Home / Thriller / MISTERI RUMAH ASHWABIMA / 1. Radi Sang Menantu

Share

MISTERI RUMAH ASHWABIMA
MISTERI RUMAH ASHWABIMA
Author: Dee Rahayu

1. Radi Sang Menantu

Author: Dee Rahayu
last update Last Updated: 2024-07-24 15:30:53

Suara itu memang hanya bisa didengar saat tengah malam begini. Radi berdiri tegak di tangga batu yang menurun ke arah kamar mandi. Di hadapannya tidak terlihat apapun selain pekatnya malam. Lampu bohlam lima belas Watt di depan bangunan kamar mandi hanya mampu menerangi sebatas latar yang lantainya diplistur semen licin saja, selebihnya tertelan dalam kegelapan mutlak. Sebenarnya ada sinar bulan sedikit di langit namun karena halaman belakang itu ditumbuhi aneka ragam pohon buah yang besar dan pohon pisang, cahaya bulan tidak mampu menerobos hingga ke tanah berumput di halaman luas itu.

Radi menajamkan pendengarannya. Ia tidak salah, suara itu memang terdengar. Lirih, berbunyi kemudian hilang bagai terbawa angin. Sepi kembali menyapu suasana. Lelaki tinggi kekar berusia dua puluh lima tahun itu melangkah lagi menuruni lima anak tangga. Ia masuk ke kamar mandi tengah. 

Jam kerja Radi sebagai manager keuangan pabrik pakan ternak milik mertuanya, Nyonya Artiyah Ashwabima, sebenarnya fleksibel. Ia tidak dituntut menyelesaikan segala macam laporan di waktu yang ditentukan. Namun akhirnya keleluasaan itulah yang membuat Radi jadi sering lembur seperti malam ini. Ia sudah menulis sejak sore, namun bukan laporan perusahaan yang dikerjakannya, melainkan menulis di sebuah buku harian. Pukul sepuluh malam ia baru ingat akan tumpukan pekerjaannya. 

Selesai menuntaskan hajat, Radi keluar dari kamar mandi. Di rumah Nyonya Artiyah yang luas itu, kamar mandi terletak di bangunan yang terpisah dari rumah utama. Ruang paling belakang di rumah utama adalah dapur merangkap ruang makan. Ada sebuah pintu di dinding dapur, jika dibuka, terlihat anak tangga menurun menuju bangunan toilet yang berjarak sekitar sepuluh meter dari ujung tangga batu itu. Berjejer tiga buah kamar mandi dan tiga toilet di sana. Kamar mandi yang banyak memang diperlukan di rumah bergaya kuno tahun 1800-an itu, karena ada banyak pekerja yang tinggal di sana saat siang hari.

Radi menaiki tangga hendak kembali ke kamarnya di rumah utama. Di anak tangga ketiga, telinganya kembali mendengar suara itu. Suara yang sudah membuatnya penasaran selama setahun ini. Radi menoleh lagi ke belakang, menatap kegelapan di kebun luas milik sang mertua. Ia mendengar lirih sayup suara memanggil namanya. Ya, memanggil namanya, Radi. Sebenarnya suara apa itu? Darimana asalnya? Apakah dari kebun?

Radi memutuskan ia harus masuk ke halaman belakang sekarang juga. Kakinya tidak jadi menapak naik, ia malah turun lagi. Langkahnya pelan. Sikap tubuhnya waspada.

"Cari apa kau di sana, Rad?"

Radi terkejut sampai tubuhnya terlonjak. Makian tercetus dari mulutnya. Ia menoleh ke arah suara wanita tadi. Sang ibu mertua sedang berdiri di puncak tangga, seperti menunggu Radi naik.

"Ti - tidak, Bu. Saya cuma mau periksa ke sana sebentar karena tadi saya dengar ada suara wanita memanggil nama saya," Radi menunjuk ke arah kebun luas yang gelap. Wanita yang tadi bicara padanya itu menatapnya tajam.

"Jangan mengada-ada kau, Radi. Memangnya ada orang di sana? Cepat kembali kerjakan laporanmu! Aku tadi lihat di meja kerja ruang  tengah, pekerjaanmu masih berantakan! Kau pikir karena kau menantuku lantas kau bisa seenaknya bekerja di pabrik ku?"

