Share

RUH KIM DAE JUNG

Setiba  di mesjid Seoul, mereka segera turun dari mobil. Dae Song menggedong Haneul sementara Anna menggendong Micha. Di atas lantai dua, sudah banyak para penulis menunggu Anna. Sembari menggendong kedua keponakannya, Dae Song mengantar Anna ke atas lantai dua.

"Aku tunggu kalian di bawah," kata Dae Song. 

"Disini saja kak, sekalian dengar siraman qalbu," imbu Anna.

Dae Song senyum masam. "Lain kali saja, aku malu," cetusnya.

"Kali aja di dalam ada yang buat Kak Dae Song naksir," imbuh Anna.

Dae Song senyum masam, 'kamu akan hamil anakku Anna, bagaimana bisa kau inginkan  aku dengan orang lain,' lirihnya dalam hati.

"Kak, ayo masuk," pinta Anna.

"Nanti saja, aku turun dulu, kalian berdua jangan susahkan  ibumu," ucap Dae Song pada si kembar.

Di berlalu turun ke bawah lagi. Duduk menepi kursi sudut di kantor federal. Dari arah belakang, dia di kagetkan dengan kehadiran sosok perempuan bercadar. 

"Aihs!" Dae Song mengumpat.

Perempuan bercadar itu malah menatap Dae Song dengan tatapan menyelidik. 

"Dari kemarin kau melihatku seperti itu? kenapa?" tanya Dae Song menggunakan bahasa Korea.

Perempuan itu malah tak bergeming. Justru pandangannya ke arah kursi kosong di samping Dae Song. 

"Aku pikir sebentar lagi kamu akan meninggal," gumam perempuan itu. 

Dae Song menyerngitkan dahi. Lancang, kata yang di simpulkannya pada perempuan berniqob itu.

"Kau Tuhan? atau kau bersahabat dengan malaikat maut?" tanya Dae Song bernada kesal.

Perempuan itu sama sekali tak menggubrisnya. Dia malah memandangi kursi kosong itu lagi, seperti sedang melakukan perbandingan.

"Ya Tuhan, sepertinya kau sedang berhalusinasi, aku menyesal duduk disini, lebih baik aku naik bersama Anna," gerutu Dae Song menuju kembali ke lantai dua meninggal perempuan yang sedang kebingungan itu.

"Apakah kau ruh dari pria tadi?" tanyanya pada sosok ruh yang duduk menepi, ruh itu tampaknya tak ingin terkena sinar matahari.

"Kau bisa melihatku? kau melihatku?" tanya ruh itu.

"Iya," sahutnya. 

"Aku kembaran pria tadi, namaku Kim Dae Jung tolong katakan pada wanita yang bersamanya, aku akan kembali," ujar ruh tampan dengan wajah yang nyaris sempurna.

 Benar, dia sosok ruh dari Presiden Direktur Korain Group, Kim Dae Jung. Pria tampan yang memiliki nasib malang sejak kecil. Sudah dua minggu di berkeliaran di siang hari, mengawasi Anna dan anak kembarnya, karena kebaikannya selama di dunia, kekuasaan Tuhan  memberikan dia kesempatan untuk mengawasi istri dan anaknya selama terbaring koma.

"Wanita yang bersamanya itu siapa? istrinya?" tanya perempuan itu bingung, yang di maksuh ialah Dae Song dan Anna.

"Bukan, dia Anna, istriku dan anak kembar itu anakku, aku mohon katakan pada mereka, sabarlah menungguku aku akan sadar kembali," pinta Dae Jung memohon untuk pertama kalinya pada orang yang tak di kenal.

"Namaku, Zura. Aku ingin membatumu, tapi apakah mereka bisa percaya itu? sedangkan mereka tak bisa melihatmu?" tanya Zura ragu. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan khusus bisa melihat sosok ruh seperti Dae Jung. Sejak kecil Zura memang memiliki penglihatan mata batin yang dapat melihat mahluk astral di sekitarnya.

Dae Jung membisu, dia berusaha mencari cara agar Zura bisa di percaya oleh keluarganya, termasuk Anna.

"Kau koma? biasanya hanya manusia koma yang bisa seperti ini?" tanya Zura.

"Aku sudah lima tahun koma," sahut Dae Jung pasrah.

Zura terkesiap. Selama itu jasad ruh tampan menderita? dia tidak bisa membayangkan kesedihan ruh itu dan juga istrinya. Mereka dekat namum  terpisah di dimensi yang berbeda.

