Share

$20.000

Author: Catatan Ayra
last update Last Updated: 2021-09-30 13:15:29

William melepaskan kungkungannya dari tubuh Mayleen, dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mayleen terduduk simpuh di lantai. Mayleen memegangi dadanya seraya berpikir jika jantung ini tidak ada di tubuhnya, maka saat ini dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak-nya menikmati hidup meski harus berjuang untuk sehat.

Mayleen, menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak terdengar. Hatinya begitu sakit menjalani hari-hari bersama William dan bahkan terkadang harus berbagi ranjang dengannya, itu terasa seperti sedang berbagi ranjang dengan iblis.

Mayleen mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas-nya lalu langsung saja pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah keluarga Li dulu. Jika sedang merindu maka terkadang Mayleen berkendara jauh-jauh ke rumah lamanya, hanya untuk memandangi dan mengenang masa-masa manis bersama keluarganya. 

Rumah itu, semenjak Li Jancent di penjara sudah bukan milik mereka lagi. Setelah puas menatapi, barulah Mayleen kembali ke rumah utama, lebih tepatnya rumah rasa penjara. Hati dan tubuh Mayleen benar-benar merasa sudah lelah, sehingga begitu sampai di rumah utama hal yang ingin dia lakukan adalah merebahkan diri di ranjangnya dan juga terpulas dengan nyenyak.

Namun sepertinya bukan itu yang diinginkan Gu William, ketika Mayleen tiba kepala pelayan memberi tahu jika Tuannya sedang menunggu Mayleen di dalam kamarnya.

Mayleen, Dengan langkah malas Mayleen pergi ke kamar William. Ketika Mayleen masuk nampak William sedang memangku Reina.  Melihatnya Mayleen hanya bersedekap sambil tertawa dengan mimik wajah menyindir. 

Melihat Mayleen hanya berdiri dan menatapinya acuh tak acuh, William pun berdiri lalu berjalan ke arah Mayleen, "Mulai hari ini Reina akan tinggal bersama kita," jelas William. 

"Baiklah," jawab Maylen seraya berbalik memunggungi William dan bergegas melangkah ke pintu keluar. 

Merasa tak puas dengan sikap Mayleen, William menarik lengan Mayleen. Namun, itu malah membuatnya tersentak karena Mayleen menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, "Dengar Tuan, kau yang paling tahu aku bisa menikah denganmu karena hal apa," tukas Mayleen. 

"Karena jantung yang ada di sini," tukas Mayleen lagi dengan suara parau seraya memukul-mukul pelan dadanya

"Jadi silahkan berlaku sesukamu, dan tenang saja aku tidak akan perduli jika nanti kau ingin menambah satu selir lagi untuk kau bawa pulang!" tukas Mayleen dengan menekan nada marahnya seraya menghempaskan tangan William yang sedang memeganginya.

Mayleen pergi dengan menyimpan amarah dihatinya, masuk ke kamarnya. Bersandar di pintu, lalu terduduk dan menangis dalam diam. "Sungguh ini adalah sebuah jantung yang terkutuk," gumam Mayleen dalam hati. 

Keesokan paginya mereka bertiga sarapan bersama, terlihat  Reina sedang sibuk menuang juice jeruk, dan memotong-motong roti sandwich untuk William. Sebenarnya Mayleen tadi sudah akan berangkat ke kantor, namun Kepala pelayan memanggilnya dan mengatakan bahwa mulai hari ini mereka harus mulai sarapan pagi bersama. Namun, Mayleen tak mengira jika mereka yang dimaksud adalah ada Reina di dalamnya.

Mayleen menghabiskan sandwichnya dengan cepat sehingga pipinya menggembung, lalu menuang susu dan menyesapnya dalam beberapa teguk.  Setelahnya Mayleen langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan. 

"Aku pergi!" ujar Mayleen. 

"Kami belum selesai makan," ujar Reina sambil bergelayut di bahu William. 

