Share

BAB 4

Author: Maychan
last update Huling Na-update: 2023-12-01 20:31:02

"karena apa?" Desak agung yang masih kesal.

Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut.

"Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu.

"Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan.

"Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.

Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.

Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungguh teramat menyakitkan hati.

"Tadi cuma roh bergentayangan, kini pembunuh penghisap darah, dan yang menjadi sasaran tuduhan adalah adikku." ucap Agung dalam hati.

Yah bagaimana tidak, itu adalah saudara satu-satunya, adik perempuan kesayangan dan tercintanya.

Sudut matanya mulai basah sewaktu menjinjing barang bawaannya, dengan langkah lesu ia mulai berjalan meninggalkan jalan raya Lalu berbelok ke jalan simpang jalan yang menuju kampung Rancabiuk. Agung memang sanggup menahan air mata agar tidak banjir keluar, dengan menatap langit. Namun hati yang luluh serta perjalanan jauh yang ia tempuh sepanjang hari ini tetap saja membuat langkahnya tampak tertatih.

Di tempat yang ia tinggalkan, salah satu pengemudi ojek berjalan ke sepeda motornya yang langsung menghidupkan mesin sepeda motornya. Seorang rekan sesama pengemudi bertanya dengan bingung.

"Mau kemna kau Hendra?"

"Kita sudah berlaku kejam padanya!" ucapnya dengan ketus.

"Maksud mu?"

"Dia pasti masih berduka, datang jauh-jauh ke sini pun tentulah untuk berziarah, dan apa sambutan kita? menolaknya! serta berbicara yang tidak-tidak, tentang almarhum adik perempuannya!" ucapnya dengan tegas.

"Hei. Nanti dulu!" Belum sempat rekannya berbicara, Hendra sudah keburu tancap gas menyusul Agung yang sudah menghilang dalam kegelapan malam, rekannya lantas menyeletuk kuatir. "Mau bunuh diri apa dia?" ucapnya sambil berjalan menuju sepeda motornya.

Sedikit pun Hendra tidak berniat, apa lagi mau bunuh diri. Maka, itu sebabnya sebelum naik goncang sepeda motornya dengan tegas Hendra memberi tahu. "Saya akan antar om sampai di jembatan saja!"

Agung yang tidak pernah tahu lantas menanyakan. "Jembatan yang mana?"

"Sebelum tanjakan rancabiuk!" ucapnya lagi.

Agung menyetujui maksud Hendra. "Sampai di situ pun aku juga sudah berterima kasih. Tapi tolong tidak ngebut, jalannya pelan-pelan saja." ucap Agung dengan nada lemah.

"Oke!"

Segera Agung naik di belakang boncengan sepeda motor itu, sesuai permintaan Agung Hendra mengendara dengan santai. Beberapa saat lamanya mereka hanya saling terdiam, tengelam dalam pikiran masing-masing. tanpa menyadari bahwa mereka berdua justru telah memikirkan orang yang sama.

Agung memikirkan Rina dengan hati yang lirih. Hendra dengan perasaan bimbang bercampur segan mulai mengumpulkan keberanian untuk membuka percakapan.

"Mestinya om terima saja tawaran Bu Ijah!" ucap Hendra dengan nada pelan.

"Siapa?" tanya Agung heran.

"Bu Ijah yang punya warung, dia orang baik. Suka menerima menginap orang yang kemalaman seperti om, tanpa harus bayar lagi!" Hendra menjelaskan.

"Hem ..." Agung menghela nafas. "Apa boleh buat bung, eh namamu siapa?"

"Nama saya Hendra."

"Aku Agung, Agung Bratamangala!" Agung memperkenalkan diri. Keadaan mereka tidak memungkinkan untuk berjabat tangan jadi ya hanya saling mendengar saja. "Waktu luang ku di tempat ini cuma sebentar Hendra, Aku kemari hanya untuk silahturahmi sekaligus berziarah ke kuburan adikku. Setelah itu aku harus pulang ke Lahat." Agung menjelaskan maksud kedatangannya.

