirkan soal misteri yang ada di ruang kerja suaminya itu. 

 

"Bibi setuju den, semoga setelah ini Non Nilam gak banyak tanya lagi bahkan lupa." 

 

"Baiklah, kalau bibi sudah setuju aku hari ini titip Nilam juga. Lihat piringnya sudah dimakan atau belum, ingatkan jika belum. Aku akan mengurus soal kantor dulu mempercayakan pada orang yang bisa dipercaya dan langsung mengurus keberangkatanku dengan Nilam."

 

Bi Jum hanya mengangguk. Aksan segera meraih tas yang biasa dia bawa dan bergegas menuju mobilnya.

 

Dari rooptop Nilam memperhatikan kepergian Aksan yang sama sekali tak berniat seungguh-sungguh membujuknya. Nilam cukup kecewa dengan sikap Aksan.

***

"Kenapa gak coba kamu pasang cctv, lam?" ujar Sesil-sahabat Nilam melalui sambungan telepon saat Nilam menceritakan kecurigaan itu.

 

"Ah, bener juga. Kenapa gak kepikiran ya?" 

 

"Ya maklum aja, namanya juga lagi curiga besar. Pakai cctv yang bisa di akses dari ponsel jadi kamu bisa tetap mantau dari mana aja," tutur Sesil.

 

Nilam merasa mendapat cara yang tepat untuk mengetahui rahasia yang tengah disembunyikan suami dan pembantunya itu. Berulang kali Nilam selalu mencoba mencari tahu, menelisik ruang kerja Aksan tapi belum ada petunjuk yang bisa jadi bukti kuat.

 

"Nanti aku bawa rekan ayah yang suka pasang cctv, biar tetap aman kan." 

 

Nilam menyetujuinya, ia sudah tak sabar ingin mengetahui ada apa sebetulnya di ruang kerja suaminya itu. 

 

Setelah mengatur cara, Nilam keluar dari kamar. Tujuannya adalah membuat Bi Jum pergi dengan waktu yang cukup lama.

 

"Alhamdulillah, Non Nilam sudah mau keluar. Bibi khawatir lho non," tutur Bi Jum.

 

Nilam hanya tersenyum tipis, hatinya masih belum bisa menerima pengaduan Bi Jum pada Aksan soal dirinya yang mendesak Bi Jum untuk mengakui sesutu yang disembunyikannya.

 

"Bi, aku boleh minta tolong gak bi?" tanya Nilam.

 

"Minta tolong apa Non?" 

 

"Aku gak tahu kenapa kebayang jus strawbery tapi hasil blend sendiri. Kira-kira bibi bisa cariin strawbery sendiri, gimana bi? Aku males kalau harus ke pasar lagi bete, kalau beli online suka gak fresh. Gak tahu nih ada-ada aja." 

 

Di luar dugaan Nilam heran dengan sikap Bi Jum yang tersenyum mendengar ucapan Nilam.

 

"Wah-wah, kayaknya Non Nilam ngidam nih," ujar Bi Jum.

 

Nilam cukup kaget tapi dia dengan segera menguasai dirinya demi semuanya bisa berjalan lancar.

 

"Nggak tahu juga bi, tolong ya bi. Aku mohon!" 

 

Nilam menelengkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sedikit badan membungkuk sehingga membuat Bi Jum tak tega dengan tingkah Nilam. 

 

"Boleh Non, bibi carikan. Bibi siap-siap dulu ya," pamit Bi Jum.

 

Nilam sorak gembira dalam hatinya, ia akan segera mengetahui semua kebohongan yang Bi Jum dan Aksan ketahui. 

 

Tak lama Bi Jum pamit dan Nilam segera menghubungi Sesil untuk segera membawa rekan ayahnya yang punya anak buah bekerja di bagian pemasangan cctv. 

 

Sambil menunggu Sesil datang, iseng Nilam memeriksan ruang kerja suaminya. Lalu ia mengamati setiap sudutnya secara perlahan, Nilam duduk di kursi kerja suaminya. Belum ada hal yang bisa dijadikan barang bukti. 

 

Nilam menggeser buku yang bertumpukan di atas meja kerja Aksan, lalu tanpa sengaja sebuah buku terjatuh. Nilam mengambilnya tanpa hati-hati hingga bertebaran kertas yang ada di dalam buku itu, sontak hal itu membuat Nilam panik dan segera bangkit lalu membereskan buku-buku itu.

 

Lembaran foto keluar dari buku itu, Nilam memperhatikannya satu per satu lembaran foto itu dan seketika mata Nilam terhenti pada sebuah foto, matanya terbelalak dan ia membungkam mulutnya sendiri. 

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status