"Maafkan aku tidak bisa menemani kalian lebih lama lagi, Direktur Gu tidak suka jika ada karyawan yang bekerja asal dan malas-malasan," jawab sindir Mayleen. 

Suara hentakan sepatu Mayleen pergi meninggalkan rumah pun terdengar menggema. Mayleen menutup pintu mobilnya dengan sangat kesal lalu melajukan mobilnya dengan kencang sampai decitan roda mobilnya terdengar jelas. 

Setelah Mayleen pergi, William menghempaskan tubuh Reina dan juga pergi meninggalkan ruang makan. Beberapa saat kemudian, di Gu Corporation, Mayleen tengah duduk di ruanngannya seraya memijit-mijit kepalanya. William memberi tekanan besar untuk pekerjaannya, target yang diberikan begitu tinggi. Sementara di rumah, William juga memberikan tekanan yang tak kalah membuat kepalanya bertambah berdenyut tegang. 

Gu Hansen masuk ke ruangan Mayleen, seraya membawakan Kopi caramel machiato kesukaan Mayleen, "untukmu, agar wajah manismu tidak hilang," ujar Gu Hansen. 

"Hissh kau ini," ujar Mayleen. 

Gu Hansen, melihat berkas-berkas yang ada diatas meja Mayleen. Lalu matanya menyipit melihat target yang diberikan oleh William. Meski Gu Hansen adalah Direktur Marketing, namun untuk soal pekerjaan Msyleen maka itu adalah dibawah perintah Gu William, karena itulah Gu Hansen tidak bisa ikut campur tangan untuk target yang diberikan kepada Mayleen. 

"Sudah-sudah tak usah dibaca, itu malah akan membuat alismu mengkerut keras," ujar Mayleen seraya tertawa dan menyesap kopinya itu. 

"Emm…. ini enak sekali," ujar Mayleen lagi

"Kau memang yang terbaik," Tukas Mayleen seraya menepuk-nepuk bahu Gu Hansen dan dengan tersenyum. 

Gu William datang mencari Gu Hansen namun dia tidak ada di ruangan. Melihat yang dicari tidak ada diruangan, William langsung tahu jika Gu Hansen ada di ruangan Mayleen. 

Begitu masuk William langsung di suguhi pandangan Mayleen yang sedang tersenyum seraya menepuk-nepuk bahu Gu Hansen. Hati William seperti tergelitik oleh pisau. 

"Apakah Departemen Marketing kekurangan pekerjaan?" tanya William seraya duduk di sofa yang ada di ruangan kerja Mayleen.

Gu Hansen melirik ke jam tangannya, ini masih jam satu siang kurang. Masih dalam waktu istirahat, "Apakah kau adalah seorang tirani, ini masih jam istirahat," jawabnya sambil melirik sarkas kepada William.

"Tentang laporan Resort baru, kutunggu dalam waktu 10 menit," ujar William seraya berdiri lalu meninggalkan ruangan Mayleen.

"Apa otaknya baru saja kemasukan air," gumam kesal Mayleen. 

Dengan segera Mayleen memainkan mouse komputernya, lalu segera membuat laporan yang William pinta. Melihat Mayleen yang sedang serius itu, Gu Hansen pun tersenyum getir. Wanita secantik Mayleen harus menikah dengan seorang tirani seperti William.  Gu Hansen pun tak ingin mengganggu, lalu pergi meninggalkan ruangan Mayleen. 

Beruntung Mayleen memang sudah membuat laporan itu lebih dulu, jadi sekarang hanya tinggal melakukan penyesuaian sedikit saja. Mayleen mengirimkan laporan tersebut melalui e-mail, lalu mengprint lapora tersebut dan membawanya kepada William. 

William tidak benar-benar membacanya, "aku ingin Resort ini ramai dalam waktu singkat!"perintahnya. 

Bagi William angka yang tertera di laporan Mayleen masih terbilang kecil, $20.000 dalam dua hari bagi Mayleen itu adalah pencapaian terbesarnya. Namun dimata William yang ketika terlahir sudah dengan sendok garpu dan emas, melihat angka yang tertera di data laporan Mayleen bukanlah hal yang besar. 