"Iya, Bu. Saya minta maaf," Radi mengangguk takzim. Nyonya Artiyah menuruni tangga seperti seorang Maharatu. Tatapnya masih tajam pada Radi. Dengan langkah tergesa, Radi naik ke rumah utama dan langsung tepekur lagi di meja ruang tengah menghadapi puluhan lembar laporan keuangan yang harus diperiksanya.

Nyonya Artiyah keluar dari kamar mandi. Matanya menatap lurus ke kegelapan kebun belakang. Tidak ada apapun yang terlihat. Ia sengaja tidak memasang lampu sedikitpun di keluasan kebun itu. Bunyi desau angin malam diiringi gemerisik dedaunan membawa sebuah suara lain ke telinga wanita anggun berusia akhir lima puluhan itu. Suara wanita bersenandung. Aneh, seharusnya suara itu tidak sampai ke jangkauan telinga orang yang berdiri di depan kamar mandi. Apakah karena sunyinya malam? Nyonya Artiyah mengertakkan gerahamnya dengan geram. Besok ia harus melakukan sesuatu agar suara itu tidak terdengar lagi oleh siapapun. Terutama oleh Radi.

*****

Andari memberikan sebuah kantung kertas warna cokelat pada Radi, suaminya. Radi menerima kantung itu dan tersenyum manis.

"Apa menu hari ini?" Tanya pria berambut ikal lebat itu. Andari membalas senyumnya.

"Tempe penyet level tiga puluh. Pedasnya seperti yang kau suka, Mas. Makan yang banyak, ya."

"Ya. Terima kasih."

Senyum Radi saja sudah cukup membuat Andari jatuh cinta padanya. Andari tidak pernah berhenti mengagumi suaminya itu.  Ketampanan wajahnya, tubuh yang kekar berotot, senyum sempurna, semua membuat Andari tergila-gila pada Radi sejak usianya belasan. Andari tidak pernah jatuh cinta pada lelaki selain Radi.

Mereka tumbuh bersama di rumah keluarga Ashwabima. Radi kecil biasa mendapat tugas mengawasi Andari bermain bersama kakaknya, Kinanti. Sejak belia, Andari terpikat pada Radi walaupun ia tahu Radi adalah anak pelayan ibunya yang bernama Bibi Wikan. Status itu tidak pernah dipedulikan Andari. Hingga masa remajanya, ia semakin yakin akan cintanya pada Radi.

Radi tidak pernah menunjukkan perasaannya pada Andari. Buatnya, gadis manja berambut panjang sepunggung itu adalah tuan putri yang harus ia jaga dengan baik. Itulah tugasnya di rumah Ashwabima, sebagai bodyguard Andari dan Kinanti. Seiring waktu, mereka bertiga tumbuh menjadi remaja, Radi tahu bahwa Andari menyimpan perhatian lebih padanya. Hingga suatu ketika, Nyonya Artiyah memanggilnya ke ruang kerja pribadi sang majikan.

"Bersiaplah kau, Radi. Bulan depan kau akan menikah dengan Andari, putriku."

Bukan main terkejutnya Radi saat itu. Menikahi Andari? Itu mustahil baginya. Bukan masalah cinta. Radi tidak tahu apa itu cinta. Hatinya beku sejak belia. Radi heran kenapa perintah itu ia terima saat keluarga Ashwabima sedang berduka atas hilangnya Kinanti.

Ya, Kinanti hilang saat bermain ke pantai Lohjawi. Saat itu bersamaan dengan Andari minta diantar ke perpustakaan kabupaten untuk mengerjakan tugas sekolah. Radi yang dibuat bingung karena tidak tahu harus pilih menemani siapa, dititahkan oleh Nyonya Artiyah untuk mengawal Andari. Sedangkan Kinanti pergi sendiri naik sepeda ke pantai. Kinanti tidak pernah kembali dari pantai Lohjawi.

Tidak seorangpun yang tahu bahwa setelah itu Radi menangis sendirian di kamarnya setiap malam. Ia sudah kehilangan ibunya yang meninggal karena sakit keras sewaktu usianya baru sepuluh tahun. Kini ia kembali kehilangan wanita yang dicintainya. Kinanti. Ingin sekali Radi mencari Kinanti tapi sang Nyonya tidak pernah memberinya perintah untuk itu. Sejak awal hidupnya, segala yang dilakukan Radi adalah berdasarkan perintah Tuan dan Nyonya Ashwabima.

