Usai rapat Ji Yeong kembali ke ruangannya, disana masih ada Gang Sang yang sudah jenuh menunggu, melihat kedatangan Ji Yeong, Gang Sang bergegags merapikan kemejanya, kedua pengawalnya yang mengawasinya itu mengangkat bibir sebelah karena semakin kesal terhadap Gang Sang. "Pekerjaan apa yang kau inginkan? Apakah kau pernah bekerja di perusahaan sebelumnya?" Tanya Ji Yeong tanpa basa-basi. Gang Sang tergugu, dia belum pernah bekerja di perusahaan manapun, masa mudanya hanya dihabiskan membantu orangtuanya direstoran kecil, tetapi restoran otu bangkrut karena ulahnya yang seringkali berjudi. "Belum Tuan, tapi saya akan belajar," Sahutnya. Ji Yeong menghela nafas, kehadiran Gang Sang di keluarganya sungguh mengusik mereka. "Kami butuh seseorang yang berpengalaman, kami tidak bisa menerima sembarang orang untuk bekerja di perusahaan kami, kalau anda mau kami memiliki pabrik kecil di pinggiran kota, saya akan memasukkan anda disana untuk awal," jelas Ji Yeong. Gang Sang terdiam, buka
Bora di tangkap kembali oleh petugas keamanan rumah sakit jiwa itu, dia dibawa lagi ke ruangannya, Ayahnya hanya dapat melihat aksi brutak anaknya yang kadang memukuli petugas, bahkan sampai meludahi wajahnya. Bora yang tak sadar dengan yang dilakukannya, membuat Ayahnya mengerti betapa menderitanya Bora."Bora tenanglah putriku.. Ini Ayahmu," Ucapnya.Mendengar ucapan Ayahnya, Bora terdiam, dia perlahan menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, walaupun keadaan mentalnya sedang tidak baik-baik saja, namun Bora dapat mengenali Ayahnya."Ayah.." Ucapnya."Iya sayang, ini Ayah.""Ayah, aku ingin pulang, aku takut disini, aku ingin pulang bersama Ibu dan Ayah," Kata Bora sembari memeluk Ayahnya."Iya Sayang, Ayah akan membawamu pulang," sahut Ayahnya.Dia segera menemui psikiater yang sering menangani Bora, meminta agar anaknya di rawat dirumah saja, psikiater itu mengizinkan tapi dengan syarat Ayahnya harus bertanggungjawab ketika Bora melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri ataupu
Anna bangun dari tidurnya, dia melihat jam, ternyata menujukkan pukul tiga sore, dia mengingat Dzuhur dia sempat bagun untuk sholat tetapi karena kelelahan Anna memilih tidur kembali. Panggilan video Dae Jung berulang kali masuk ke ponselnya. Anna ingat tadi siang dia sempat melakukan panggilan video dengan Dae Jung."Aku rasa tadi siang sudah cukup untuk itu," gumamnya. Anna enggan untuk menelpon Dae Jung kembali, bagaimanalin dia harus menjaga perasaan Dae Song, ia pikir itu cara yang adil untuk tidak memihak ke siapapun.Anna beranjak keluar kamar, ada dua pelayan yang menyapanya. Karena saat itu Bu Nas dan Koki Choi sedang menjaga Dae Jung di rumah sakit, Anna khawatir jika kedua anaknya tidak terurus dengan baik."Anak-anak bagaimana?" tanya Anna."Setelah Tuan Song menyiapkan makan siang untuk mereka, Tuan Song mengantarkan mereka ke tempat Moskow," jawab pelayan itu.Anna bergegas untuk kondisi kamar anak-anaknya, sudah sepekan ini Anna tiafk terlalu memperhatikan Haneul dan Mi
Pelukan itu teramat hangat memenuhi tubuh Anna, Dae Song meraih wajah Anna untuk dipandangi."Anak-anakmu lebih mirip Dae Jung, aku ingin anak kita didalam perutmu ini mirip denganmu, agar semua tahu, itu adalah anak Anna Binatang Bintang."Anna tertawa, sangat lucu mendengar Dae Song berkata demikian."Kamu juga mirip dengan Haneul dan Micha, kalian berempat itu semua mirip," ucapnya sambil tertawa cekikikan.Dae Song yang gemas spontan menggigit dagu Anna, seketika kesedihannya berlalu sebab tawa Anna mencairkan suasana. Mendapatkan gigitan mesra dari Dae Song, Anna terhenyak, dia takut untuk menolak segala bahasa tubuh kemesraan dari suaminya."Aku mencintaimu istriku," ucap Dae Song.Anna hanya terdiam, Dae Song tahu ungkapan cintanya tidak akan terbalaskan oleh Anna, baginya cukup Anna mendengar dan menerima cintanya dengan tidak menolak lagi secara terang-terangan.Dae Song menenggelamkan Anna dalam pandangannya, nafasnya memburu seolah sedang berlari dari satu tekanan dalam dir