"Lahat?" ucap Hendra kebingungan namun segera ia menambahkan. "Ah iya, tadi aku sempat mendengar percakapan om, di Sumatra kan? om kerja apa di sana?" tanyanya kembali.

"Polisi." ucap Agung singkat.

"Pantas saja!" ucap Hendra dengan tersenyum tipis yang di lihat oleh Agung dari kaca spion.

"Pantas apanya?"

"Waktu pertama kali aku melihat penampilan, terutama potongan rambut om, saya memang sudah punya dugaan. Hanya saja saya pikir om ini seorang tentara, bukan polisi. apa pangkatnya om?" Tanya Hendra penasaran.

Tidak menjadi rahasia Agung pun lantas memberitahu. "Kapten."

"Hebat padahal om masih begitu muda dan ...."

Tiba-tiba sepeda motor yang mereka kendarai melompat keras akibat lubang yang menganga di tengah jalan. Bahkan Agung sampai mengeluh kesakitan.

"Maaf om." Ucap Hendra setelah berhasil menguasai posisi laju sepeda motornya.

"Tak apa!" ucap Agung dengan sedikit meringis kesakitan. Agung menarik nafas dalam-dalam lalu menambahkan. "Tulang punggung ku yang salah!"

"Salah gimana om?" Tanya Hendra ingin tahu. Sambil mengendara dengan lebih hati-hati.

"Tulang punggungku habis di operasi, ada sebutir peluru yang harus di keluarkan dari salah satu sambungannya ...."

"Lantas siapa yang menembak, om?" tanya Hendra yang membuat Agung merasa lucu dan membuat ia tersenyum.

"Ya penjahat lah, karena itu pula aku harus meringkuk cukup lama di rumah sakit. Dan tidak sempat menghadiri pemakaman Rina adek perempuanku." ucapnya dengan nada haru.

"Ah, tante Rina!" Hendra berucap. "Dia pun orang nya baik, hidup merakyat, walaupun dia kaya punya rumah bagus dan mobil bagus, namun ia tidak segan-segan naik ojek kami. ongkos juga tak pernah main tawar, bila kami mengantar sampai kerumahnya, dia juga suka menawarkan makanan, paling tidak minum. sayang, orang sebaiknya harus mati muda." ucap Hendra dengan tulus.

Agung sedikit terhibur. "Jadi kamu kenal dia?" tanyanya pada Hendra.

"Tidak begitu dekat om, Tetapi semasa hidupnya banyak mengakui bahwa Tante Rina itu selain cantik, orangnya juga menyenangkan. Itu pula sebabnya mengapa saya memberanikan diri mengantarkan om sekarang," ucap Hendra menjelaskan.

Teringat pada issue yang ia dengar di pangkalan ojek tadi, Agung lantas penasaran, dan bertanya dengan serius.

"Jawab lah sejujurnya, Hendra. Benarkah roh adikku bergentayangan?"

Hendra sempat terdiam sejenak. "Entahlah om, terus terang. Kami juga belum pernah melihatnya. Namun mereka sudah berani mengangkat sumpah segala. Jadi susah juga untuk menjawabnya." Ucap Hendra dengan serius pula.

"Lantas bagaimana dengan ketiga orang yang jatuh sebagai korban?" Tanya agung.

"Kalau itu memang kenyataan. Salah seorang yang mati terbunuh, masih termasuk famili dekat saya. Saya juga malah ikut mengantarkan mayatnya kerumah sakit. Menurut pemeriksaan dokter, kematiannya itu terutama memang kehabisan darah. Sama seperti dua korban sebelumnya. Tentang apa atau siapa pembunuhnya, Dokter bersikeras mengatakan, bukan manusia dan bukan pula roh halus." Jelasnya panjang lebar.

"Oh ya!" ucap Agung dengan serius menyimak ucapan Hendra.

