Share

BERUCAP PADA ANNA

Zura masih menunggu jawaban Anna, tetapi istri Kim Dae Jung itu hanya diam. Mimik wajahnya kebingungan. Dae Song yang merasa tidak nyaman, mencoba menjawabnya.

"Ruh? Ruh itu sudah di tempat masing-masing, ayo Anna, kita pulang," ajaknya.

Zura mencegat tangan Anna, itu karena desakan Dae Jung padanya.

"Jangan pergi dulu, Nona. Saya mohon dengarkan dulu, percayalah, ketika keluarga kita ada yang koma  ruhnya ada di sekitar kita," tutur Zura.

Anna termangu, dia pernah mendengar hal ini di katakan oleh Bu Nas, bahwa ruh Dae Jung bisa saja mengawasinya setiap saat.

"Katakan pada Anna, aku selalu melihatnya dan anak-anakku," ujar Dae Jung pada Zura agar memberitahu Anna.

Zura menatap ke arah Dae Jung, " Aku mau jelaskan dulu," kesal Zura. 

Anna dan Dae Song menyerngit melihat Zura berbicara sendiri pada pandangan kosong di samping, Dae Song menggeleng-gelengkan kepala, perempuan bercadar itu sudah di anggapnya gila.

"Ayo Anna, kita pulang, mungkin dia sedang banyak masalah," ujar Dae Song menarik tangan untuk masuk ke dalam mobil.

"Hei, jangan sentuh istriku!" Umlat Dae Jung, meski suaranya begitu nyaring, namun tetap saja Anna dan Dae Song tak mendengarnya.

Zura mematung. Dia paling tidak suka di ragukan kemampuan khususnya.  

"Zura, tolong jelaskan ke istriku, ku mohon," pinta Dae  jung. Namun mobil mewah Dae Song sudah melaju meninggalkan mereka.

Harapan Dae Jung hari ini pupus lagi. Matanya berkaca-kaca. Anna dan si kembarnya belum tahu dengan hadirnya setiap siang hari. Zura ibah merasa ibah pada ruh malang itu. Dia melangkah ke arah Dae Jung.

"Maaf, Kembaran itu sangat menyebalkan, aku tersinggung di buatnya," protes Zura.

Dae Jung menghela  nafas. Ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada waktu untuk menjelaskan lagi pada Anna. Zura sudah berusaha membantunya, namun teori dunia metafisik kadang buat orang ragu akan hal itu, termasuk Anna dan Dae Song.

"Masih ada lain waktu, tapi kamu bisa bantu aku lagi, 'kan?" tanyanya.

"Iya, InshaAllah, tapi kalau aku ingin bertemu istrimu lagi, itu ketika kembaranmu tak ada di sampingnya."

Ruh Dae Jung melemah, sinar matahari membakar habis tenaganya. Dia segera berlari untuk berteduh di lantai satu mesjid. Zura menyusulnya dari belakang, dia ingin banyak tahu tentang ruh tampan itu. Kehidupannya, karena bila mendengar tutur bicaranya, pria itu sangat beribawa.

"Kau kehilangan tenaga?" tanya Zura.

"Sedikit," sahut Dae Jung.

"Ah, istrimu cantik sekali, kau sangat beruntunh memilikinya, dia seperti bidadari surga," puji Zura bila mengingat raut wajah Anna meneduhkan.

Dae Jung tersenyum. Ya, dari dulu dia sangat beruntung memiliki Anna, di antara banyaknya laki-laki menyukai Anna, dialah yang di percayakan  untuk menjadi imam untuk jelmaan Yama di abab 21 itu.

"Anna sosok inspirasi korain bak musim semi di Pulau Jeju," lirih Dae Jung.

"Kau pria romantis, tapi kenapa kembaranmu sangat menyebalkan?!" 

Dae Jung tertawa, lesung pipi di sisi kanannya timbul sejenak. " Karakter kakakku memang  seperti itu, tapi hatinya sangat baik, jika kamu mau setelah aku sadar, aku bisa jodohkan kamu nanti," kata Dae Jung.

"Sit! Tidak!" Zura menolak mentah-mentah tawaran Dae Jung. 

Dae Jung tahu, sampai sekarang Dae Song belum memiliki kekasih, kakaknya itu terlalu sibuk mengurus perusahaan juga menggantikan perannya sebagai penjaga Anna juga kedua anaknya. 

"Oh ya, biasanya orang koma punya alasan belum juga sadar, alasan kamu apa?" tanya Zura yang begitu penasaran.