"Ri, semalam aku dengar suara aneh lagi," kata Radi sambil memasukkan kotak makanan pemberian Andari ke dalam ransel. Mata Andari membulat.

"Dari halaman belakang lagi? Suaranya kayak gimana sih, Mas?"

"Semalam suara itu memanggil namaku "

Andari merangkul lengan suaminya. Bulu kuduknya meremang.

"Ah, Mas jangan nakut-nakutin aku!"

"Sungguh, Ri. Suara itu manggil namaku. Kamu pernah masuk ke rumah gubuk yang di pojok selatan kebun belakang?"

"Rumah? Rumah apa, Mas?"

Radi menatap istrinya, ragu. Andari memang tidak pernah berkelana jauh ke halaman belakang. Sepertinya Andari memang tidak tahu kalau ada sebuah gubuk reyot di sana.

Radi berniat akan masuk ke gubuk itu secepatnya. Ia harus tahu ada apa di dalam sana. Atau, siapa di sana?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   30. Epilog. Kesendirian yang Indah

    Rumah nyaman dan hidup tenang adalah dambaan semua manusia. Radi sudah memilikinya sekarang. Setelah apa yang ia lalui, Radi ini bisa mengatakan bahwa dirinya bahagia.Suasana sore di teras rumah selalu jadi favorit Radi dan Nenek Waidah. Mereka duduk di kursi teras, menghadapi kebun mawar dan jalanan kompleks di depan rumah. Kebun mawar di halaman adalah mahakarya Nenek. Terdiri dari lima kotak area taman, setiap kotak berisi belasan pohon mawar sewarna. Ada merah, kuning, putih, merah muda dan ungu. Ya, mawar ungu. Indahnya jangan diragukan lagi. Di halaman belakang, Nenek juga membuat kebun tanaman herbal. Desain dalam rumah ditangani oleh Radi. Ia mengutamakan fasilitas difabel senyaman mungkin. Kinanti bisa bergerak bebas dan melakukan semua kegiatan dengan mandiri di dalam rumah."Nenek kadang ingin ibumu bangkit lagi dan bersama kita di sini, Rad. Ibu Wikan, tentu, bukan Ibu Artiyah," kata Nenek sambil menyesap teh tawar hangat. Radi tertawa."Ibu sudah bahagia di sana, Nek. Le

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   29. Saatnya Bertindak Tegas

    Radi berdiri tegap di hadapan Andari. Wajah tampannya yang biasanya lembut menatap kini berubah merah padam dan penuh kemarahan. Andari perlahan berdiri lagi, berhadapan dengan Radi."Mas, kamu ... kapan masuk ke sini?""Cukup lama sampai aku dengar semua pengakuanmu dan sempat merekamnya dalam handphone. Pengakuan luar biasa, Ndari. Aku kaget. Sungguh, aku kaget!""Mas, ini ... ini salah paham, begini, maksudku ...." Andari berjalan mendekati suaminya. Radi mundur tiga langkah menjauh."Aku sudah dengar semuanya, Ndari. Bukan dari orang lain tapi dari mulutmu sendiri. Aku tidak menyangka kau sekejam itu.""Aku iri pada Mbak Kinan, Mas!!" Andari mendadak berteriak. Ia maju mendekati Radi dan mencoba memeluknya. Radi mendorong tubuh istrinya."Aku tidak mau punya istri sekejam kau, Ndari. Aku talak kau sekarang, di sini. Aku akan urus surat cerainya secepat yang aku bisa!""Mas! Tidak, Mas! Jangan ceraikan aku! Aku cinta padamu!"Radi memicingkan mata, kepalanya menggeleng."Aku sedang

