💫 HAPPY READING 💫
Sesaat setelah Isaura tidak sadarkan diri Evander segera membawanya menuju kamar miliknya dan membaringkannya disana, mereka semua menunggu dalam cemas dan tidak tenang.
Bahkan Neo berkali-kali tidak bisa berhenti untuk berjalan kesana kemari hanya karena khawatir yang dia rasakan tidak bisa dibendung.
Isaura terbangun dengan wajah kebingungan, dia tidak merasa terluka sama sekali hanya saja rasa sakit yang sebelumnya menyerang kepalanya masih tertinggal dan memberikan rasa nyeri yang samar, selain itu baginya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja kepalaku terasa sedikit tidak nyaman. Ah! Lalu bag
Ruang tamu kediaman keluarga Maulvi.Neo dan Cato sudah tiba untuk menyapa tamu yang sudah di bawa oleh Alma, di sana duduk seorang perempuan dengan pakaian khas dari ras Elves, berwarna hijau muda yang menyatu dengan alam dan rambut kemerahan yang terselip di belakang telinga runcingnya yang khas, dengan beberapa hiasan berbentuk daun yang terangkai di atasnya, rambutnya tergerai panjang hingga mencapai lengannya yang putih pucat namun lembut.Seperti yang sudah diketahui semua orang bahwa Ras Elves memang terkenal sebagai salah satu makhluk dengan kecantikan dan pesona yang luar biasa yang dikatakan sebagai ras dengan berkah di tengah surga.Bahkan para dewa mengakuinya.Mereka berdua sudah berada di dekat gadis Elf itu ketika ia berbalik dan menampakkan wajah yang sangat cantik dan benar-benar mempesona dengan tampilannya yang sederhana serta bibir merah muda yang l
Alma segera menghampiri Aryua yang tampak sedikit kelelahan, dia tidak pernah menduga bahwa luka yang dimiliki oleh paman Adante itu ternyata bukanlah luka yang biasa saja."Bagaimana keadaanmu?" Tanya Alma segera meraih kedua tangannya.Aryua hanya menggeleng dengan lembut dan menjawab, "tak apa, hanya sedikit kehilangan tenaga."Jasindha segera merapikan selimut Adante dan berjalan mendekati mereka berdua, dia tersenyum sebelum berkata, "aku belum mengetahui namamu sama sekali?" Ucapnya sembari menepuk bahu Aryua pelan sebagai tanda bersyukur atas bantuannya."Ah, nyonya silahkan panggil aku Aryua, salah seorang Healer Elf di pinggiran Arkadia ini." Jawabnya sembari tersenyum tipis."Kau sebenarnya tidak berasal dari tempat yang dekat, bukan begitu? Karena aku tidak pernah melihatmu sebelumnya." Ujar Jasindha.Dia terse
[ Tanah Para Dewa, Asgard. ]Para pelayan wanita yang berpakaian dengan kain sutra dan dihiasi dengan kristal yang berkilau di sepanjang garis pinggangnya, tampak bergerak dengan teratur kesana-kemari. Beberapa dari mereka membawa nampan dengan buah-buahan, yang lain nampak membawa berbagai minuman yang dituangkan dalam cangkir kecil yang terbuat dari emas, dan para pelayan pria tampak berdiri di setiap titik sudut dengan tongkat ramping yang berada di tangan kanan mereka.Dua orang pelayan duduk bersimpuh di kedua kaki seorang pria tua yang tidak bisa ditebak berapa umurnya, tampak hiasan berupa mahkota dari perak dengan kedua sayap yang berdiri tegak di kedua sisinya, mahkota yang di kelilingi berlian itu bernaung di atas rambutnya yang telah memutih namun mengalir lembut melalui bahunya.Fisiknya mungkin menua, namun semua makhluk yang
[ Tanah Para dewa, Asgard 700 tahun sebelumnya. ]"Apa yang kau lakukan dengan berada di tempat ini seorang diri?"Wajah seorang gadis dengan raut lembut dan keibuan yang diiringi dengan mata berwarna hijau terang segera mengalihkan pandangannya ke arah datangnya suara, rambut pirang yang mengalir sepanjang bahunya ikut berkibar dengan datangnya hembusan angin di sekelilingnya."Aesir Forseti, ternyata itu dirimu. Kemarilah aku akan menunjukan padamu sesuatu." Gadis itu segera melambai dengan penuh kegembiraan kepada sosok yang sebelumnya telah bertanya kepadanya."Apa itu? Mengapa kau selalu membuatku merasa penasaran? Apakah ini tentang buku baru yang kau dapat dari dunia makhluk fana lagi?" Kening pemuda yang disebut Forseti itu berkerut dengan rasa ingin tahu."Tidak, ayolah Aesir Forseti kali ini berbeda. Kau selalu bersemangat men