William mentargetkan kepada Mayleen harus bisa mencapai $350.000 dalam setahun, karena inilah terkadang Mayleen harus semakin bekerja keras. Kehidupannya dan juga kakaknya sedang dalam genggaman Gu William.

Mayleen keluar dari ruangan William sambil membawa berkas laporan ditangannya, "apakah dia buta, menganggap $20.000 ini adalah angka yang kecil," gumam Mayleen merutuki William.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MY CEO [Hate And Love]   SEBUAH AKHIR

    Li Jancent berjalan perlahan keluar dari markas geng Bamboo, merasa seolah beban berat yang selama ini menghimpitnya mulai terangkat. Udara malam terasa lebih segar, dan untuk pertama kalinya, dia bisa merasakan harapan untuk masa depan yang berbeda. Namun, di balik rasa lega itu, ada juga kekhawatiran yang terus menghantui pikirannya.Apakah dia benar-benar bisa melepaskan dirinya dari kehidupan kelam yang selama ini ia jalani? Dan lebih dari itu, apakah ia bisa membangun hubungan yang tulus dengan Niu Nuan, wanita yang ia jaga lebih karena janji daripada cinta?Keesokan harinya, suasana di rumah sakit terasa tegang namun penuh harapan. Li Jancent duduk di ruang tunggu, memandang jam di dinding yang seolah bergerak begitu lambat. Operasi transplantasi kornea Niu Nuan sedang berlangsung, dan meski ia berusaha tetap tenang, kegelisahannya tak bisa disembunyikan. Pikirannya melayang ke masa depan, membayangkan saat Niu Nuan membuka matanya dan bisa melihat dunia dengan jelas, bisa melih

  • MY CEO [Hate And Love]   MASIH TERASA CANGGUNG

    Hari Ini Li Jancent berdiri di sudut kamar rumah sakit, memandang Niu Nuan yang duduk di ranjang dengan raut wajah sedikit gugup. Hubungan mereka masih terasa canggung meski ia selalu berusaha memperlakukannya dengan baik. Dia tahu bahwa perasaannya pada Niu Nuan bukanlah cinta, melainkan sebuah bentuk tanggung jawab dan janji yang pernah ia buat pada Fang Fang—wanita yang baru saja wafat, yang dulu adalah bagian penting dalam hidupnya.Li Jancent berdiri dengan tatapan kosong. Ia tersenyum kecil, meski terlihat ada keraguan di matanya. Namun, dia berusaha menenangkan Niu Nuan.” Aku tahu, ini pasti berat untukmu," katanya lembut.Niu Nuan mengangguk pelan, mencoba memberikan senyum yang tulus meskipun sulit. Li jancent pun berkata lagi "Kau tidak perlu sungkan. Aku di sini karena aku ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik untukmu."Suasana di antara mereka kembali hening. Niu Nuan tahu bahwa Li Jancent selalu ada di sampingnya, namun ia juga merasakan jarak yang tidak kasat ma

  • MY CEO [Hate And Love]   TERTANGKAP

    Berita tentang tertangkapnya Anton menyebar dengan cepat kepada William dan Li Jancent Meskipun mereka semua merasa lega, ada perasaan yang lebih mendalam di hati mereka akhirnya, setelah semua ketegangan dan ancaman yang mereka hadapi, mereka bisa merasa sedikit amanWilliam menatap Li Jancent, matanya berbinar. “Jadi… kita benar-benar bebas sekarang?” imbuhnya sembari berdiri di balkon rumah sakit. Mereka berbicara santai tapi serius.Li Jancent mengangguk sambil tersenyum kecil. “Ya, dia tidak akan kembali lagi. Anton sudah di tangan orang yang tepat, dan dia tidak akan punya kekuatan untuk melawan balik.” Li menghela napas panjang. Seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya perlahan mulai menghilang.Li jancent yang sedang berdiri di sebelah William juga tampak lega, tetapi ada sedikit kecemasan di wajahnya. "Meskipun Anton sudah tertangkap, apakah kita benar-benar aman? Maksudku, dunia ini selalu penuh dengan bahaya yang tak terduga."William menghela napas, menenangkan d