"Paru-paru yang di donorkan padaku tidak cocok, paru-paru itu menolak kerja sama dengan tubuhku, makanya aku harus memberitahu Anna, aku bisa sadar kembali ketika paru-paru itu di ganti lagi dengan yang baru," jelas Dae Jung, itulah yang di katakam oleh salahsatu malaikat membawa wahyu yang menyampaikan pesan padanya.

Zura terkesiap. Pria di hadapannya ini pasti tipe manusia yang sangat baik, bisa di beri kesempatan untuk hidup, itu kumpulan doa orang-orang yang baik pula padanya.

"Kau beruntung, di antara ruh yang berkeliaran mereka hanya bisa menangis gentayangan menyesali perbuatannya. Mereka tidak ikhlas karena banyak dosa," imbuh Zura bila melihat banyak ruh yang ia lihat meninggal secara tragis dan ruhnya pun menangis penuh penyesalan.

"Aku baik karena ajakan istriku, makanya aku tidak ingin meninggalkan dia, kami maish punya banyak janji dan tujuan untuk kebaikan hidup," tangkas Dae Jung meyakini dia akan kembali bersama Anna mendidik kedua anaknya menjadi anak yang bisa berguna pada orang-orang di sekitarnya.

*********

Di dalam mobil, Haneul dan Micha bermain di jok belakang.  Anna dan Dae Song yang berada di depan saling mengunci mulut. perempuan berhijab itu masih memikirkan kalimat-kalimat Zura yang ia rasa benar adanya. 

'Aku harus bertemu dia lagi,' lirih Anna dalam hati. Dia akan mengunjungi Zura esok hari. Melepas rasa penasaran yang mungkin saja tak bisa membuatnya tidur nyenyak.

Sementara Dae Song, tak henti melirik ke perut Anna. Dia membayangkan bila Anna benar hamil, lalu  "Ahhk!" Kakinya menginjak rem mendadak. Dae Song memekik sendiri buat Anna dan si kembar terkejut.

"Samchonga, kau kenapa?" tanya Haneul.

Anna memberi tatapan menyelidik.  Dia melihat ada yang aneh lagi pada kakak iparnya itu.

"Dari kemarin Kak Dae Song banyak pikiran," gumam Anna. 

Dae Song membuang wajah. Dia tak ingin di pandangi Anna seperti itu, bisa-bisa jika sudah tak tahan lagi, dia akan jujur tentang peristiwa di hotel itu.

"Kak Dae Song punya masalah?"  tanya Anna.

Dae  Song mengeleng. 'Ini bukan masalahku sendiri, tapi juga akan jadi masalahmu,' ujarnya dalam hati

Dia kembaki melajukan mobilnya. Pikirannya sungguh kacau, bukan hanya Korain Group yang harus ia tanganu bersama Ji Yeong. Tetapi Anna pun ikut larut dalam masalah pribadinya, bayang-bayang kehamilan Anna akan menghnatuinya sebulan kedepan, hanya menunggu waktu saja. Apakah benihnya itu tumbuh di dalam rahim perempuan hebat itu atau gugur tak berarti untuk menjaga kerahasiaan intim keduanya saat itu.

"Tolong, mampirkan aku mini market nanti, Kak," pinta Anna.

"Untuk apa?" tanyanya.

"Mau belikan cemilan untuk Haneul dan Micha," sahut Anna.

Setelah mampir di mini market, Anna turun seorang diri, Dae Song dan si kembar hanya menunggu di dalam mobil. Beberapa menit berselang, Anna sudah kembali membawa satu plastik besar, berisikan cemilan dan minuman untuk mereka.

"Ini untuk anak-anaknya ibu, jangan sampai es krimnya tumpah ya," ujar Anna pada anaknya.

Dae Song melihat Anna membeli  dua botol ramuan kewanitaan, terbersit di pikirannya untuk bertanya.

"Minuman itu apa?" tanyanya.

"Ini, ramuan kesehatan wanita, sebentar lagi aku ada tamu bulanan, ini penghilang rasa nyeri," jawab Anna lalu meneguk ramuan produk Indonesia itu.

Dae Song terkesiap. Dia kembali panik. Ternyata Anna belum menstruasi di bulan ini.

'Bagaimana kalau  Anna? tenang Dae Song, jika kau makin panik, kau tidak bisa menyelesaikannya,' kata hati Dae Song bertegas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status