Share

$20.000

William melepaskan kungkungannya dari tubuh Mayleen, dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mayleen terduduk simpuh di lantai. Mayleen memegangi dadanya seraya berpikir jika jantung ini tidak ada di tubuhnya, maka saat ini dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak-nya menikmati hidup meski harus berjuang untuk sehat.

Mayleen, menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak terdengar. Hatinya begitu sakit menjalani hari-hari bersama William dan bahkan terkadang harus berbagi ranjang dengannya, itu terasa seperti sedang berbagi ranjang dengan iblis.

Mayleen mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas-nya lalu langsung saja pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah keluarga Li dulu. Jika sedang merindu maka terkadang Mayleen berkendara jauh-jauh ke rumah lamanya, hanya untuk memandangi dan mengenang masa-masa manis bersama keluarganya. 

Rumah itu, semenjak Li Jancent di penjara sudah bukan milik mereka lagi. Setelah puas menatapi, barulah Mayleen kembali ke rumah utama, lebih tepatnya rumah rasa penjara. Hati dan tubuh Mayleen benar-benar merasa sudah lelah, sehingga begitu sampai di rumah utama hal yang ingin dia lakukan adalah merebahkan diri di ranjangnya dan juga terpulas dengan nyenyak.

Namun sepertinya bukan itu yang diinginkan Gu William, ketika Mayleen tiba kepala pelayan memberi tahu jika Tuannya sedang menunggu Mayleen di dalam kamarnya.

Mayleen, Dengan langkah malas Mayleen pergi ke kamar William. Ketika Mayleen masuk nampak William sedang memangku Reina.  Melihatnya Mayleen hanya bersedekap sambil tertawa dengan mimik wajah menyindir. 

Melihat Mayleen hanya berdiri dan menatapinya acuh tak acuh, William pun berdiri lalu berjalan ke arah Mayleen, "Mulai hari ini Reina akan tinggal bersama kita," jelas William. 

"Baiklah," jawab Maylen seraya berbalik memunggungi William dan bergegas melangkah ke pintu keluar. 

Merasa tak puas dengan sikap Mayleen, William menarik lengan Mayleen. Namun, itu malah membuatnya tersentak karena Mayleen menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, "Dengar Tuan, kau yang paling tahu aku bisa menikah denganmu karena hal apa," tukas Mayleen. 

"Karena jantung yang ada di sini," tukas Mayleen lagi dengan suara parau seraya memukul-mukul pelan dadanya

"Jadi silahkan berlaku sesukamu, dan tenang saja aku tidak akan perduli jika nanti kau ingin menambah satu selir lagi untuk kau bawa pulang!" tukas Mayleen dengan menekan nada marahnya seraya menghempaskan tangan William yang sedang memeganginya.

Mayleen pergi dengan menyimpan amarah dihatinya, masuk ke kamarnya. Bersandar di pintu, lalu terduduk dan menangis dalam diam. "Sungguh ini adalah sebuah jantung yang terkutuk," gumam Mayleen dalam hati. 

Keesokan paginya mereka bertiga sarapan bersama, terlihat  Reina sedang sibuk menuang juice jeruk, dan memotong-motong roti sandwich untuk William. Sebenarnya Mayleen tadi sudah akan berangkat ke kantor, namun Kepala pelayan memanggilnya dan mengatakan bahwa mulai hari ini mereka harus mulai sarapan pagi bersama. Namun, Mayleen tak mengira jika mereka yang dimaksud adalah ada Reina di dalamnya.

Mayleen menghabiskan sandwichnya dengan cepat sehingga pipinya menggembung, lalu menuang susu dan menyesapnya dalam beberapa teguk.  Setelahnya Mayleen langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan. 

"Aku pergi!" ujar Mayleen. 

"Kami belum selesai makan," ujar Reina sambil bergelayut di bahu William. 

"Maafkan aku tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi, Direktur Gu tidak suka jika ada karyawan yang bekerja asal dan malas-malasan," jawab sindir Mayleen. 

Suara hentakan sepatu Mayleen pergi meninggalkan rumah pun terdengar menggema. Mayleen menutup pintu mobilnya dengan sangat kesal lalu melajukan mobilnya dengan kencang sampai decitan roda mobilnya terdengar jelas. 