"Aku ingin menyentuh anakku, memeluk mereka, sejak labir aku belum pernah merasakan sentuhan kulit anak-anakku," lirih Dae Jung yang sudah menitikkan aor mata.

Zura menarik nafas. Dia merasa ibah pada ruh pada suami Anna itu. Tapi membantu ruh itu tidak mudah, dia harus menerima banyak cacian dari orang-orang yang tidak percaya dengan alam metafisik. Di mana kamu tak kasata mata hidup tanpa terlihat.

"Aku sulit bila membantumu, kembaranmu saja mengatakan aku berhalusinasi, mereka tidak akan percaya padaku."

"Aku mohon, kamu coba saja dulu, akan aku berikan kamu mobil, rumah, atau apa saja yang berbentuk materi bila Anna tahu aku ada di sisinya," ujar Dae Jung.

"Ini bukan masalah mau tidak mau, aku lelah di anggap orang gila, aku pakai cadar karena lelah di juluki anak indigo."

Zura berlalu masuk ke kantornya. Dae Jung tetap mengikuti. Dia takkan berhenti memohon  sampai Zura mau menemui Anna.

"Istriku itu orang yang sangat baik, dia tidak suka mencela orang, apalagi tidak menghargai, dia beda dari manusia pada umumnya," papar Dae Jung.

Zura menghela nafas. Dia seringkali dimintai bantuan oleh ruh-ruh macam Dae Jung, tapi kali ini ruh suami Anna membuat hati nurani Zura berontak agar membantunya.

"Baiklah, aku akan membantumu, tapi pikirkan sendir caranya, aku banyak keejaan, otakku yang pas-pasan ini tidak bisa menampung banyak problema," kata Zura.

"Tetima kasih, Zura. Anna pasti percaya padamu," ucap Dae Jung.

"Hem. Kalau begitu keluarlah, aku mau shalat dulu, jangan masuk keruangan ini tanpa izin, meski kau ruh tapi tetap saja kau pria!" 

Dae Jung mengangguk memahami, lagi pula aturan itu sudah alam ia tahu. Anna juga perempuan berhijab, dan hanya membuka aurat ketika hanya berdua dengannya.

Ruh suami Anna itu keluar dari kantor federal. Duduk menepi di teras mesjid menunggu Anna dan anak-anaknya turun dari lantai dua.

Sejam berselang, semua kaum hawa yang ada di mesjid itu turun, mereka sudah melakukan observasi tentang sejarah-sejarah islam yang benar di Korea. Anna sebagai pembicara hari itu begitu lega bisa menjelaskan pada teman-teman yang berasal dari Indonesia,  tentang bagaimana pandangan Islam di mata masyarakat Korea Selatan.

Anna turun bersama Dae Song juga si kembar. Di bawah sudah ada Zura menunggunya, di samping Zura da Dae Jung yang bersiap-siap memandunya untuk bicara pada Anna.

"Ninja itu lagi," gumam Dae Song melihat Zura dari jauh.

"Ninja? Kak jangan berkata seperti itu, dia sedang menjalankan sunnah, Kak Dae Song saman saja menghina islam," protes Anna.

Dari jauh Anna sudah melepar senyum pada Zura. Perempuan indigo itu menyipitkan mata pertanda membalas senyuman Anna.

"Kamu benar, istrimu sangat ramah," ujar Zura Pada Dae Jung.

"Iya, dari dulu dia seperti itu, makanya aku sangat mencintainya."

Anna dan Dae Song membelok ke parkiran. Zura  berlari kecil menghampiri petinggi Korain Group itu. Dae Jung juga ikut menyusul Zura. Dengan menggunakan bahasa Korea, Zura menyapa Anna.

"Maaf, bisa kita bicara sebentar?" tanya Zura pada Anna.

"Tidak bisa!" Dae Song menimpal.

"Aku bicara dengan Nona Anna, bukan kamu!" 

Anna tertegun karena perempuan di hadapannya mengetahui namanya.

"Kau ingin meramal lagi dia akan meninggal?" Dae Song masih kesal dengan penuturan Zura tadi. Padahal, dia hnaya salah tanggapan saja, yang dilihatnya itu ialah ruh Dae Jung bukan ruh Dae Song yang sudah keluar dari tubuhnya.

"Ya, silahkan, maaf kakak iparku memang seperti itu," tangkas Anna.

Zura melirik ke arah Dae Jung, lalu bertanya pada Anna,  "Nona Anna, apa kau percaya dengan ruh yang berkeliaran?" tanya Zura.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status