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   28. Rahasia Andari

    Kinanti belum menunjukkan pertanda baik. Hidupnya masih bergantung pada segala macam kabel dan mesin yang mengelilinginya. Ia dipindah ke ruang rawat kelas satu, tidak lagi di ICU. Keluarga boleh menjenguk dan menunggui di dalam kamar, hanya satu orang saja. Tentu Radi yang mengambil tugas itu.Empat malam sudah Andari sendiri lagi di kamar. Kesunyian menemani tidurnya yang selalu bersimbah air mata. Ia ingin menahan cemburunya tapi tidak bisa. Kenyataan bahwa Radi memilih bermalam di kamar rumah sakit yang dingin daripada menemaninya tidur di ranjang hangat, sudah menyatakan bagaimana perasaan suaminya itu.Andari menghabiskan malamnya dengan berandai-andai dan mengobrol lewat chat online dengan Widia, temannya sejak di SMA.Bu Waidah mengambil tugas mengomando asisten rumah tangga dan pekerja di kebun. Di tangan nenek lembut hati itu, rumah Ashwabima berubah menjadi lebih nyaman. Bu Waidah, atas izin Radi, memerintah beberapa orang pekerja di peternakan sapi untuk membabat semak be

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   27. Api Cemburu Seorang Istri

    Kamar tidur mewah itu sepi walaupun ada dua orang sedang berbaring di atas ranjang. Radi dan Andari sudah dua hari tidak saling bicara. Sebenarnya hanya Andari saja yang diam, Radi tetap seperti biasa, bicara biasa, namun Andari tidak menjawab satu kata pun."Ndari,"Radi menutup buku yang sedang dibacanya lalu menoleh ke wajah Andari. Istrinya itu diam sambil terus menatap layar handphone."Aku tidak mau seperti ini terus, Ndari. Katakan apa maumu. Apa aku berbuat kesalahan?" Radi mengambil handphone di tangan Andari. Wanita berambut panjang itu merebut kembali teleponnya tanpa bicara. "Aku tahu, ini tentang Kinan, kan?"Radi menghela nafas panjang. Ia merasa sulit mengerti dimana letak kesalahannya. Pada akhirnya ia pulang dan menyerahkan penjagaan serta perawatan Kinan pada perawat. Selain menyadari bahwa ucapan Andari benar soal kesehatannya sendiri, Radi juga paham kecemburuan istrinya. Ternyata Andari sudah terlanjur marah."Aku minta maaf, Ndari." Radi mendekati wajah Andari,

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   26. Hanya Ingin Tenang

    Koridor rumah sakit daerah siang ini ramai. Jam besuk dimulai pukul dua siang sampai pukul lima sore. Orang lalu lalang dengan tujuannya masing-masing. Andari mengayun langkahnya dengan cepat. Ia hendak ke ruang ICU.Kinanti tidak sadarkan diri sekitar jam sepuluh pagi tadi. Ia koma. Radi menungguinya di teras ruang ICU karena tidak boleh masuk ke dalam ruang khusus itu. Dokter dan beberapa perawat sibuk keluar masuk ruangan setelah ada kabar bahwa Kinanti Dewi Ashwabima jatuh koma. Dari pemeriksaan lanjutan, ditemukan cedera otak dan memar tempurung kepala. Menurut dokter, kemungkinan karena pemukulan berulangkali di daerah kepala. Pagi tadi Radi sempat masuk sebentar ke ruang tempat Kinanti berbaring karena gadis itu memanggilnya. Kinanti tidak bicara apapun saat Radi berdiri di sisi ranjang, ia hanya menggenggam tangan kakaknya dan menatapnya lama. Bibirnya bergerak seakan ingin bicara tapi tak ada suara apapun yang keluar. Radi balas menggenggam tangan Kinanti sampai seorang peraw

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   25. Kepedihan Seorang Wanita

    Surat terakhir Nyonya bergetar dalam genggaman tangan Radi. Lelaki itu tak bisa menahan embun matanya berubah menjadi tetes air, mengalir di pipinya. Andari pun terisak menangis.Kamar Istanaku, hari ini.Saat kalian membaca tulisanku ini, aku sudah berangkat mendahului kalian menemui Tuhan. Aku tahu Tuhan sudah menyiapkan hukuman berat untukku atas semua perbuatanku. Sebagaimana hukuman dunia yang sudah kalian rencanakan juga. Aku melakukan ini karena aku tidak akan mau mengaku kalah pada kalian. Aku juga tidak mau menyebut diriku Ibu, sebab kalian pun sudah tidak lagi menganggapku Ibu.Radi, Andari, Kinanti, anak-anakku.Sejujurnya aku memang tidak mencintai kalian. Bertahun-tahun aku mendamba hadirnya seorang anak namun setelah kalian datang dalam hidupku, bukan kasih sayang yang aku rasakan melainkan hanya kebencian dan dendam. Radi, kau adalah anak dari wanita yang merebut cinta suamiku. Kinanti, kau lahir dari pernikahan suamiku dan si wanita perebut itu, kelahiranmu membinasaka

