Share

36. MENGHADAPI MAK LAMPIR

“Jadi kamu biang keroknya, bujang lapuk!” teriak si nenek sihir memaki paman. Enak saja, beraninya dia memaki orang yang kusayangi.

“Saya di sini sebagai aparat! Jadi menyerahlah!” ucap Paman dengan tetap menjaga wibawa. Padahal pasti dalam hatinya dia sangat kesal dikatain sebagai bujang lapuk. Memang mulut si nenek sihir itu keterlaluan, seperti tak pernah makan bangku sekolahan saja. Huch, menyebalkan.

“Haach, aku tidak takut padamu. Siapaun kamu walau setan sekalipun aku takkan pernah takut!”

“Hei! Aku akan melaporkanmu kepada atasanmu karena menyalahkan jabatanmu! Kau bisa dipecat karena menangkap kami tanpa kesalahan yang jelas!” teriak Radit dengan kesal.

Saatnya aku keluar dari persembunyianku.

“Diam kamu Radit! Menyesal aku sudah memaafkanmu tempo hari! Seharusnya aku membiarkan warga membakarmu hidup-hidup!”

“Putri! Jadi kau dalang di balik semua ini?!” tanya R

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status