Setelah Mayleen pergi, William menghempaskan tubuh Reina dan juga pergi meninggalkan ruang makan. Beberapa saat kemudian, di Gu Corporation, Mayleen tengah duduk di ruanngannya seraya memijit-mijit kepalanya. William memberi tekanan besar untuk pekerjaannya, target yang diberikan begitu tinggi. Sementara di rumah, William juga memberikan tekanan yang tak kalah membuat kepalanya bertambah berdenyut tegang. 

Gu Hansen masuk ke ruangan Mayleen, seraya membawakan Kopi caramel machiato kesukaan Mayleen, "untukmu, agar wajah manismu tidak hilang," ujar Gu Hansen. 

"Hissh kau ini," ujar Mayleen. 

Gu Hansen, melihat berkas-berkas yang ada diatas meja Mayleen. Lalu matanya menyipit melihat target yang diberikan oleh William. Meski Gu Hansen adalah Direktur Marketing, namun untuk soal pekerjaan Msyleen maka itu adalah dibawah perintah Gu William, karena itulah Gu Hansen tidak bisa ikut campur tangan untuk target yang diberikan kepada Mayleen. 

"Sudah-sudah tak usah dibaca, itu malah akan membuat alismu mengkerut keras," ujar Mayleen seraya tertawa dan menyesap kopinya itu. 

"Emm…. ini enak sekali," ujar Mayleen lagi

"Kau memang yang terbaik," Tukas Mayleen seraya menepuk-nepuk bahu Gu Hansen dan dengan tersenyum. 

Gu William datang mencari Gu Hansen namun dia tidak ada di ruangan. Melihat yang dicari tidak ada diruangan, William langsung tahu jika Gu Hansen ada di ruangan Mayleen. 

Begitu masuk William langsung di suguhi pandangan Mayleen yang sedang tersenyum seraya menepuk-nepuk bahu Gu Hansen. Hati William seperti tergelitik oleh pisau. 

"Apakah Departemen Marketing kekurangan pekerjaan?" tanya William seraya duduk di sofa yang ada di ruangan kerja Mayleen.

Gu Hansen melirik ke jam tangannya, ini masih jam satu siang kurang. Masih dalam waktu istirahat, "Apakah kau adalah seorang tirani, ini masih jam istirahat," jawabnya sambil melirik sarkas kepada William.

"Tentang laporan Resort baru, kutunggu dalam waktu 10 menit," ujar William seraya berdiri lalu meninggalkan ruangan Mayleen.

"Apa otaknya baru saja kemasukan air," gumam kesal Mayleen. 

Dengan segera Mayleen memainkan mouse komputernya, lalu segera membuat laporan yang William pinta. Melihat Mayleen yang sedang serius itu, Gu Hansen pun tersenyum getir. Wanita secantik Mayleen harus menikah dengan seorang tirani seperti William.  Gu Hansen pun tak ingin mengganggu, lalu pergi meninggalkan ruangan Mayleen. 

Beruntung Mayleen memang sudah membuat laporan itu lebih dulu, jadi sekarang hanya tinggal melakukan penyesuaian sedikit saja. Mayleen mengirimkan laporan tersebut melalui e-mail, lalu mengprint lapora tersebut dan membawanya kepada William. 

William tidak benar-benar membacanya, "aku ingin Resort ini ramai dalam waktu singkat!"perintahnya. 

Bagi William angka yang tertera di laporan Mayleen masih terbilang kecil, $20.000 dalam dua hari bagi Mayleen itu adalah pencapaian terbesarnya. Namun dimata William yang ketika terlahir sudah dengan sendok garpu dan emas, melihat angka yang tertera di data laporan Mayleen bukanlah hal yang besar. 

William mentargetkan kepada Mayleen harus bisa mencapai $350.000 dalam setahun, karena inilah terkadang Mayleen harus semakin bekerja keras. Kehidupannya dan juga kakaknya sedang dalam genggaman Gu William.

Mayleen keluar dari ruangan William sambil membawa berkas laporan ditangannya, "apakah dia buta, menganggap $20.000 ini adalah angka yang kecil," gumam Mayleen merutuki William.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status