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   24. Nyonya Pulang

    Matahari memancarkan sinar dan hawa panas siang ini. Jalan desa Karangsena mengepulkan debu setiap kali ada kendaraan lewat. Rumah-rumah di pinggir jalan menerima kepulan debu itu dengan pasrah di terasnya.Seorang wanita tua berkerudung hitam, memakai masker hidung yang juga berwarna hitam, berjalan tegap menyusuri jalan desa Karangsena. Wajahnya tertutup sempurna oleh sebuah kacamata hitam. Gamis marun yang dipakainya sangat longgar, menyembunyikan bentuk tubuhnya yang ramping. Langkah mantap wanita itu menuju ke rumah paling megah di ujung jalan desa, dekat dengan lapangan bola kampung. Tembok tinggi melingkupi rumah tujuannya. Wanita itu tidak ragu mendorong gerbang besi tinggi di muka halaman luas. Ada pos keamanan di sisi dalam gerbang namun isinya kosong, tak ada seorangpun. Sang tamu hapal, penjaga gerbang itu sudah meringkuk dalam penjara, menunggu sidang dan putusan hukuman berat yang akan diterimanya.Wanita tua itu Nyonya Artiyah. Ia pulang hari ini. Rumah Ashwabima adala

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   23. Dua Wanita Cemburu

    Tiga Minggu berlalu tanpa ada kabar baik. Akhirnya Radi memberanikan diri mengajak Andari, Kinanti dan Bu Waidah kembali ke Karangsena, pulang ke rumah Ashwabima. Rumah di Surabaya sangat nyaman tapi tetap saja terasa asing di sana. Rumah kuno Ashwabima tetap tegar kokoh setelah semua tragedi yang terjadi di dalamnya. Andai bangunan itu bisa bicara, ia adalah saksi utama semua kisah penuh air mata dan duka penghuninya. Police line masih membentang di halaman samping, gang menuju rumah belakang. Rumah kandang ayam itu dilarang dimasuki oleh siapapun."Aku rindu masa bahagia di rumah ini, Mas," kata Andari. Wanita bertubuh indah itu berdiri bersandar ke tembok ruang tamu. Radi mengajaknya duduk di sofa tapi Andari seperti tidak mendengar."Sekarang kau tidak bahagia?" Tanya Radi dengan senyum. Andari menatap suaminya. "Aku bahagia kita bisa berkumpul lagi. Itu saja.""Kau bisa bertemu Kinanti lagi, tidak senang?""Tidak."Kening Radi mengernyit."Kenapa?""Aku cemburu padanya. Kelihat

  • MISTERI RUMAH ASHWABIMA   22. Wanita Berhati Dingin

    Kenangan Nyonya Ashwabima terus berkelana. Mengingat semua usahanya menyingkirkan penghalang. Artiyah Sundari sang gadis melarat dari desa Sokajaya, telah bersusah payah memikat bujang Nendra Ashwabima yang terkenal sebagai pewaris pabrik pakan ternak. Nendra muda bukan lelaki yang mudah didekati, jadi Artiyah berusaha memikat hati ibunda Nendra, Nyonya Dewandari. Artiyah melamar pekerjaan di rumah sang nyonya dan diterima sebagai sekretaris pribadi yang mengurusi arsip bisnis Ashwabima. Masa itu bisnis keluarga tersebut masih kecil dan baru dirintis, mereka baru memiliki satu pabrik. Niat Artiyah memasuki keluarga Ashwabima tidak main-main. Ia mencurahkan seluruh ide dan kemampuan mengerjakan tugasnya. Nyonya Dewandari jatuh hati pada gadis manis sederhana yang giat bekerja itu lalu menjodohkannya dengan sang putra mahkota, Nendra.Lamunan Nyonya Artiyah terganggu oleh kumandang adzan Maghrib dari masjid entah dimana. Ia baru sadar bahwa dirinya sudah larut terbawa kenangan masa lalu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status