"Dan siapa kalian berani memasuki Balairung Vad tanpa izin dariku?"Forseti dan Lakhesis "...."Apa yang bisa mereka lakukan? Tentu saja tidak ada orang lain yang akan menggunakan nada yang begitu datar dan dingin untuk berbicara seperti itu kecuali pemilik dari Balairung Vad sendiri, Aesir Vidar.Ketika mereka berbalik untuk menemukannya, yang berdiri di belakang mereka bukanlah seorang Aesir dengan rambut perak, busana serba hitam dan syal hitam yang menjadi ciri khasnya. Tetapi, bayangan hitam dengan sinar keunguan yang berkumpul dan membentuk gambaran seekor serigala raksasa yang memiliki tinggi jauh di atas mereka.Forseti segera membuka telapak tangannya dan perlahan cahaya samar muncul membentuk sebuah pedang, dia memasang postur siaga.Lakhesis memandangnya dengan keheranan,"For, haruskah kau menggunakan pedangmu? Mungkin saja dia h
[ ARKADIA ]"Isaura, kau tidak ingin berjalan-jalan denganku?" Saran dari Neo terdengar ketika mereka sedang duduk tidak jauh dari taman bunga. Menikmati udara yang begitu harum dan menyegarkan, membuat mereka sedikit terdiam dan larut dalam hembusan samar angin lembut yang saling bergesekan.Isaura menatap langsung ke arah Neo yang berada tidak jauh darinya yang telah beranjak dari kursi dan memutuskan untuk mengamati beberapa bunga, yang mungkin saja dulu telah mereka tanam bersama. Lebih tepatnya Neo bersama dengan Isaura yang sebenarnya.Dia sedikit menghembuskan nafasnya."Apakah kau memiliki saran kemana kita seharusnya menghabiskan hari ini?" Tanya Isaura sambil mengamati pemuda itu dari tempatnya berada.Tidakkah pertanyaan ini adalah bentuk lain dari pernyataan tidak langsung untuk mengiyakan ajakannya? Neo segera mengembangkan
PACK SETHMOLF Ukiran ini tertera dengan jelas di atas pintu masuk pack, sebagai penanda bahwa ini adalah wilayah teritori yang harus dipatuhi. Isaura sendiri ketika menatap ukiran ini merasa bahwa ingatannya kembali pada masa ketika ia memasuki Arkadia untuk pertama kalinya. Gerbang yang hampir serupa."Selamat datang kembali di pack tempat kita tumbuh bersama, Isaura." Sambut Neo dengan merentangkan kedua tangannya dengan raut wajah bahagia.Isaura mengangguk dan memeluk Neo dengan sangat erat, "terima kasih banyak."Neo mengacungkan ibu jarinya dan mengedipkan sebelah matanya, pertanda mengiyakan ucapan terima kasih dari Isaura. Dia merasa sangat bahagia untuk bisa membawa sahabat kecilnya ini kembali dan mengulang kenangan mereka bersama.Mereka semua memliki antusias kecil untuk berjalan-jalan di sekitar pack ini, tentu sa
"Evander, aku ... takut. Aku tidak bisa ...."Isaura berbisik dan hampir menangis di dalam pelukan Evander jika saja ia tidak memikirkan keadaan mereka saat ini, dia hanya manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun bahkan di sini bukalah dunia miliknya yang sebenarnya. Mengapa dia harus masuk kedunia ini dan mendapati masalah tanpa kepala dan ekor seperti ini? Dia takut kehilangan orang lain karena ketidakmampuannya.Wanita dengan rambut merah kembali berbicara, "berhenti bersedih, kau tidak akan menyelesaikan apapun, dan lagi bahkan jika kau tidak ingin menyerahkan diri apakah mereka akan berbaik hati untuk memberikan nyawa untuk melindungimu? Aku rasa tidak."Pernyataan ini jelas bentuk provokasi bahwa dia tidak memiliki siapapun untuk melindunginya bahkan jika dia ingin melawan mereka.Namun Evander masih menahan Isaura di dalam pelukannya