Anna terbangun karena belaian Dae Song, matanya menyipit memandangi Dae Song yang sempat mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Namun ucapan itu terdengar samar-samar ditelinga Anna. "Tadi kamu bilang apa?" Pria rupawan itu menyunggingkan senyuman, "Aku bilang, kamu sangat cantik," Sahutnya berdalih. "Tidak, tadi kamu bilang ada sesuatu, apa?"Dae Song tidak akan mengulangi ucapan selamat tinggalnya kepada Anna. "Mungkin kau sedang bermimpi," Ucap Dae Song seraya mengusap-usap pipi istrinya. Anna melihat ada yang berbeda dari tatapan Dae Song lagi, ia terdiam sesaat, Anna merasa dia mulai menumbuhkan perasaan terhadap suaminya. Perasaan itu menyusup begitu saja, mungkinkah itu perasaan alami dari seorang istri? Batin Anna. Anna membangunkan diri, melirik jam, menujukkan hampir memasuki waktu Maghrib. Sontak Anna berlari ke kamar mandi Dae Song. "Kau kenapa?" Tanya Dae Song terheran. "Ingin mandi dan sholat," Sahutnya dari dalam kamar mandi. Beberapa menit menunggu, Anna kelu
Dae Song mulai gelisah, melihat senyuman adiknya, tak tega bila harus menukar itu dengan kecewa, tentu kehancuran Dae Jung akan dimulai setelah mengetahui hubungan Anna dengannya. Dae Song menghela nafas, dia menundukkan wajah, menimbang keputusan yang akan ia ambil. "Kau kenapa Hyung?" tanya Dae Jung menangkap kegelisahan di raut wajah Kakaknya. Dae Song tergagap, sepasang bola matanya bahkan mengerjap-ngerjap karena gugup. "Apa ada sesuatu?" Pertanyaan Dae Jung makin membuat Dae Song gugup, mengatur nafas terasa sulit karena ia sudah dibatas untuk menahan diri. "Ada yang ingin kusampaikan padamu," tuturnya. Dae Jung menatapnya, anggukan kecil yang diberikan. "Tolong beritahu, apa yang paling membuatmu marah?" tanya Dae Song. Dae Jung mengerutkan alis, namun dia menjawab sesuai dengan pertanyaan Kakaknya. "Aku tidak menyukai hak pribadiku di ganggu oleh siapapun, siapa pun itu." Deg! Bak genderang perang yang terucap dari mulut adiknya, Dae Jung memaknai siapapun itu ialah
Sepulang dari Hotel Ven, Dae Song kembali ke rumah. Dia naik ke atas, ada sesuatu yang ingin ia ketahui tanpa bertanya kepada siapapun. Langkah kakinya sigap menuju ke kamar Anna. Meyakinkan diri membuka itu walaupun tanpa izin dari Anna. Matanya hanya mendapati ruangan kosong tanpa sosok penghuninya."Anna belum pulang, sudah larut malam, berarti dia masih bersama Dae Jung di rumah sakit," gumamnya.Ketika Dae Song hendak ke kamar Micha dan Haneul, dia terkejut dengan kehadiran Bu Nas di rumah, sontak ia menghampiri kepala pelayan sekaligus Ibu angkatnya itu."Bu Nas, sejak kapan kau pulang?"Bu Nas terhenyak, dia pun terkejut dengan kehadiran Dae Song dirumah."Dua jama yang lalu setelah Nona Anna datang ke rumah sakit, saya kira Tuan juga sedang disana."Pria mata sipit itu tercenung, pikirannya kian kacau, seharusnya ia merasa tidak memikirkan apa saja yang Anna dan Dae Jung perbuat, dia tahu dalam keadaan sadar Anna tidak akan melakukan dosa, menjatuhkan harag dirinya sebagai ist
"Berapa yang kau inginkan? Aku tidak akan memberikan jika infromasimu itu hanya berita burung," Kata Ayah Bora. "Terserah, aku tidak ingin menyulitkanmu, aku tahu perusahaanmu juga sedang berada di ujung tanduk."Ayah Bora menyerahkan amplop ke Gang Sang. Memeriksa isinya sejenak, Gang Sang cukup luas dengan bayaran itu. "Ini sudah cukup, aku juga mengerti kondisimu, jika kua usdah berhasil keluar zona sulit, ingatlah pengertianlu," kata Gang Sang. Paman Hyejin itu menceritakan berita simpang siur tentang keluarga Korain yang ia dengar ditoilet. Ayah Bora hanya tercenung, dia tak percaya dengan ucapan Gang Sang. "Kau membohongiku? Aku jauh lebih dulu mengenal keluarga Korain, mereka tidak akan saling mengkhianati satu sama lain," Ketusnya. Gang Sang menghela nafas, dia sangat tidak suka dijuluki pria pembohong secara terang-terangan. "Aku tidak bilang ini sudah fakta, hanya berita simpang siur, hanya saja pihak Korain membungkam media," Jelas Gang Sang setengah membentak. Ayah