  • MY CEO [Hate And Love]   HAMIL

    Li Jancent berdiri di koridor rumah sakit, matanya tertuju ke arah ruangan tempat Mayleen berada. Di dalam, William tampak gelisah, berdiri di samping ranjang istrinya yang masih terlihat lemas. Li Jancent tidak pernah melihat adik iparnya begitu panik, begitu cemas. Biasanya William adalah orang yang tenang, selalu penuh perhitungan. Tapi malam ini, semuanya berubah. Tak lama kemudian, william menemui dokter yang baru saja masuk ke ruangan dengan wajah tenang namun penuh arti. "Tuan Gu, kami telah mendapatkan hasil tes Mayleen." William segera menghampiri, wajahnya penuh kekhawatiran. "Apa yang terjadi, Dok? Ada apa dengan istriku?" Dokter itu tersenyum kecil. "Sebenarnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nyonya Gu baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan dan... ada kabar baik." William mengerutkan kening, mencoba mencerna kata-kata dokter. "Kabar baik? "Ya," jawab dokter sambil melirik berkas di tangannya. "Selamat, Tuan Gu. Istri Anda hamil." Seketika, seluruh dunia William

  • MY CEO [Hate And Love]   BERBAGI KURSI

    "Apa sekarang kita harus mundur?" tanya Bear, nadanya tegas tapi menyiratkan rasa takut yang mulai menghantui dirinya. William menatap Li Jancent yang masih memandang Anton dan sosok misterius di sebelahnya. Di matanta, ada kebimbangan yang jelas. “Tidak,” jawab Li dengan dingin, tanpa mengalihkan pandangannya. "Kita tidak bisa mundur sekarang. Jika kita biarkan mereka pergi kali ini, tidak ada yang tahu kapan mereka akan menyerang lagi," imbuh Li Jancent lagi "Tapi kita kehabisan waktu!" William membalas, matanya berkeliaran ke arah ledakan yang masih membara di belakang mereka. Setidaknya mereka merasa lega karena Mayleen dan Niu Nuan sudah aman berada dibawah perlindungan asisten He. Sementara itu, perdebatan pun berlanjut kembali. “Jangan bodoh,” potong Bear, mendekatkan diri ke Li jancent. "Ini bunuh diri! Kita bahkan tidak tahu siapa orang itu. Dia bisa saja lebih berbahaya dari Anton," imbuh Bear berapi-api. Li Jancent hanya mengeraskan rahangnya, berusaha menyusun rencan

  • MY CEO [Hate And Love]   SERANGAN BALIK

    “Kita diserang dari dua sisi!” seru William, suaranya terdengar tenang meskipun situasi semakin mencekam.Mayleen menggenggam erat tangan Niu Nuan yang masih pingsan di sebelahnya, sementara Bear dan anggota tim lain bersiap menghadapi serbuan dari musuh yang sudah mulai mendekat.Jendela-jendela van bergetar oleh desingan peluru yang diarahkan ke mobil mereka, untung saja kaca jendela dan bagian mobil lainnya dibuat anti peluru, meski begitu tetap saja menciptakan suasana semakin tak terkendali.“Kita harus keluar dari sini, atau kita akan jadi daging panggang!” teriak Bear sambil mengokang senapan otomatisnya.“Kita tidak bisa melawan mereka di sini,” kata Li Jancent, tatapannya tajam ke arah William. “Apakah ada jalan keluar lain?”William menggertakkan giginya. “Tidak ada yang mudah. Mereka sudah mengepung kita.”Suara desingan itu semakin intens, membuat mereka semua berjongkok dan berlindung. Lalu, dengan cepat dan tak terduga, Li Jancent meraih benda yang sama yang dipakai oleh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status