"Binatang buas itulah kata dokter, bintang buasnya apa, juga tidak bisa di jelaskan secara pasti. Tetapi apa yang di bilang oleh dokter itu memang benar, bagian penduduk sekitar sini percaya bahwa si pembunuh bisa jadi seekor kera besar yang menghuni lereng gunung parang. Konon kera besar itu sering terlihat berkeliaran sampai ke kebun penduduk sekitar rancabiuk." ucap Hendra menambahkan.

Agung menghela nafas lega. "Roh gentayangan pastilah hanya desas-desus belaka. Si pembunuh pun ternyata seekor kera, akan tetapi penghisap darah ...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jingga Violletha
keren banget ini sumpah semangat thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 15

    Tidak pernah terbayangkan oleh Agung bahwa Rina akan mati muda, dan sedemikian cepat. Dan juga Agung sangat sulit untuk menerima kenyataan, bahwa Rina kini terbaring di kedalaman tanah yang sangat dingin dan gelap gulita. Yang lebih menghancur luluhkan hati. Agung tanpa sempat melihat jasad Rina, bahkan untuk yang terakhir kalinya!Saat terakhir agung melihat Rina adalah di suatu pagi buta di suatu tahun yang lalu, satu bulan setelah Rina menikah dengan Ariadi. Agung yang biasa terbangun di pagi buta untuk lari pagi, di buat terperanjat manakala ia membuka pintu rumah mereka ... Di lahat, Rina tahu-tahu sudah berdiri di hadapan mata. Tampak lelah, namun tetap dengan kecantikan dan sinar mata yang sama. Sinar mata yang bergelimang cinta!Agung sempat di datangi prasangka buruk, bahwa Rina telah di ceraikan oleh Ariadi. Atau yang paling masuk di akal. Rina yang menceraikan Ariadi. Siapapun di antara mana yang benar, satu hal yang sudah pasti. Agung sampai pucat sangking terguncangnya."

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 14

    Sebelum Agung sempat mengutarakan sesuatu, orang tua yang bermata tajam itu sudah membuka mulutnya kembali. Suaranya tetap terdengar lembut dan tenang. Setenang sikapnya. "Saya tidak akan bertanya apa yang kau kerjakan di sini. Saya hanya menganjurkan, sebaiknya kau segera kembali ketempat dari mana kau datang!" Agung melihat dengan tersentak. "Tepi ...." Belum lagi ia menyelesaikan ucapannya."Saya tidak suka pasien saya terganggu!" Sela si orang tua. Dengan nada suara berubah tajam.Agung mengerutkan kening. "Pasien?" Ucapnya dengan nada menyelidiki."Saya seorang dukun!" Orang tua itu menjelaskan."Ohh ..." Sekali lagi Agung di buat tersedak. Namun tidak mengurangi hasrat nya untuk melunakkan penerimaan si orang tua. "Parah benarkah sakitnya?""Kau sudah dengar sendiri, anak muda. Suara mendengkur nya tidak lazim bukan?"Agung manggut-manggut setuju. Lantas mengomentari dengan gaya sambil lalu. "Tadinya aku sempat mengira yang di dalam itu..." Agung menunjuk lewat bahu kearah bela

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 13

    Puncaknya, saat Rina berusia 17 tahun. Yakni usia kebanggaan seorang gadis, saat di mana semua harapan dan juga serta doa di panjatkan dengan setulus hati. Dan pada kesempatan bersejarah itu, Agung menyempatkan diri untuk menyinggung hal yang sama dalam ucapan selamatnya pada Rina. Secara bermain-main tentunya."Pasti bakal rame, bilang saja saat ini kau memiliki seorang pacar ...!" Ucap Agung dengan nada bercanda.Namun Rina menatap dengan tenang. Dan menjawab dengan nada lebih tenang lagi. "Hanya Abang seorang yang patut menjadi pendamping ku!" Kali ini Agung tidak tertawa. Bukan karena tidak berani. Melainkan benar-benar tidak bisa. Hal itu di sebabkan Agung melihat langsung ke arah Rina dan ia menyadari, di balik mata Rina yang berbinar, terpancar perasaan cinta yang tulus. Cinta seorang gadis kepada lawan jenisnya.****Tempat yang terbuka di hadapannya sempat membuat Agung tertegun sejenak. Rupanya tanpa ia sadari, ia telah berjalan hanya dengan mengikuti ke arah mana kaki mela

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    Agung memotong dengan tandas ucapan Marni. "Kuburan baru gampang menemukan nya, paling tidak di kayu nisannya masih ada nama!" Lantas agung dengan segera pergi berlalu. Di belakangnya, Marni berdiri mengawasi dengan wajah murung. Marni tetap seperti itu, berdiri terpaku beberapa saat. Sampai agung menghilang di luar rumah. Baru setelah nya Marni mengurut dada, sambil berbicara sendirian. "Laki-laki yang malang - andai, dia tau kebenarannya ...!" Saat berikutnya, sudut-sudut mata Marni tampak basah. Ia kemudian kembali meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Mengepel lantai sambil bergumam pelan dan hampir tidak jelas terdengar. Suatu saat, pundak Marni tampak bergetar. Lantas wanita setengah baya itu menangis tersedu-sedu. Lanjut pada Agung.Saat keluar dari rumah, agung langsung mengitari dan kemudian memeriksa halaman di bagian luar kamar yang ia tempati. Ia menemukan beberapa lekukan di tanah yang berumput. Tetapi Agung tidak berani memastikan apakah lekukan-lekukan

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    "Ada apa. Bi?" Dengan penasaran Agung mencoba bertanya, dan berharap ada jawaban yang sesuai dengan ia inginkan.Namun yang di tanya hanya. "Ah - bukan apa-apa!" Marni menyahut lirih. Dengan nada suara seperti tertekan. Mencoba tersenyum kembali, ia kemudian menambahkan. "Saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa juragan istri telah berganti ... Eh - maksud saya telah tiada!" Tampak jelas Marni menyadari sesuatu dengan tiba-tiba, saat mana ia kemudian meralat ucapannya dengan cepat. sehingga mau tidak mau Agung lantas mengerutkan kening. Namun sebelum Agung sempat membuka mulut untuk bertanya kembali. Marni sudah menemukan dirinya kembali. Lantas berujar dengan sikap santai. "Om, tentunya mau ke kamar mandi ya? Silahkan, saya akan membuat kopi selagi om masih di kamar mandi!" Ucap Marni seraya berjalan menuju dapur. Baru satu dua langkah ia beranjak dari tempatnya, Marni kembali membalikkan tubuh. "Yang encer, kalau tak salah. Dengan sedikit gula. Iya toh?" Marni menebak denga

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 10

    Sesuatu terjadi!Saat itu justru Rina lah yang terkejut.Dengan sigap ia melihat beberapa detik ke arah sang laki-laki. Seakan menyadari sesuatu, jari jemarinya dengan cepat ia tarik mundur dari wajah agung. Dan secepat itu pula sosoknya menjauhi tubuh Agung di tempat tidur. Dengan cepat menuju ke arah jendela yang terbuka lebar. Wajah yang indah di pandang itu tampak memucat, ketakutan. Namun di wajahnya yang memucat saat ini masih terlihat sepasang mata yang yang basah. berlinang menyedihkan. Apa yang di takutkan Rina? Apa pula yang ia tangis kan?Dengan sekuat tenaga dan perlahan-lahan Agung menggeliat bangun dari tempatnya. Dengan suara parau Agung memangil. "Rina ...." Seakan Rina tidak mendengar panggilan itu.Terlambat sudah. Seharusnya Agung Bratamangala lebih cepat meluncur dari tempat tidurnya, langsung mendatangi dan merangkul Rina, melampiaskan pendaman rindu sepuas hati. Namun baju juga kepikiran itu muncul di benak Agung, sosok Rina sudah memutar dengan cepat. Pada det

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status